Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apalagi Itu "Post-Islamisme"?

15 Agustus 2018   06:55 Diperbarui: 15 Agustus 2018   16:12 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam momen deklarasi pada Kamis tengah malam, 9 Agustus 2018, Presiden PKS Sohibul Iman memberikan legitimasi kesantrian sosok Sandiaga, "... Saya bisa mengatakan saudara Sandi merupakan sosok santri di era post-Islamisme."

.................

Saya bukan ingin membahas secara lebih jauh pernyataan presiden PKS itu karena itu bisa masuk wilayah politik. Saya tertarik membahas apa yang disebutnya sebagai 'post islamisme'. 

Konsep apa itu, hanya sebuah wacana atau diskursus intelektual era kekinian-sebuah gerakan politik ataukah gerakan ideologis terkait cara pandang baru terhadap islam atau bagaimana islam menyikapi kekinian?

Kalau saya baca di media dari beberapa keterangan memang tafsiran nya bisa beragam, ada yang mengaitkannya dengan gerakan politik bercorak moderat "anti militansi", ada yang lebih menekankannya sebagai diskursus intelektual yang mengarah pada pembentukan ideologi cara pandang yang lalu dikaitkan dengan prinsip moderatisme dan sebagian pada sikap pragmatik sebagian kalangan muslim menyikapi berbagai situasi kekinian dengan cara yang fleksibel-tidak frontal seperti yang diperlihatkan kaum yang mereka sebut radikal.

Apapun definisi-pengertian atau penafsiran atas istilah itu saya berharap itu tidak berefek menimbulkan perpecahan di kalangan kaum muslim dan utamanya bukan cara yang diambil sebagian pihak-kaum intelektual utamanya untuk melarikan diri dari prinsip prinsip dasar keislaman.

Artinya menghadapi berbagai permasalahan di era kekinian dengan cerdas memang tak harus selalu frontal serta hitam putih tetapi bukan berarti prinsip prinsip keislaman yang mendasar seperti rukun iman atau tauhid diabaikan, karena apabila diabaikan atau dipinggirkan maka lambat laun dapat tergerus situasi dan keadaan itu sendiri.

Harus bisa berenang dalam gelombang dan bukan terbawa gelombang karena menghadapi situasi bagaimanapun itu adalah ujian iman bagi kaum beriman tentunya.

Tetapi mengapa lalu pernah terlintas dalam fikiran saya mencurigai istilah itu?

Karena istilah itu secara langsung mengingatkan saya kepada filsafat post moderanisme, sebagaimana kita ketahui post modernisme pada pusaran utamanya memiliki agenda dekonstruksionisme.

Agenda untuk mendekonstruksi narasi narasi besar yang dianggap telah mapan yang dulu merupakan agenda besar filsafat klasik. Proyek dekonstruksi dilakukan dari berbagai sisi mulai dari epistemologi hingga konsep bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun