Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maka Matilah Nalar dan Berkuasalah Imajinasi

27 Januari 2019   21:23 Diperbarui: 27 Januari 2019   21:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyair terbiasa mengenakan sayap pada tiap kata lalu menerbangkannya jauh tinggi bahkan jauh melewati perbatasan yang dapat di izinkan nalar

Tuhan menempatkan kata pada tiap realitas yang diciptakanNya-kata adalah juru tafsir kenyataan ! Demikian perkataan bara bijak ... Tapi penyair terbiasa menerbangkan kata jauh melampaui kenyataan tempatnya berpijak

Penyair terbiasa mengatakan bahkan apa yang mereka sendiri  tidak alami dalam kenyataan

Maka nalar pun tak bisa lagi berfungsi sebagai penjaga kata yang biasa bertanya; ini benar atau salah ? Itulah pertanyaan terakhirnya ketika kata kata berhamburan memaksa keluar dari ruang nyata

Bagi penyair yang penting adalah membawa  kata kata sejauh mungkin ke dunia imajinasi dan dari sana membombardir nalar manusia persis seperti peluru berhamburan

Maka .. matilah nalar dan berkuasalah imajinasi !

Lihatlah korban puisi puisi,bergelimpangan seperti korban tsunami, tubuhnya ada didunia nyata tapi kesadarannya terbelenggu di dunia imajinasi

Mereka mengalami semacam kecanduan memainkan kata kata !

..................

Ketika kata kata tengah asyik bermain di dunia imajinasi maka nalar menjadi kosong tanpa penghuni

Ketika nafsu ber imajinasi demikian menggelora maka kata kata beterbangan dari tempat berpijaknya semula, persis seperti burung burung yang beterbangan dari sarangnya

Maka nalar pun berteriak 'wahai para perampok kata kembalikan kata ke tempat yang semestinya!'

Mengapa nalar harus mengawal kata kata? karena nalar adalah penjaga kata kata agar ia tetap berpijak pada tempatnya semula dan menjalankan fungsi hanya sebagai pelukis realita

Maka dalam aturan nalar imajinasi pun tak boleh bertindak semena mena hingga menyihir kesadaran manusia hanya karena kata kata dibungkus imajinasi sedemikian rupa

Tunggulah nalar hingga ia kembali dan mencekik para pemanipulasi kata !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun