Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Sebenarnya Kebalikan dari Iman?

3 Maret 2019   09:27 Diperbarui: 3 Maret 2019   11:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya belum tentu,bisa jadi mereka  sendiri sebenarnya menerima karena memang menyadari berbeda kepercayaan. Mungkin mereka itu sendiri menggunakan kata yang kurang lebih maknanya sama bagi orang diluar agama mereka. Kalau sudah begitu sebenarnya tinggal saling menghormati keyakinan saja apa sih susahnya daripada mengutak atik hal yang akan berkaitan dengan masalah tauhid

Dengan kata lain,banyak orang yang mungkin merasa rigid ketika membawa istilah 'kafir' dalam pergaulan sosial.tapi sebenarnya itu cuma sekedar perasaan manusiawi belaka. Sebab orang orang beragama luar islam mungkin tak ada satupun yang tersinggung oleh kata itu karena mereka tahu definisi itu bukan buatan kaum muslim sendiri tapi tertera dalam kitab suci mereka sebagai definisi yang berasal dari Tuhannya

..........

Said Aqil, mengisahkan istilah kafir berlaku ketika Nabi Muhammad SAW di Makkah untuk menyebut orang yang menyembah berhala, tidak memiliki kitab suci dan agama yang benar.

"Tapi ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Tidak ada istilah kafir bagi warga Madinah. Ada tiga suku non muslim di Madinah, di sana disebut nonmuslim tidak disebut kafir," kata Said Aqil.

Bisa jadi itu bentuk toleransi-pengghargaan Rasul terhadap umat yahudi dan nasrani karena mereka berbeda dengan kaum kafir Mekkah,mereka mengimani Tuhan yang sama walau berbeda kitab suci.tapi apakah setelah itu Rasul membuat rekomendasi untuk umatnya agar jangan lagi menggunakan istilah 'kafir'?

Tentu saja tidak karena rasul tahu bahwa istilah itu berasal dari Tuhan dan karenanya memiliki makna teologis yang BERSIFAT HAKIKI, artinya mustahil bisa dihapus karena menghapusnya secara hukum logika sama dengan melenyapkan makna iman itu sendiri.

"Status nonmuslim dalam negara bangsa seperti Indonesia adalah warga negara (muwathin) yang memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan warga negara lain," ujar Gus Rozin kepada wartawan, Jumat (1/3/2019).

Ya,itu manusia dalam pandangan manusia tentunya.sebagai orang beriman kita seharusnya faham bahwa ada kriteria manusia dalam pandangan Tuhan dan itu tertera dalam buku buku fikih klasik yang pasti sangat di kuasai para ulama. Artinya kita juga harus menghormati kriteria manusia dalam pandangan sang penciptanya

Istilah 'iman' dan sekaligus kebalikannya adalah bagan dari grand konsep Ilahiah yang membentuk konsep tauhid sehingga bila salah satu nya dilenyapkan maka makna tauhid otomatis akan hilang pula.bisa saja suatu saat orang orang berpakaian agama, memakai simbol simbol yang disebutnya berkaitan dengan agama tapi ruh tauhid nya dipertanyakan

Yang harus dilakukan kaum muslim utamanya yang memiliki ide pelenyapan kata 'kafir' adalah bukan melenyapkan kata itu dalam pergaulan berbangsa dan bernegara karena itu sama dengan menolak deskripsi Ilahi perihal karakter manusia tapi bijak dalam penggunaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun