Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rekonstruksi "Kitab Suci Itu Fiksi"

25 Agustus 2018   23:02 Diperbarui: 26 Agustus 2018   14:34 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara ontologis-pandangan berdasar hakikat, bila kitab suci adalah entitas yang di definisikan sebagai berasal dari Tuhan maka kata 'fiksi' harus kita paralelkan terlebih dahulu dengan manusia karena fiksi adalah wilayah atau produk dari alam fikiran manusia atau SDM manusia 

Sehingga menyatakan kitab suci adalah fiksi bisa juga berarti;  yang berasal dari Tuhan=produk alam fikiran manusia,dan itu bisa sama dengan menyatakan kitab suci adalah produk imajinasi manusia.tapi menilik dari paparannya,mungkin bukan itu yang dimaksud RG. ia lebih ingin menggambarkan bahwa kitab suci masuk wilayah fiksi artinya disana-di wilayah kitab suci,imajinasi imajinasi manusia bermain,termasuk untuk menggapai telos-tujuan yang menjadi harapan.di sini fiksi masuk wilayah psikologis sekaligus metafisis

Mengapa fiksi disebut produk alam fikiran manusia ?

Seperti kata RG sendiri yang menyatakan bahwa fiksi adalah sesuatu yang memantik imajinasi.dan imajinasi adalah menunjuk pada sesuatu yang berasal dari alam fikiran manusia-bukan dari Tuhan..sehingga karena itulah maka kata 'imajinasi' maknanya berkaitan atau paralel dengan 'fiksi'. 

Maka otomatis mengatakan misal 'kitab suci adalah fiksi' akan bisa paralel dengan pernyataan 'kitab suci adalah hasil imajinasi'.tetapi  pengertian kedua bisa berarti ; 'kitab suci adalah wilayah fiksi dimana didalamnya imajinasi imajinasi manusia bermain'.dua pernyataan yang substansinya memang berbeda tetapi sekilas seperti nampak sama.bila pengertian pertama yang RG gunakan maka sudah pasti masuk fatsal penodaan agama.tetapi salahkah bila di wilayah fiksi itu manusia meng imajinasikan alam akhirat misal atau berimajinasi tentang harapan harapannya terhadap Tuhan ?

Kesalahan RG dalam hal ini mungkin terletak pada kurangnya memberi penjelasan mendetail ; kitab suci itu fiksi dalam artian hasil majinasi atau kitab suci itu wilayah fiksi dimana di dalamnya manusia ber imajinasi ? Mungkin ini yang kurang ditangkap secara jelas oleh pemirsa yang mendengar tuturan nya

.............

Contoh nyata bahwa fiksi itu terkait imajinasi adalah lahirnya beragam karya fiksi di dunia manusia mulai dari karya sastera-novel-ceritera film dlsb.yang menunjukkan paralelitas antara fiksi dengan imajinasi.dengan kata lain,fiksi adalah suatu yang identik dengan imajinasi dan karena nya makna kata itu tak boleh di sterilkan dari imajinasi sehingga ke arah manapun kata 'fiksi' itu dibawa termasuk andai dicoba di bawa ke ranah akademik untuk dicoba  digunakan merekonstruksi kitab suci

Dari analisis demikian bisa kita fahami bahwa mengatakan 'kitab suci adalah fiksi' itu bisa juga berarti menarik kitab suci ke wilayah manusia seolah pemahaman terhadap kitab suci itu bergantung sepenuhnya pada imajinasi manusia.ini pun tidak sepenuhnya benar.sebab imajinasi hanya bersifat membantu pemahaman,bukan menentukan.ada unsur lain yang memainkan peran lebih penting seperti rasionalitas-suara hati nurani-keyakinan

Rekonstruksi imajinasi

Apakah imajinasi itu selalu benar atau selalu salah,selalu baik atau selalu buruk ? Maka jawabnya adalah ; relatif.imajinasi bisa melahirkan hal yang benar tapi juga bisa melahirkan yang tidak benar,bisa melahirkan yang baik tapi juga bisa melahirkan yang buruk bergantung ke arah mana manusia membawanya. artinya bisa dibawa ke kiri atau ke kanan.tapi intinya imajinasi adalah SDM atau Sumber Daya Manusia-energi dalam mempersepsi segala suatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun