Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Catatan 2018, Konsekuensi Menyatakan Kitab Suci Itu Fiksi

1 Januari 2019   10:44 Diperbarui: 1 Januari 2019   16:05 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: Tribun Jateng.Tribunnews.com

Fiksi selalu baik ?

RG berkali mengatakan bahwa fiksi itu suatu yang baik karena itu dapat memantik imajinasi (yang mana diantaranya itu suatu yang diperlukan dalam menafsir kitab suci)

Tetapi mungkin RG lupa bahwa fiksi sebagai pabrik imajinasi itu tidak selalu menghasilkan yang baik tetapi juga yang tidak baik,tidak selalu menghasilkan yang benar tetapi juga yang salah. apakah tiap yang meng imajinasikan sorga-neraka dijamin bahwa imajinasi yang mereka hadirkan akan selalu baik dan benar,.. tidak bukan,bagaimana kalau imajinasinya ngawur bahkan keluar dari nash kitab suci misal ? ..

Atau coba bayangkan apakah hasil ber imajinasi yang terdapat dalam film film serta novel novel fiksi itu selalu baik dan benar,..bukankah kadang irrasional dan malah merusak akal ?

Atau tengok film film porno dengan berbagai kategorinya,bukankah itu hasil imajinasi yang mengeksploitasi unsur hawa nafsu yang dalam pandangan agama pasti dikategorikan sebagai suatu yang buruk dan salah (?)

Itu karena sifat dari imajinasi yang paralel dengan sifat manusia yang bisa benar tapi juga bisa salah,bisa baik dan juga bisa tidak baik.imajinasi tak bisa dikultuskan sebagai selalu baik demikian pula fiksi sebagai pemantik imajinasi

Sebab imajinasi itu bergantung pada kualitas manusia yang memiliki atau meng ekspressikan nya, seorang yang ber ilmu-bijak maka imajinasinya dapat terarah-terkontrol-tidak liar, tetapi seorang bodoh ia dapat ber imajinasi sesuka hati termasuk bila meng imajinasikan apa yang terdapat dalam kitab suci.bahkan seorang hedonis dari wilayah fiksi nya bisa lahir imajinasi imajinasi liar yang sekedar mencerminkan pemuasan hawa nafsu nya semata

Coba introspeksi diri,dari wilayah fiksi mu imajinasi imajinasi apa saja yang pernah terpantik keluar ?

Maka mengatakan fiksi itu baik dengan alasan karena itu memantik imajinasi maka kebenarannya dapat menjadi relatif bergantung siapa dulu yang memantik nya serta untuk tujuan apa ?
.............

Maka seperti pernyataan RG sendiri dalam kesempatan lain di acara lain bahwa 'segala suatu itu tidak baik apabila dikultuskan' (suatu prinsip yang sangat benar) maka dalam pernyataan RG terkait kitab suci yang dikaitkan dengan fiksi itu jangan pernah kita mengkultuskan siapapun serta apapun. jangan pernah mengkultuskan RG juga jangan pernah mengkultuskan pernyataannya dan termasuk bila membaca artikel ini juga jangan mengkultuskan saya serta apa yang saya tulis.

Melainkan berfikirlah dengan bebas,jangan pernah merasa terprovokasi oleh jalan fikiran seseorang bahkan yang dipromosikan oleh media sebagai orang cerdas-pintar dlsb. melainkan selalu lah bersikap kritis sehingga kita bisa selalu dengan fikiran jernih menganalisa tiap pemikirannya untuk kita pilah mana yang benar serta mana yang salah.maka dari RG pun ambil yang benarnya dan buang yang salahnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun