Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Heran Kalau Intelektual-Akademisi Sulit Memahami "Kebenaran Hakiki"

5 Desember 2017   07:41 Diperbarui: 5 Desember 2017   09:06 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : biografiku.com

Dari dialog,diskusi hingga  perdebatan yang pernah saya alami terkait definisi makna pengertian 'hakiki' ternyata bagi sebagian orang seperti tidak mudah memahami definisi pengertian hakiki itu.bahkan anehnya untuk orang yang katakanlah memiliki kualitas intelektual yang lebih sehingga kadang saya sering bertanya tanya,..padahal level orang awam pun terkadang mereka bisa mudah memahami serta menghayatinya

Bahkan saya pribadi yang sering mengungkap istilah itu balik sering di labeli stigma yang tidak mengenakkan hati. padahal kewajiban saya hanya menyampaikan yang sebatas saya tahu dan fahami  soal diterima atau tidak maka itu tidak masuk target yang menjadi visi-misi

Padahal menurut saya apa sih sebenarnya susahnya memahami 'hakiki' itu,sebab contoh untuk itu bahkan sangat mudah ditemukan dimana mana.apakah ini efek dari banyaknya pemikiran spekulatif di dunia filsafat  sehingga bahkan yang nyata dan sederhana saja menjadi seperti rumit untuk bisa difahami,bayangkan konsep konsep yang sudah dianggap baku alias 'hakiki' yang diobrak abrik kaum dekonstruksionis.lalu mereka memilih menjadi relativis yang tidak percaya adanya kebenaran yang bersifat mutlak-menjadi kaum skeptis

...........

Ciri utama ' hakiki'

Sebab bila dalam realitas kita menemukan sesuatu yang memiliki sifat tetap-baku-permanen-pasti maka itu adalah ciri dari karakter 'hakiki'. dan untuk menerangkan masalah ini tak perlu langsung meloncat ke masalah ketuhanan misal sebab (langsung meloncat) itu bagi sebagian orang bisa nampak terkesan 'dogmatis'.Kita mulai saja dari yang mudah dan realitas yang bisa nampak bagi semua orang. coba lihat-amati dan dalami  sifat dari wujud benda benda : air-api-tanah-udara,apakah sifat dasarnya berubah ubah ? .. Dari dulu kita selalu mendapati bahwa sifat api itu selalu panas.lalu wujud bentuk manusia selalu demikian,berkaki dan bertangan dua.wujud kucing selalu berkaki empat.lalu kita bisa membuat berbagai benda teknologi dengan logam seperti mobil-kapal terbang dlsb. itu karena sifat logam yang tidak berubah ubah-permanen

Artinya sifat api,bentuk manusia dan kucing atau beragam wujud lain diangkasa yang substansinya tidak berubah ubah itu memang di'hakikat'kan untuk demikian-bersifat permanen. sehingga bila saya mengatakan 'api itu panas' atau 'kucing selalu ber ekor' maka saya mengatakan kebenaran yang bersifat 'hakiki', tentu hakiki baru pada taraf empirik,karena ilmu pengetahuan tak berhenti sebatas rumusan rumusan empirik-sainstifik tentunya

Para kimiawan-fisikawan-teknolog pun dapat membuat rumusan ilmiah yang baku tetap permanen itu karena sifat dari dzat-materi di alam semesta yang tidak berubah ubah alias 'hakiki'-tidak ber evolusi menjadi lain

Nah itu sedikit contoh untuk tahap inderawi.anda bisa mencari contoh yang lebih banyak lagi.nah sekarang mari kita naik ke tahap berikut yang derajatnya lebih tinggi yaitu tahap akali-tahap penangkapan akal-tahap abstraksi.tapi bila ingin naik ke tahap ini tentu syarat utamanya adalah memahami bahwa akal itu ada,lalu memahami apa fungsi akal serta bagaimana cara atau karakter berfikir akal.untuk memahami bahwa akal itu ada maka eksperiment nya adalah coba sandingkan serta bandingkan antara orang waras dan orang gila maka anda akan yakin bahwa akal itu ada walau ia abstrak.ini perlu sebab kaum materialist ilmiah sulit percaya kepada adanya hal hal yang non materi.jangankan Tuhan, konsep akal saja mereka dekonstruksi.kemudian bagai mana karakter cara berfikir akal maka kita bisa bercermin pada eksistensi ilmu logika.kita akan faham bahwa karakter cara berfikir akal itu sistematis,terstruktur-rasionalistik-bukan empiristik seperti cara berfikir yang orientasi pada penangkapan dunia inderawi

Apakah karakter berfikir akal itu berubah ubah,..tentu tidak,ia bersifat permanen. sebab itu akal dan karakternya itu bersifat 'hakiki' tidak ber evolusi menjadi lain

Coba amati perputaran siang ke malam yang berjalan secara permanen sejak tahun 1, pergantian dari musim hujan ke kemarau, siklus kehidupan manusia dimana yang hidup pasti mati dan yang muda kalau dipanjangkan umur pasti mengalami tua dst.dlsb. maka dengan akal dan dengan cara berfikir akal yang sistematis kita bisa dapat menangkap adanya mekanisme yang mengatur kehidupan

Kemudian coba amati bahwa dalam kehidupan kita dapat menangkap adanya hal hal yang serba bersifat berpasangan: ada lelaki-wanita,bahagia-derita,terang-gelap, hidup-mati,panas-dingin.dlsb.dlsb.maka dengan akal kita bisa menangkap adanya system yang mengkonstruks kehidupan.atau dengan kata lain akal kita bisa menangkap bahwa dualisme itu adalah konstruksi dari kehidupan.selaras dengan apa yang tercantum dalam kitab suci Alqur an yang mendeskripsikan bahwa kehidupan didesain dari segala suatu yang diciptakan serba berpasangan

Nah mekanisme yang ada di alam semesta termasuk kedalamnya adanya dualisme yang mengkonstruks kehidupan itu disebut 'hukum kehidupan pasti' atau 'sunnatullah' menurut bahasa kitab suci dan keberadaannya bersifat 'hakiki' tak berubah ubah-tidak ber evolusi menjadi lain.walau zaman berganti-ilmu pengetahuan manusia berkembang pesat.kalau melihat ke ranah filsafat kita dapat melihat lahirnya beragam konsep-ide pemikiran yang melahirkan beragam mazhab pemikiran tetapi semua itu sama sekali TIDAK merubah keberadaan hukum kehidupan pasti itu sedikitpun artinya hukum kehidupan pasti serta dualisme itu tetap eksis sebagai mekanisme kehidupan

Artinya-kesimpulanya,adanya hal hal yang baku-tetap-permanen di dunia nyata yang tertangkap secara inderawi itu menunjukkan bahwa dibelakang semua itu ditopang-di konstruks oleh hal hal atau oleh sebuah 'grand  konstruksi' kehidupan yang bersifat tetap-baku pula.bayangkan kalau grand konstruksi permanen yang mengatur kehidupan itu tidak ada maka kita tidak akan melihat hal hal yang bersifat tetap-baku-permanen,semua akan kacau dan berantakan

Itu sebab mungkin kita heran kalau di dunia ini-dari ranah filsafat utamanya bisa lahir ide-gagasan-pemikiran skeptisisme-relativisme-spekulativisme yang lalu melahirkan ide pluralisme contohnya,yang menganggap tidak ada kebenaran yang mutlak dan satu.padahal kehidupan dikonstruks oleh hal hal yang tetap.dan yang tetap-baku itu bersifat satu dan menyatu tidak beragam tapi saling berlawanan-seperti kepercayaan manusia.

Mereka-kaum skeptis-relativis seperti tidak melihat serta mendalami 'yang hakiki' itu yang orang awam saja dapat menghayatinya. tapi itulah intelek tak selalu paralel dengan cara berfikir yang lurus-realistis-orientasi pada yang hakiki-terstruktur-konstruktif-rasional,kadang cara berfikirnya 'kacau' atau 'ngaco' kalau menurut frasa bahasa sunda karena orientasi pada yang kebalikan dari itu semua : spekulatif-relatif-subyektif-irrasional-pluralustik-individualistik. Yang semua itu identik dengan karakter cara berfikir post mo.kalau acuannya sains maka identik dengan pemikiran 'chaotik' ala saintis kontemporer.jadi sains-filsafat bisa idem dalam urusan melahirkan pandangan relativistik

Atau coba bayangkan intelektual sekelas prof Hawking,ia nampak jauuuuh mengamati alam semesta raya yang sudah diluar galaksi bumi dan disana ditemukannya fenomena 'keserba tak beraturan dan keserba takpastian-' tidak ' mekanis' seperti realitas galaxy lingkungan  tempat bumi-matahari dan planet planet berada,seperti yang dideskripsikan oleh Newton.lalu ia berkesimpulan ' tak perlu Tuhan untuk alam semesta (tak beratur) seperti itu'.padahal coba fikir (pakai logikaaaa..aduuh) secara logika untuk apa alam semesta nun jauh disana itu didesain beraturan misal sebab disana memang tidak  ber penghuni seperti lingkungan galaksi tempat manusia tinggal.beda dengan galaksi bumi,disini semua ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga beraturan dan ada mekanisme yang bersifat permanen yang mengaturnya karena memang didesain untuk manusia tinggal.

Ah kenapa Profesor tak berfikir kesana sih ... atau itu karena profesor terlalu melihat realitas melulu selalu dengan dalil serta persfektif sainstifik,tidak mencobanya memakai dalil logika misal... ia terlalu jauh menengadah ke alam semesta nan jauh tapi lupa kepada realitas dekat-kepada mekanisme klasik yang dideskripsikan oleh Newton itu-bahkan mungkin dianggapnya teori Newton itu sudah runtuh.cilakanya pemikiran serta cara pandangnya itu banyak diikuti dan dijadikan pedoman lagi aduh .. lalu,.. yang bodoh itu yang  bagaimana serta yang pintar itu bagimana kadang menjadi rancu ....dan,padahal setelah era Hawking-Dawkins apakah hukum kehidupan pasti itu menjadi runtuh misal ..tentu tidak.kita tetap dalam realitas yang sama seperti ribuan tahun lalu

Dan coba amati dan renungi : sebagaimana pemikiran filsafati setinggi apapun tidak bisa merubah realitas 'hakiki' maka apakah fakta adanya ketakberaturan-'chaotisme' di alam raya nun jauh disana itu lalu merusak tatanan semesta galaksi bumi kita ?

Tidak prof... Karena menurut klaim kaum beragama alam semesta ada yang menjaga dan mengendalikannya .. jadi umat manusia tak perlu takut dengan 'horor horor' di alam semesta nun jauh disana yang diungkap saintis kontemporer itu ...

Dan karena para saintis-pemikir atau siapapun yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan mereka semua tidak menciptakan realitas tetapi mereka hanya mempersepsi realitas.realitas pada dasarnya diciptakan permanen. hanya dipermukaan (seperti budaya-peradaban manusia) yang nampak berubah ubah

Itu  sebab mengapa agama mengatakan 'tidak ada agama kecuali bagi yang berakal' ,maknanya,dalam nemahami agama manusia harus pintar memainkan logika.dan tafsirnya : harus bisa berfikir sistematis,konstruktif-harus rasionalistik jangan melulu empiristik.artinya juga dalam memahami ilmu-kebenaran tak cukup hanya dengan berbekal ide-gagasan-pemikiran sainstifik apalagi yang semisal ala Darwin- Hawking-Dawkins dlsb

Karakter berfikir manusia di dunia filsafat pun kadang demikian,jauuuuh menerawang-berspekulasi tentang hal hal yang abstrak tapi terkadang 'lupa' kepada realitas nyata yang permanen.pemikiran boleh tinggi mengawang awang tapi itu tak boleh melupakan atau tak boleh lupa berpijak pada realitas nyata yang dekat.sebab realitas utamanya yang baku-yang empirik adalah parameter pertama atau landasan awal dalam wilayah kajian ilmu-kebenaran walau bukan parameter utama

..............

Mengapa kebenaran agama disebut 'hakiki'

Dan mengapa kebenaran agama (Ilahiah) itu disebut bersifat 'hakiki' ? ... Itu bukan klaim sefihak serta bukan klaim tanpa argumentasi ilmiah tentunya. karena konstruksi kebenaran agama itu bersandar diantaranya pada yang serba hakiki seperti hukum kehidupan pasti itu.jadi salah satu pilar kebenaran agama adalah hukum kehidupan pasti yang mengkonstruks kehidupan manusia itu.coba bayangkan kalau kebenaran agama bersandar pada aneka ragam pemikiran manusia yang bisa berubah ubah serta berganti ganti  seperti yang ada dalam dunia filsafat itu atau pada teori teori sainstifik yang berganti ganti itu maka kebenaran agama mungkin akan menjadi ikut relatif

Tapi itulah tantangannya,kalau memparalelkan agama dengan 'kebenaran hakiki' dianggapnya dogmatik-apologistik bahkan ilusionis.nah di artikel ini saya ungkap salah satu argumentasi ilmiahnya

Sedang 'kebenaran' yang datang dari dunia filsafat serta sains itu bisa relatif-spekulatif-subyektif karena bersandar pada ide-pemikiran-teori-gagasan          (yang terkadang individualistik) yang memang bisa berubah ubah-berganti ganti-tidak permanen-tidak baku alias 'tidak hakiki'

Itulah beda karakter antara kebenaran agama dengan kebenaran sains-filsafat karena kebenaran agama berdasar-mengacu-dikonstruk oleh hal hal yang diciptakan untuk permanen-baku-tetap alias 'hakiki' yang tidak bisa berubah atau diubah oleh manusia termasuk oleh aneka temuan sains serta aneka pemikiran filsafati yang berganti ganti

Saya membayangkan andai suatu saat nanti saat dunia dekat ke kiamat manusia sudah sulit memahami apa itu 'kebenaran' dan apalagi konsep kebenaran yang mutlak-satu karena peralatan berfikirnya 'di dekonstruksi' dan lalu cara berfikir manusia pun didekonstruksi pula sehingga lebih condong ke serba orientasi ke spekulatif-relatif-subyektif-individualistik-pluralistik dan-lalu cara berfikir akal yang sistematis-terstruktur yang disyaratkan untuk memahami agama sudah cenderung ditanggalkan.dan lalu makna 'hakiki' saja ternyata sudah sulit difahami dikalangan intelektual - kaum pemikir karena cara melihat dan berfikir sudah lebih orientasi pada yang serba relatif dan spekulatif

......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun