Satu hal lagi yang ingin saya ingatkan bahwa makna dasar dari kata 'radikal' dalam kamus adalah : 'kembali ke dasar',tapi seolah telah terjadi pergeseran nilai sehingga makna 'radikal' yang harus difahami publik itu selalu harus 'keras' dan makna keras itu harus difahami sebagai 'salah'.disini sepertinya telah terjadi semacam indoktrinasi ke alam fikiran publik dan itu dilakukan lebih untuk kepentingan ideologis sehingga makna 'radikal' pun menjadi lebih berbau ideologis-tidak lagi filosofis
Padahal kalau kata 'radikal' itu lebih dimaknai sesuai pengertian dasarnya yaitu 'radix' yang artinya 'akar' maka radikal berarti ' kembali ke akar',dan lalu kita boleh bertanya : kalau suatu kelompok berkeinginan kembali ke akar yang menjadi dasar dari keyakinan mereka maka,apakah itu suatu yang salah ?
Contoh : bila kelompok beragama ingin kembali ke akar yang menjadi dasar dari keyakinan mereka dan menolak faham faham yang dianggap merusak keyakinan dasar mereka maka,apakah itu suatu yang salah ?
Atau,apakah kaum beragama lantas disalahkan dengan menggunakan bingkai 'radikalisme' padahal mereka hanya ingin kembali ke akar yang menjadi dasar keyakinan mereka ?
Contoh, adanya faham faham yang bagi kaum muslim dinilai dapat merusak tauhid semacam berkembangnya prinsip 'pluralisme' yang beranggapan semua agama sebagai ' benar' secara konseptual, sedang bagi kaum muslim akar dari konsep tauhid yang benar adalah percaya hanya pada (kebenaran) Tuhan yang hanya satu. maka lalu kaum muslim memproklamirkan penolakan terhadap prinsip demikian.dan itulah contoh 'radikalisme' yang bermakna 'kembali ke akar yang benar' dan itu tak lalu harus dimaknai sebagai ' keras' yang kemudian selalu diasosiasikan sebagai salah secara ideologis
.......
Walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwa ada radikalisme yang memang dapat kita maknai secara negatif semisal radikalisme yang berkaitan dengan terorisme bom bunuh diri misal,tetapi itu tak lantas menjadi alasan untuk  menggenelarisir tiap segala suatu yang dianggap 'keras' sebagai selalu bermakna negatif utamanya yang terkait issue atau masalah keagamaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H