Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Segala Sesuatu Harus Masuk Akal?

4 Agustus 2017   10:25 Diperbarui: 4 Agustus 2017   13:27 2725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'hanya orang yang ber pengertian yang dapat memahami hikmat' ..demikian simpulan yang diambil dari amsal Soelaiman sekaligus mengingatkan bahwa orang yang pandai bermain logika semata tetapi hatinya tumpul dari pengertian maka akan sulit baginya untuk menangkap dan mempelajari hikmat

Cara berfikir hati itu digunakan oleh manusia kala berhadapan dengan hal hal yang bersifat mendalam yang memang nemerlukan kalbu untuk dapat mendalami serta merenunginya misal ketika kita merenungi masalah hakikat serta makna terdalam dari segala suatu yang kita temukan dalam kehidupan yang penuh dengan problematika yang secara keilmuan bersifat sangat kompleks itu

Dan tentu manusia tidak akan mencari cari jawaban terhadap masalah yang mendalam itu di ruang isi kepala dengan jalan bermain logika misal karena kita tahu hal itu sebagai suatu yang tidak mungkin mengingat kelemahan serta keterbatasan isi kepala,tidak juga dengan berselancar ke dunia filsafat menggunakan teori metafisika tertentu dan mengandalkan para failosof yang menjawabnya karena kita tahu mereka juga manusia yang memiliki keterbatasan. dan apalagi mencari jawabannya dalam sains karena sains eksist tentu bukan untuk mendalami hal seperti itu

Dengan kata lain prinsip 'segala suatu harus masuk akal' tidak berlaku lagi kala kita berselancar memikirkan hal hal yang bersifat mendalam semisal dunia makna makna.coba kita dalami,dalam agama memang ada ruang untuk bermain logika bahkan itu sering menjadi ajang perdebatan sengit misal antara teis-ateis, tetapi selain itu juga ada ruang untuk mengasah kalbu-untuk mendalami dunia makna makna yang dalam agama masuk wilayah 'ilmu hikmat' yang dalam dunia agama memiliki tempat tersendiri yang bahkan istimewa. coba lihat dalam dunia agama ada saat ketika elemen makna yang dikedepankan dan logika dikepinggirkan misal ketika kita mendalami fenomena adanya ritual dalam agama,maka yang dikedepankan adalah apa makna sembahyang,berzakat,berpuasa dlsb.dan bukan logika sembahyang,zakat atau logika berpuasa

Dan itulah kekayaan serta keluasan ruang ilmu pengetahuan sekaligus ruang berfikir dalam dunia agama Ilahiah yang tidak melulu berkutat dalam isi kepala semata. walau sebagian manusia ada yang mempersempit makna-definisi pengertian agama dengan lebih melekatkannya dengan dunia mistik-bukan dengan dunia real,lebih melekatkannya dengan dogma bukan dengan ilmu pengetahuan,lebih melekatkannya dengan 'masalah kepercayaan serta keyakinan' yang seolah bisa diperoleh begitu saja melalui dogma dogma bahkan tanpa harus berfikir

Entahlah tentu dengan agama hasil desain rekayasa manusia semisal agama pagan era zaman para nabi yang memang tidak berkonstruk ilmu pengetahuan

Dan semua itu terjadi diantaranya karena ada pra anggapan bahwa ilmu pengetahuan=sains dan diluar itu seolah tak ada ilmu pengetahuan.padahal sains hanya berkutat di dunia materi-mengumpulkan sepotong demi sepotong kebenaran empiris yang terkadang tanpa manusia tahu harus memuarakannya kearah mana sehingga yang tinggal hanyalah kumpulan potongan demi potongan fakta empirik yang berserakan tanpa konstruksi yang menyatu padu juga terkadang tanpa makna

....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun