Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ilmu Psikologi, Haruskah Didekonstruksi?

1 Agustus 2017   00:35 Diperbarui: 1 Agustus 2017   16:25 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASALAH PERTAMA

Tetapi,...apakah para psikolog,psikiater serta para pakar masalah kejiwaan di dunia setuju,mengamini-meng iya kan gambaran struktur dasar jiwa manusia atau gambaran pelukisan jiwa manusia beserta lika likunya menurut versi sang pencipta sebagaimana yang saya gambarkan diatas ?..dan lalu menjadikannya sebagai bahan baku-landasan dasar dari teori teori kejiwaan yang mereka deskripsikan ? ..atau mereka memandang manusia serta problem kejiwaannya secara lain dan mendeskripsikannya melalui teori teori psikologinya secara lain pula -berbeda dengan gambaran serta pelukisan jiwa versi sang penciptanya ? 

Apakah eksistensi dari ilmu psikologi yang dominan-menguasai dunia pendidikan saat ini malah berlawanan dengan misi Ilahi yang berkehendak agar manusia bisa menggali potensi potensi ruhaniahnya-mengendalikan gejolak nafsunya lalu ujungnya menjadi manusia yang memiliki sifat sifat agung dan mulia sebagaimana sifat sifat yang melekat pada Tuhannya, atau..malah orientasi menjadikan unsur rasa perasaan nafsu itu menjadi obyek utama ilmu psikologi dan menjadikannya seolah sebagai raja dalam jiwa dimana kesehatan jiwa manusia diukur menurut kondisi rasa perasaan nafsunya tanpa peduli apakah ruhaninya sakit atau sehat.dengan kata lain,apakah saat ini telah terjadi peminggiran terhadap peran ruhani secara massiv dalam banyak teori psikologi yang tengah nenguasai dunia ? ..(sebagaimana telah terjadi peminggiran metafisika-dimensi gaib dari wacana keilmuan 'barat' serta peminggiran rasio-cara berfikir rasional-terstruktur dari dunia filsafat melalui filsafat pos mo) ..(ah,..dunia yang makin 'materialist')

Sebab sebagai contoh nyata kita bisa ambil satu kasus di dunia psikologi yang mungkin bisa dianggap sebagai salah satu awal dari terjadinya peminggiran terhadap peran ruhani di dunia ilmu psikologi,bila kitab suci mendeskripsikan struktur Jiwa manusia sebagai terdiri dari ruhani-akal dan hawa nafsu masing masing dengan pelukisan karakteristiknya sendiri sendiri maka FREUD mendeskripsikan manusia sebagai terdiri dari id-ego dan super ego. sehingga pertanyaannya; apakah deskripsi Freud itu paralel-bersesuaian dengan gambaran struktur jiwa manusia versi sang penciptanya ? Apakah gambaran dari id-ego-super ego itu sama persis dengan gambaran tentang ruhani-akal-rasa perasaan nafsu ?

Lalu,apakah karakter ruhani yang berpotensi melahirkan karakter Ilahi yang agung dan mulia yang berfungsi menghandle kelemahan unsur rasa nafsu hadir-tergambarkan dalam teori teori Freud ? ..ataukah Freud malah terlalu mengekploitasi unsur rasa perasaan nafsu manusia dan menjadikannya sebagai obyek utama dari teori teori psikologinya (sehingga kajian unsur ruhani menjadi terpinggirkan ..) ? 

Sejatinya pertanyaan pertanyaan seperti itulah yang juga harus kita tujukan pada para ahli jiwa-psikolog serta psikiater yang teori teorinya menguasai dunia saat ini.apakah kebanyakan teori teori psikologi saat ini hanya berputar putar diseputar wilayah-area rasa perasaan nafsu emosi manusiawi tanpa mau melangkah ke dimensi wilayah lain-wilayah ruhani yang memiliki karakter yang berbeda atau menganggap bahwa problem psikis manusia hanya terjadi di wilayah-area rasa perasaan nafsu tanpa mau memengaitkannya dengan keberadaan unsur ruhani yang sejatinya diciptakan untuk menghandle kelemahan rasa perasaan nafsu.faktanya sebagai contoh itu tadi,dalam teori psikologi Freud kita lebih banyak melihat manusia dengan karakter yang bahkan suatu saat lebih mirip 'hewani' karena yang lebih banyak dimunculkan atau ditonjolkan adalah kehendak kehendak unsur rasa perasaan nafsu nya karena di sisi lain telah dihilangkan potensi bagi hadir dan berkembangnya karakteristik yang bersifat Ilahiah

Apakah ini (peminggiran peran serta kajian ruhaniah) yang membuat manusia di akhir zaman malah menjadi lemah dan rapuh secara psikologis, sehingga menjadi manusia yang mudah stress,depressi dan kasus bunuh diri banyak terhadi dimana mana,belum lagi kasus a moral serta a susila seperti yang digambarkan lewat blue film misal.mungkin salah satunya disebabkan karena manusia tidak dibimbing oleh ilmu psikologi yang menyertakan kajian aspek ruhaniah dan pelampiasan nafsu liar pun mungkin dianggap sebagai suatu ekspressi jiwa yang 'sehat' walau merusak serta melemahkan secara ruhaniah.(apakah para psikolog juga mengajarkan pelampiasan nafsu yang benar dan yang salah dengan memakai bingkai kepentingan ruhaniah ?

Coba renungkan baik baik,..Tuhan mengajarkan pengendalian terhadap emosi-kemarahan dengan dorongan agar manusia menggali potensi ruhaniah sebagai penyeimbang atau peredamnya,tetapi ada teori psikologi yang malah seolah membenarkan pelampiasan segala bentuk emosi kemarahan,kekesalan dlsb. dengan alasan 'agar beban psikologisnya tertumpahkan dan beban jiwa menjadi hilang' katanya.lalu Tuhan pun mengajarkan kendali atas syahwat liar juga melalui kendali ruhaniah tetapi ada teori psikologi yang malah melegalkan onani misal dan tidak memandang buruk seks bebas atau seks pranikah

Padahal efek dari pelampiasan pelampiasan nafsu yang tanpa kendali ruhani itu malah menjadi boomerang yang melemahkan jiwa manusia itu sendiri. pada awalnya manusia menjadi merasa asing terhadap keberadaan unsur ruhani yang ada dalam jiwa nya lalu setelah itu ia kehilangan kekuatan ruhaniahnya karena terlalu menjadikan rasa perasaan nafsu sebagai 'raja' yang apapun keinginannya seolah harus selalu dipenuhi maka manusia pun akhirnya menjadi makhluk yang rapuh secara mental-menjadi mudah depressi misal serta terkena penyakit kejiwaan lain yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan,atau yang paling dekat adalah menjadi mudah dirasuki perasaan hampa,gersang yang salah satunya banyak yang berujung pada keinginan mengakhiri hidup.padahal salah satu fungsi vital dari ruhani adalah menguatkan rasa perasaan yang telah melemah serta menyirami jiwa yang telah kering kerontang

Dengan kata lain,mungkin tidak sedikit advis psikolog-psikiater yang menyimpang dari fitrah manusia yang sesungguhnya,karena secara fitrah manusia bukan hanya makhluk yang terdiri dari unsur rasa perasaan nafsu-emosi semata tetapi ia pun dibekali dengan potensi potensi ruhaniah,dan potensi potensi ruhaniah itu idealnya digali dan dimunculkan ketika ia berhadapan dengan problem psikologis yang berat

.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun