Perjalanan ilmu pengetahuan itu ibarat perjalanan kereta diatas rel yang melewati halte demi halte sebelum sampai ke tujuannya yang terakhir.karena ilmu pengetahuan itu sesuatu yang memang memiliki rel yaitu berupa kaidah- hukum-aturan-ketentuan bukan seperti ilusi bebas yang tidak memiliki rel yang jelas-tidak memiliki kaidah-hukum-ketentuan-aturan.sebab itu orang bisa bebas ber ilusi tanpa terikat dengan aturan ilmu pengetahuan apapun.
Sebab itu karakter-ciri khas dari ilmu pengetahuan adalah substansinya tidak bisa bersifat relatif-tak bisa bergantung pada sudut pandang masing masing orang per orang. ilmu pengetahuan adalah suatu yang otonom dari sudut pandang manusia.walau secara aplikasi ilmu tertentu dapat bersifat relatif artinya,bisa bergantung kebutuhan
Ilmu pengetahuan adalah infrastruktur pembangun narasi 'kebenaran',artinya juga,kebenaran adalah suatu yang dibangun oleh element ilmu pengetahuan-bukan oleh ilusi. sebab itu sifat dari ilmu pengetahuan itu identik-paralel dengan sifat dari 'kebenaran' yaitu bersifat mutlak dan tunggal.dan karena memiliki aturan aturan maka sifat ilmu pengetahuan maupun kebenaran itu konstruktif-terstruktur-tidak acak-tidak datar.
Sebab itu sifat ilmu pengetahuan-kebenaran itu berlawanan dengan pandangan kaum skeptik maupun kaum relativis yang memandang persoalan kebenaran sebagai suatu yang penuh kegelapan-tidak jelas-tidak pasti dan karenanya bersifat relatif-bergantung sudut pandang orang per orang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang dikaruniai peralatan penangkap sekaligus pengelola ilmu pengetahuan; dunia indera-akal-hati nurani.dunia indera menangkap serta mengelola ilmu serta kebenaran empirik, akal menangkap serta mengelola ilmu pengetahuan rasionalistik dan hati nurani menangkap bentuk ilmu yang lebih dalam dari semua itu yaitu ilmu maknawi-ilmu hikmat-ilmu yang mendalami makna makna terdalam
Sebab itu ilmu pengetahuan itu ibarat kereta yang rel nya terbentang mulai dari dunia materi hingga ke dunia non materi,dari dunia alam lahiriah hingga ke dunia alam gaib.sebab itu sangat picik kalau ada yang beranggapan bahwa ilmu pengetahuan itu = sains dan hanya sains dan hanya harus ber metode kan prinsip empiristik.Â
Sebab sains itu karena ia berbasis prinsip empirisme maka otomatis ia menjadi bersifat terbatas-hanya mengelola ilmu ilmu pengetahuan yang bersifat empirik-tidak bisa merambah serta mengelola ilmu ilmu yang bersifat metafisis dan apabila ilmu pengetahuan itu hanya sains-hanya ilmu empirik maka potensi akal serta hati nurani sebagai peralatan berfikir yang lebih mendalam tidak akan tereksploitasi
Dan ada institusi institusi yang mengantar ilmu pengetahuan pada halte halte tertentu, sains mengantar manusia pada halte kebenaran empirik,filsafat mengantar pada halte kebenaran rasionalistik-kebenaran bercorak akal dan agama pada halte nya yang ter ujung-terakhir yaitu bentuk kebenaran 'hakiki'-yang berbicara tentang hakikat dari segala suatu serta bentuk kebenaran maknawi-yang terkait dengan makna makna terdalam, yang semua itu adalah hal hal yang tidak dapat diraih manusia baik dengan upaya pengalaman dunia inderawinya maupun usaha usaha akal fikirannya.
Sebab itu keliru apabila ada yang beranggapan bahwa agama itu bukan ilmu pengetahuan serta tidak terkait dengan konsep ilmu pengetahuan.karena pada prinsipnya agama memberi informasi terakhir terkait dengan dunia metafisika yang sulit atau bahkan tidak bisa diraih baik melalui pengalaman inderawi maupun upaya akali.dengan kata lain,agama berada pada hierarki atau halte terakhir dari ilmu pengetahuan
Sebab itu konsep Immanuel Kant yang menutup pintu ilmu pengetahuan di wilayah noumena-sebagai wilayah yang dianggap tak bisa diketahui dan meng konsep agama lebih sebagai sebatas wilayah moral - bukan bagan serta muara ilmu pengetahuan, itu berlawanan dengan prinsip ilmu pengetahuan yang harus berakhir dengan kejelasan-dengan keharusan bersifat konstruktif dan dalam ranah agama penjelasan terakhir itu ada pada ranah Ilahiah. sehingga bangunan konstruksi grand konsep ilmu pengetahuan mulai dari terbawah hingga ke yang tertinggi dapat di pola kan serta dibentangkan dengan jelas
Ilmu pengetahuan itu pada awal mulanya berangkat dari 'station' atau 'halte' pertama yaitu dunia inderawi.ya dunia indera adalah peralatan penangkap ilmu pengetahuan yang pertama dan terluar dan lalu halte keduanya adalah dunia akali tempat manusia mengeksploitasi kemampuan akali nya dalam menyelesaikan persoalan persoalan keilmuan khususnya yang bersifat metafisis dan lalu halte terakhir adalah tempat manusia mengelola hal hal terdalam-yang bersifat essensial dengan hati nya yang terdalam misal terkait hakikat serta makna terdalam dari segala suatu
Sains mengantar manusia pada halte pertama,tetapi karena disitu persoalan 'kebenaran' atau persoalan persoalan keilmuan ternyata belum selesai-tidak dapat terselesaikan maka kereta ilmu berangkat menuju halte berikutnya
Filsafat mengantar manusia pada halte kedua, disitu akal manusia dieksploitisir semaksimal mungkin dalam menjawab persoalan persoalan metafisis yang kompleks-rumit yang tidak terekspose atau yang tidak terselesaikan dalam dunia sains dan karena ujungnya ternyata bukan melahirkan kesepakatan bersama-hanya melahirkan pandangan pandangan-pemikiran pemikiran yang kadang berlawanan satu sama lain-bukan melahirkan rumusan terakhir-bukan melahirkan bentuk bentuk kebenaran hakiki yang disepakati malah sering melahirkan beragam persoalan metafisis yang bahkan tidak bisa dijawab bahkan hingga saat ini maka kereta ilmu pengetahuan tidak bisa bermuara disana
Nah agama (Ilahiah) mengantar manusia pada halte terakhir karena nengakomodasi beragam persoalan keilmuan yang tidak terselesaikan baik dalam sains maupun filsafat.agama memberi jawaban terakhir seputar hakikat serta makna terdalam dari segala suatu-hal hal yang biasa didalami oleh unsur hati nurani sebagai peralatan berfikir yang terdalam.
Walau tidak semua orang mau bermuara disana, sebagian memilih membelokkan kereta ilmu pengetahuan ke ranah spekulatisme-skeptisisme-relativisme-pluralisme yang tidak mengkonsep bentuk kebenaran hakiki-pasti-tunggal.
Dalam ranah relativisme ala kaum pos mo kebenaran sudah tak lagi konstruktif-tak berkonstruksi ilmu pengetahuan-pecah berantakan tak berbentuk karena sudah diserahkan kepada sudut pandang pemikiran masing masing individu, kebebasan-keragaman-pluralisme lebih dihargai dan dijunjung tinggi ketimbang mencari bentuk kebenaran tunggal yang hakiki yang biasa dicari para pencari kebenaran sejati.dengan metode dekonstruksi mereka mengobrak abrik bangunan konstruksi ilmu pengetahuan yang sudah disepakati sehingga baik rel maupun kereta ilmu pengetahuan menjadi berantakan.tetapi diatasnya mereka tidak bisa membangun konstruksi baru yang lebih kokoh.kalaupun ada yang dianggap masih berdiri mereka pandang hanya ilmu ilmu 'positive'-ilmu empirik yang pragmatik.
Karena Kebenaran dengan 'K' besar tidaklah bisa bermuara pada ilmu ilmu 'positive' (istilah Auguste comte),itu ibarat perahu besar yang tak bisa berlabuh pada dermaga kecil,karena 'Kebenaran' itu sebuah konsep yang merangkum serta mengakomodasi keseluruhan realitas maupun problematika keilmuan baik yang bersifat fisik-empirik maupun metafisik-non empirik
Itu sebab agama menyelamatkan kereta ilmu pengetahuan dari kehancuran yang diakibatkan merebaknya pemikiran kontemporer ala post mo di akhir zaman atau dari kematian kebenaran (death truth) akibat adanya prinsip skeptisisme. karena dengan adanya halte agama maka konsep ilmu pengetahuan dapat ber estafet ke bentuk hierarkinya yang tertinggi dan terakhir, Tuhan menjadi muara terakhir dari beragam persoalan keilmuan yang digumuli umat manusia adalah suatu mekanisme yang sangat rasional ketimbang membunuh ilmu pengetahuan itu di ranah skeptisisme
Bayangkan, seorang Immanuel kant yang pemikirannya dianggap sebagai tonggak filsafat era moderan yang mengakhiri dominasi filsafat klasik, ia menolak menyelesaikan atau menyerahkan persoalan keilmuan-persoalan metafisis ke ranah Ilahiah dan-walau rata rata failosof memang berkarakter seperti itu dan Kant memilih mengkonstruks benang merah persoalan metafisis nya ke dualisme wilayah fenomena-noumena, ke wilayah yang dapat diketahui dan yang tidak dapat diketahui dan peran Tuhan dalam dunia ilmu pengetahuan pun tersingkirkan dan hanya dijadikan sebagai penjaga moral semata
Dengan memuarakan ilmu pengetahuan ke halte agama maka sifat-karakter ilmu pengetahuan sebagai suatu yang tersusun-tersutruktur-konstruktif-terpola akan tetap terlihat.
Bandingkan dengan memuarakan ilmu pengetahuan ke ranah spekulatisme ala post mo maka karakter ilmu pengetahuan otomatis akan hancur berantakan karena disana bahkan hukum hukum yang menopang ilmu pengetahuan pun sudah tak lagi dijunjung tinggi (efek dekonstruksionisme).Â
Dimana dalam halte agama manusia dapat melihat hierarki terakhir dari ilmu pengetahuan yang perjalanan panjangnya dimulai dari pencerapan pencerapan inderawi atas beragam realitas lahiriah itu
.........
Masalahnya sekarang, di halte yang mana kereta ilmu pengetahuan itu akan kita muara kan ? ... Karena kecenderungan manusia di era kontemporer adalah mereka lebih menyukai kebebasan-hak asasi manusia-demokrasi-keragaman-pluralisme ketimbang menjadi pencari kebenaran sejati yang selalu merindukan bentuk kebenaran hakiki yang bersifat mutlak serta tunggal (karena ber afiliasi-bermuara kepada yang maha tunggal).
Maka kemungkinan (tanpa terasa) jatuh ke ranah relativisme menjadi lebih besar.'kebenaran' pun lama kelamaaan menjadi konsep yang asing dimata manusia.apalagi setelah diproklamirkannya era 'post truth'.kebenaran seperti hilang dalam kegelapan dunia kontemporer.
Apalagi bila kebebasan-pluralisme-keragaman malah lalu lebih dianggap sebagai 'kebenaran' itu sendiri menggantikan konsep kebenaran yang sesungguhnya.dan-maka kesukaan orang orang-anak muda utamanya kepada filsafat kontemporer menjadi suatu yang selalu patut diwaspadai.harus ada Socrates Socrates baru disekitar mereka di awalnya dan agamawan di ujungnya
...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H