Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ilmu Psikologi, Haruskah Didekonstruksi?

1 Agustus 2017   00:35 Diperbarui: 1 Agustus 2017   16:25 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freud dan kawan kawan || edochess.ca

Ilmu jiwa sebagaimana juga ilmu ilmu lain seperti ilmu filsafat,sains telah mengalami perkembangan pesat yang luarbiasa dari zaman ke zaman dan itu dicirikan dari banyaknya teori ilmu psikologi baru yang melahirkan berbagai cabang baru ilmu psikologi yang diantaranya melahirkan istilah istilah baru yang terkadang asing dimata publik awam

Tetapi kita harus ingat satu hal yang sangat penting bahwa sejauh manapun atau ke arah manapun ilmu psikologi berkembang maka struktur dasar dari jiwa manusia itu tak akan pernah berubah-bersifat permanen alias 'hakiki',ia tak akan pernah berubah oleh situasi serta kondisi yang bagaimanapun disepanjang zaman termasuk oleh kehadiran banyaknya teori psikologi yang baru.sebab demikianlah Tuhan sang penciptanya telah menciptakan serta menetapkan untuk keseluruhan umat manusia apapun ras-bangsa-kultur serta kepercayaannya.mereka memiliki struktur jiwa yang sama karena mereka semua diciptakan oleh Tuhan yang satu bukan oleh Tuhan yang berbeda beda

Wajib diketahui utamanya oleh para peneliti masalah kejiwaan bahwa struktur dasar jiwa manusia itu terdiri dari tiga unsur:

Pertama; unsur RUHANI sebagai unsur jiwa utama yang terdalam yang memiliki karakter Ilahiah yang agung dan mulia seperti sifat mengasihi, menyayangi,menyantuni,belas kasihan,mencintai kebenaran,kebaikan serta keadilan serta sebaliknya membenci ketidak benaran serta keburukan dan sifat sifat mulia lainnya,yang mana potensi demikian dapat hadir secara spontan-alami dan atau manusia juga dapat menggalinya sendiri

Kedua; unsur AKAL sebagai unsur 'pertengahan' yang memiliki kemampuan berfikir logis,sistematis,matematis,terstruktur sehingga manusia memiliki kemampuan dalam membedah,menganalisa untuk lalu membedakan mana benar mana salah,mana baik mana buruk mana yang menguntungkan dan merugikan, dlsb. serta lalu merumuskannya dalam berbagai bentuk konsep bercorak rasional.akal lah yang merumuskan konsep bentuk kebenaran rasional yang biasanya digumuli oleh para teolog serta failosof

Dan ketiga adalah unsur RASA PERASAAN HAWA NAFSU yang mana dapat dimasukkan kedalamnya adalah definisi pengertian 'emosi','syahwat' sebagai unsur jiwa 'terluar' dalam artian yang paling mudah diraba atau terlihat dari permukaan dan merupakan unsur jiwa yang paling lemah sebab karena karakteristiknya yang bersifat 'manusiawi'-mudah jatuh pada kesalahan dan kekeliruan atau yang oleh agama dikategorikan sebagai 'dosa'

Dengan kata lain, tiap unsur jiwa itu memiliki karakteristik sendiri sendiri yang khas yang berbeda satu dengan lainnya.bisa disebut bila Ruhani memiliki potensi karakter Ilahiah yang agung-mulia maka rasa perasaan nafsu memiliki karakter sebaliknya yaitu bersifat atau bercorak 'manusiawi' karena orientasi dari rasa perasaan nafsu adalah pada kesenangan serta kelezatan yang bersifat fisik-material-jasmaniah.sebab itu merupakan sebuah realitas yang wajar serta dapat dimengerti apabila dalam sejarah kehidupan umat manusia sejak zaman manusia pertama hingga saat ini selalu terjadi clash-pergumulan yang diakibatkan adanya perbedaan karakter antara ruhani dengan hawa nafsu,misal yang satu menghendaki kebaikan dan yang satu lagi menghendaki keburukan,sebuah clash-pergumulan psikologis yang sangat sering digambarkan dalam kitab suci

Dan gambaran manusia ideal dalam pandangan Tuhan adalah manusia yang dapat menggali potensi ruhaninya dan menjadikannya sebagai pemimpin dari jiwa nya atau menjadikan ruhani sebagai raja lalu menjadikan akal sebagai perdana menteri pembantu utama raja dan menjadikan hawa nafsu sebagai hamba sahaya yang harus selalu berada dalam kendali penguasaan sang raja. walau dalam kenyataannya membentuk manusia ideal yang dikehendaki Tuhan itu ternyata tidaklah mudah sebab tentu memerlukan perjuangan tersendiri dan faktanya tidak sedikit manusia yang malah menjadikan hawa nafsunya sebagai raja setelah sebelumnya melumpuhkan kekuatan sang raja sejati dan akalnya lalu ditundukkan mengikuti kehendak hawa nafsunya

Dan dengan kata lain rasa perasaan hawa nafsu itu tidak memiliki karakter sebagaimana yang dimiliki ruhani serta akal dan itu menjadi pangkal dari kelemahan serta kerapuhannya dimana tanpa kendali ruhani-akal maka rasa perasaan nafsu itu dapat nenjelma menjadi unsur jiwa dengan karakter binatang yang buas dan kejam.dan itu bukanlah suatu metafora atau teori tetapi fakta yang dapat kita lihat dalam kenyataan misal terjadinya perbuatan bejat-a susila-a moral atau tindakan aniaya yang tanpa belas kasihan dlsb.

Oleh sebab itu dalam konsep Tuhan yang tertuang dalam kitab suciNya terdapat konsep pengendalian nafsu melalui potensi yang dapat manusia gali dalam ruhaninya dan upaya menyetting atau menggiring akal agar dapat berfikir rasional dalam mencari kebenaran sehingga berujung dapat ikut memperkuat kedudukan ruhani dalam jiwa. karena harus diketahui pula bahwa karena kedudukan akal yang pertengahan dan tidak memiliki sifat personal seperti ruhani dan nafsu (tidak memiliki niat-kehendak) maka akal itu dapat ditarik kesana kemari,ia dapat berkolaborasi dengan kehendak  ruhani dan digunakan sebagai alat pencari kebenaran,tetapi di sisi lain setelah berada dalam penguasaan nafsu iapun dapat menjadi alat yang bisa digunakan untuk merekayasa kejahatan

Dan setelah memahami ilmu tentang struktur jiwa beserta karakteristiknya  itu maka apapun gejolak-pergumulan-permasalahan yang ada-terjadi dalam alam rasa perasaan nafsu-emosi saya maka saya suka mengukurkannya atau bercermin kepada karakter ruhani untuk mencari perimbangannya,sebab tanpa kontrol serta kendali ruhani terkadang begitu sulit mengendalikan gejolak apa yang terjadi di alam rasa perasaan nafsu-emosi saya.saya berupaya menggali potensi ruhani untuk meredam gejolak serta untuk melapisi kelemahan mendasar unsur rasa perasaan nafsu manusiawi yang mudah tergelincir pada depressi atau rasa putus asa-hampa-gersang serta perasaan negatif lain

MASALAH PERTAMA

Tetapi,...apakah para psikolog,psikiater serta para pakar masalah kejiwaan di dunia setuju,mengamini-meng iya kan gambaran struktur dasar jiwa manusia atau gambaran pelukisan jiwa manusia beserta lika likunya menurut versi sang pencipta sebagaimana yang saya gambarkan diatas ?..dan lalu menjadikannya sebagai bahan baku-landasan dasar dari teori teori kejiwaan yang mereka deskripsikan ? ..atau mereka memandang manusia serta problem kejiwaannya secara lain dan mendeskripsikannya melalui teori teori psikologinya secara lain pula -berbeda dengan gambaran serta pelukisan jiwa versi sang penciptanya ? 

Apakah eksistensi dari ilmu psikologi yang dominan-menguasai dunia pendidikan saat ini malah berlawanan dengan misi Ilahi yang berkehendak agar manusia bisa menggali potensi potensi ruhaniahnya-mengendalikan gejolak nafsunya lalu ujungnya menjadi manusia yang memiliki sifat sifat agung dan mulia sebagaimana sifat sifat yang melekat pada Tuhannya, atau..malah orientasi menjadikan unsur rasa perasaan nafsu itu menjadi obyek utama ilmu psikologi dan menjadikannya seolah sebagai raja dalam jiwa dimana kesehatan jiwa manusia diukur menurut kondisi rasa perasaan nafsunya tanpa peduli apakah ruhaninya sakit atau sehat.dengan kata lain,apakah saat ini telah terjadi peminggiran terhadap peran ruhani secara massiv dalam banyak teori psikologi yang tengah nenguasai dunia ? ..(sebagaimana telah terjadi peminggiran metafisika-dimensi gaib dari wacana keilmuan 'barat' serta peminggiran rasio-cara berfikir rasional-terstruktur dari dunia filsafat melalui filsafat pos mo) ..(ah,..dunia yang makin 'materialist')

Sebab sebagai contoh nyata kita bisa ambil satu kasus di dunia psikologi yang mungkin bisa dianggap sebagai salah satu awal dari terjadinya peminggiran terhadap peran ruhani di dunia ilmu psikologi,bila kitab suci mendeskripsikan struktur Jiwa manusia sebagai terdiri dari ruhani-akal dan hawa nafsu masing masing dengan pelukisan karakteristiknya sendiri sendiri maka FREUD mendeskripsikan manusia sebagai terdiri dari id-ego dan super ego. sehingga pertanyaannya; apakah deskripsi Freud itu paralel-bersesuaian dengan gambaran struktur jiwa manusia versi sang penciptanya ? Apakah gambaran dari id-ego-super ego itu sama persis dengan gambaran tentang ruhani-akal-rasa perasaan nafsu ?

Lalu,apakah karakter ruhani yang berpotensi melahirkan karakter Ilahi yang agung dan mulia yang berfungsi menghandle kelemahan unsur rasa nafsu hadir-tergambarkan dalam teori teori Freud ? ..ataukah Freud malah terlalu mengekploitasi unsur rasa perasaan nafsu manusia dan menjadikannya sebagai obyek utama dari teori teori psikologinya (sehingga kajian unsur ruhani menjadi terpinggirkan ..) ? 

Sejatinya pertanyaan pertanyaan seperti itulah yang juga harus kita tujukan pada para ahli jiwa-psikolog serta psikiater yang teori teorinya menguasai dunia saat ini.apakah kebanyakan teori teori psikologi saat ini hanya berputar putar diseputar wilayah-area rasa perasaan nafsu emosi manusiawi tanpa mau melangkah ke dimensi wilayah lain-wilayah ruhani yang memiliki karakter yang berbeda atau menganggap bahwa problem psikis manusia hanya terjadi di wilayah-area rasa perasaan nafsu tanpa mau memengaitkannya dengan keberadaan unsur ruhani yang sejatinya diciptakan untuk menghandle kelemahan rasa perasaan nafsu.faktanya sebagai contoh itu tadi,dalam teori psikologi Freud kita lebih banyak melihat manusia dengan karakter yang bahkan suatu saat lebih mirip 'hewani' karena yang lebih banyak dimunculkan atau ditonjolkan adalah kehendak kehendak unsur rasa perasaan nafsu nya karena di sisi lain telah dihilangkan potensi bagi hadir dan berkembangnya karakteristik yang bersifat Ilahiah

Apakah ini (peminggiran peran serta kajian ruhaniah) yang membuat manusia di akhir zaman malah menjadi lemah dan rapuh secara psikologis, sehingga menjadi manusia yang mudah stress,depressi dan kasus bunuh diri banyak terhadi dimana mana,belum lagi kasus a moral serta a susila seperti yang digambarkan lewat blue film misal.mungkin salah satunya disebabkan karena manusia tidak dibimbing oleh ilmu psikologi yang menyertakan kajian aspek ruhaniah dan pelampiasan nafsu liar pun mungkin dianggap sebagai suatu ekspressi jiwa yang 'sehat' walau merusak serta melemahkan secara ruhaniah.(apakah para psikolog juga mengajarkan pelampiasan nafsu yang benar dan yang salah dengan memakai bingkai kepentingan ruhaniah ?

Coba renungkan baik baik,..Tuhan mengajarkan pengendalian terhadap emosi-kemarahan dengan dorongan agar manusia menggali potensi ruhaniah sebagai penyeimbang atau peredamnya,tetapi ada teori psikologi yang malah seolah membenarkan pelampiasan segala bentuk emosi kemarahan,kekesalan dlsb. dengan alasan 'agar beban psikologisnya tertumpahkan dan beban jiwa menjadi hilang' katanya.lalu Tuhan pun mengajarkan kendali atas syahwat liar juga melalui kendali ruhaniah tetapi ada teori psikologi yang malah melegalkan onani misal dan tidak memandang buruk seks bebas atau seks pranikah

Padahal efek dari pelampiasan pelampiasan nafsu yang tanpa kendali ruhani itu malah menjadi boomerang yang melemahkan jiwa manusia itu sendiri. pada awalnya manusia menjadi merasa asing terhadap keberadaan unsur ruhani yang ada dalam jiwa nya lalu setelah itu ia kehilangan kekuatan ruhaniahnya karena terlalu menjadikan rasa perasaan nafsu sebagai 'raja' yang apapun keinginannya seolah harus selalu dipenuhi maka manusia pun akhirnya menjadi makhluk yang rapuh secara mental-menjadi mudah depressi misal serta terkena penyakit kejiwaan lain yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan,atau yang paling dekat adalah menjadi mudah dirasuki perasaan hampa,gersang yang salah satunya banyak yang berujung pada keinginan mengakhiri hidup.padahal salah satu fungsi vital dari ruhani adalah menguatkan rasa perasaan yang telah melemah serta menyirami jiwa yang telah kering kerontang

Dengan kata lain,mungkin tidak sedikit advis psikolog-psikiater yang menyimpang dari fitrah manusia yang sesungguhnya,karena secara fitrah manusia bukan hanya makhluk yang terdiri dari unsur rasa perasaan nafsu-emosi semata tetapi ia pun dibekali dengan potensi potensi ruhaniah,dan potensi potensi ruhaniah itu idealnya digali dan dimunculkan ketika ia berhadapan dengan problem psikologis yang berat

.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun