Fiksi selalu baik ?
RG berkali mengatakan bahwa fiksi itu suatu yang baik karena itu dapat memantik imajinasi (yang mana diantaranya itu suatu yang diperlukan dalam menafsir kitab suci)
Tetapi mungkin RG lupa bahwa fiksi sebagai pabrik imajinasi itu tidak selalu menghasilkan yang baik tetapi juga yang tidak baik,tidak selalu menghasilkan yang benar tetapi juga yang salah. apakah tiap yang meng imajinasikan sorga-neraka dijamin bahwa imajinasi yang mereka hadirkan akan selalu baik dan benar,.. tidak bukan,bagaimana kalau imajinasinya ngawur bahkan keluar dari nash kitab suci misal ? ..
Atau coba bayangkan apakah hasil ber imajinasi yang terdapat dalam film film serta novel novel fiksi itu selalu baik dan benar,..bukankah kadang irrasional dan malah merusak akal ?
Atau tengok film film porno dengan berbagai kategorinya,bukankah itu hasil imajinasi yang mengeksploitasi unsur hawa nafsu yang dalam pandangan agama pasti dikategorikan sebagai suatu yang buruk dan salah (?)
Itu karena sifat dari imajinasi yang paralel dengan sifat manusia yang bisa benar tapi juga bisa salah,bisa baik dan juga bisa tidak baik.imajinasi tak bisa dikultuskan sebagai selalu baik demikian pula fiksi sebagai pemantik imajinasi
Sebab imajinasi itu bergantung pada kualitas manusia yang memiliki atau meng ekspressikan nya, seorang yang ber ilmu-bijak maka imajinasinya dapat terarah-terkontrol-tidak liar, tetapi seorang bodoh ia dapat ber imajinasi sesuka hati termasuk bila meng imajinasikan apa yang terdapat dalam kitab suci.bahkan seorang hedonis dari wilayah fiksi nya bisa lahir imajinasi imajinasi liar yang sekedar mencerminkan pemuasan hawa nafsu nya semata
Coba introspeksi diri,dari wilayah fiksi mu imajinasi imajinasi apa saja yang pernah terpantik keluar ?
Maka mengatakan fiksi itu baik dengan alasan karena itu memantik imajinasi maka kebenarannya dapat menjadi relatif bergantung siapa dulu yang memantik nya serta untuk tujuan apa ?
.............
Maka seperti pernyataan RG sendiri dalam kesempatan lain di acara lain bahwa 'segala suatu itu tidak baik apabila dikultuskan' (suatu prinsip yang sangat benar) maka dalam pernyataan RG terkait kitab suci yang dikaitkan dengan fiksi itu jangan pernah kita mengkultuskan siapapun serta apapun. jangan pernah mengkultuskan RG juga jangan pernah mengkultuskan pernyataannya dan termasuk bila membaca artikel ini juga jangan mengkultuskan saya serta apa yang saya tulis.
Melainkan berfikirlah dengan bebas,jangan pernah merasa terprovokasi oleh jalan fikiran seseorang bahkan yang dipromosikan oleh media sebagai orang cerdas-pintar dlsb. melainkan selalu lah bersikap kritis sehingga kita bisa selalu dengan fikiran jernih menganalisa tiap pemikirannya untuk kita pilah mana yang benar serta mana yang salah.maka dari RG pun ambil yang benarnya dan buang yang salahnya