Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Siapa Aku? Persoalan "Jati Diri"

19 Desember 2018   08:19 Diperbarui: 19 Desember 2018   12:57 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : sepositif.com

Memang kelemahan dari jatidiri yang dibentuk oleh hal hal atau aspek aspek yang bersifat lahiriah adalah ia mudah luntur,memudar bahkan dapat hilang dalam sesaat.seorang yang kena musibah dan tiba tiba menjadi lebih miskin, menjadi cacat secara fisik,turun dari semula memiliki jabatan tinggi,tiba tiba kehilangan kehormatan di masyarakat karena kasus hukum dlsb. itu dapat merontokkan jati diri seseorang yang menyandatkan jati dirinya pada hal hal yang bersifat lahiriah

Semakin dalam seseorang mencari jati dirinya maka semakin ia akan masuk ke lorong dunia metafisis,kepada hal hal yang bersifat abstrak.kalau semula aspek aspek lahiriahnya itu menjadi sandaran pembentukan jati dirinya yang utama maka setelah ia mengembara lebih jauh ke dunia spiritual-metafisik maka seluruh aspek lahiriah yang dulu pernah membentuk jati dirinya itu akan dipandang sebagai tantangan,ujian,tempat untuk menguji jati diri spiritualnya.sehingga bahkan ada aspek lahiriah yang mesti ia tanggalkan demi menegakkan jati diri abstrak-spiritual nya itu

Kita sering mendengar misal ada yang semula rocker,berkecimpung serta bergaul dengan para pemusik serta penikmat musik,memiliki fans yang banyak dan tentu semula ia lebih mengenal jati dirinya lebih sebagai seorang rocker karena aspek lingkungan lahiriahnya saat itu yang lebih dominan, tetapi setelah mengalami peristiwa tertentu atau pergumulan batiniah tertentu sang rocker itu berubah pandangan dan lalu berubah haluan meninggalkan dunia keartisannya demi untuk mengikuti suara hati nurani nya yang lebih memilih merapat pada hal hal yang bersifat spiritual sebagai panduan hidupnya.maka ia lalu lebih memilih menjadikan hal hal yang abstrak-spiritual sebagai sandaran jati dirinya yang utama pengganti aspek aspek lahiriah yang dulu pernah jadi sandarannya.itu terjadi pada artis,pemusik atau rocker yang berubah haluan misal jadi ustadz atau pendeta

Atau dapat juga disimpulkan bahwa aspek yang membentuk jati diri seseorang itu ada yang lebih didominasi oleh aspek lahiriah nya dan ada yang lebih di dominasi unsur abstrak-metafisis nya dan mana yang lebih dominan itu bergantung pada kualitas serta kedewasaan yang bersangkutan tetapi intinya makin seseorang dewasa secara spiritual dan makin sering berhadapan dengan persoalan yang bersifat kompleks maka hal hal yang bersifat abstrak-metafisik akan lebih mendominasi.tetapi aspek metafisis itu lebih memerlukan kemandirian-tak bisa di setir atau dikendalikan oleh fihak luar-tak ada fihak luar yang dapat sepenuhnya membentuk jati diri kita karena perjalanan spiritual kita terjadi secara personal sehingga hanya diri kita yang betul betul mengetahui serta memahaminya

Seorang remaja biasanya mengenal serta membentuk jati dirinya secara simpel dari lingkungan lahiriah tempat ia berada,tetapi manusia tidak selalu dalam keadaan tetap baik secara fisik maupun spiritual, manusia dapat mengalami evolusi pengalaman spiritual yang amat panjang dimana kualitas pembentukan jati diri nya pun secara evolusi mengalami perubahan terus menerus dari yang semula bergantung atau lebih mengacu pada lingkungan lahiriah bisa mengerucut pada idea idea yang bersifat abstrak-spiritual-metafisis yang semua bersifat personal
.........

Mudah mudahan tulisan dapat mengingatkan siapapun akan persoalan jati diri yang bagi sebagian mungkin telah selesai tapi bagi sebagian mungkin masih belum atau masih dalam proses

.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun