Tentu tidak sulit untuk mengenal identitas kita yang bersifat lahiriah,kita tinggal menyandarkannya kepada lingkungan lahiriah tempat kita berada; keluarga kita,lingkungan masyarakat tempat kita berada,bangsa serta negara kita,institusi pendidikan tempat kita belajar,teman teman kita dlsb.
Bila ada orang yang tidak kita kenal atau menanyakan identitas anda;siapa anda ? .. maka biasanya kita akan melekatkan kita dengan lingkungan lahiriah tempat kita berada atau beraktivitas.anda akan menyebutkan keluarga anda seperti orang tua atau suami atau istri atau institusi tempat anda bekerja, termasuk memberitahu posisi jabatan atau pangkat di institusi tempat anda bekerja itu
Demikian pula bila anda akan bekerja di suatu perusahaan dan staff perusahaan meminta anda menunjukkan identitas sekaligus keahlian yang anda miliki maka biasanya anda akan melekatkan diri anda dengan lingkungan lahiriah tempat anda berada sekaligus pekerjaan lahiriah yang biasa anda gumuli
Tetapi problem kehidupan yang manusia alami-jalani-temukan ternyata tidak selalu berkaitan dengan sisi atau aspek lahiriah semata.identitas diri yang bersifat lahiriah itu yang kita ambil dari keseluruhan aspek lahiriah yang berkaitan dengan diri kita ternyata tidak cukup memadai untuk membentuk jati diri yang sesungguhnya
Karena jati diri manusia seperti ada diantara potongan potongan puzzle yang tercerai berai yang terserak pada dimensi yang bersifat lahiriah dan yang bersifat abstrak sehingga untuk memahami siapa diri kita sebenarnya atau untuk mengenal jati diri yang sesungguhnya secara utuh maka kita harus menyusun satu persatu potongan potongan puzzle itu untuk menemukan wujud gambaran diri yang utuh
Karena walau kita telah mengumpulkan seluruh jati diri lahiriah kita secara komplet tetapi manusia masih sering jatuh pada keterasingan diri,perasaan asing terhadap diri masih akan selalu muncul.pertanyaan; 'siapa sebenarnya aku' ? sering muncul terbersit dalam kalbu terdalam dimana saat pertanyaan seperti itu muncul maka semua identitas lahiriah kita seolah memudar
Itu sebab manusia juga sering mengekspose dimensi batiniah-abstrak disamping yang bersifat lahiriah untuk mencari cari jati dirinya karena jati diri atau identitas lahiriah akan dirasa hanya sepotong saja dari identitas dirinya sebab itu ia lalu mencari potongan lain dari identitas dirinya tidak dari lingkungan lahiriahnya tapi dari dimensi dimensi abstrak yang ditemukannya
Dimensi abstrak yang biasa manusia gumuli untuk menemukan jati dirinya secara utuh diantaranya adalah Tuhannya,agama atau keyakinannya, ideologinya,pandangan filsafatnya,prinsip prinsipnya,idealisme nya dlsb.yang semua bersifat abstrak.walau tentu seluruh identitas abstrak itu akan tersembunyi ketika misal manusia diminta menunjukkan identitas formal
Nah dalam pembentukan jatidiri yang se utuhnya maka beragam aspek yang bersifat lahiriah dan yang bersifat abstrak-batiniah-spiritual itu akan saling bersinergi satu sama lain tetapi mana yang lebih kuat mempengaruhi maka itu bergantung pada kualitas spiritual masing masing individu
Ada orang yang merasa cukup dengan identitas lahiriahnya dan menjadikannya sebagai sandaran utama bagi pembentukan jati diri nya. biasanya aspek lahiriahnya itu adalah aspek yang sungguh sungguh ia banggakan.misal ia demikian bangga dengan identitas lahiriahnya sebagai petarung MMA yang menggenggam status juara,atau bangga sebagai siswa dari sebuah perguruan tinggi ber gengsi,atau bangga dengan statusnya sebagai orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat maka ia menjadikan semua itu sebagai tiang utama pembentukan jati dirinya
Tetapi ada orang yang mengabaikan aspek aspek yang merupakan lingkungan lahiriahnya dan lebih berupaya mencari cari jati dirinya ke dunia abstak-metafisik-spiritual,orang seperti ini biasanya orang yang banyak mengalami pergumulan batin-spiritual dan menemukan kepuasan serta kebahagiaan manakala menemukan sandaran bagi jati dirinya dari aspek aspek yang bersifat abstrak-spiritual karena ia memandang hal hal yang bersifat abstrak itu lebih bersifat substansial dalam membentuk jati diri manusia