Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rekonstruksi Pesan Emha Ainun Nadjib: Mencari Makna 'Kebebasan Berfikir'

18 Oktober 2016   19:22 Diperbarui: 19 Oktober 2016   06:59 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : anakpadi.com

Berbicara tentang ‘kebebasan’ memang arahnya bisa kemana mana,bisa dibingkai oleh filosofi-kacamata sudut pandang yang berbeda beda,misal bisa lari ke faham liberalisme atau eksistensialisme. tetapi itu semua adalah ekspressi dari bentuk kebebasan berfikir dan bukan parameter kebebasan itu sendiri, sebab seseorang tak bisa dipaksa misal untuk menjadi seorang liberalis-eksistensialis-humanis-nihilist dlsb.hanya untuk merasakan aroma kebebasan sebab bila dipaksa maka itu menyalahi prinsip kebebasan itu sendiri,dan sebab bisa jadi bagi seseorang semua itu adalah faham faham yang tidak cocok dengan suara hati nurani nya

Sebab itu kita harus menemukan sesuatu yang dapat kita gunakan sebagai parameter kebebasan yang sesungguhnya yang posisinya otonom dari berbagai bentuk pemaksaan serta perekayasaan

Bila kita berbicara tentang ‘kebebasan’ dan bingung dengan simbol kebebasan yang hakiki-permanen maka salah satu unsur yang dapat kita gunakan sebagai simbol kebebasan adalah suatu yang ada pada diri tiap manusia itu sendiri yaitu  ‘suara hati nurani’, mengapa suara hati nurani merupakan simbol kebebasan yang sesungguhnya ?  .. ini jawabannya :

Karena suara hati nurani itu tidak bisa ‘dicuci’ seperti otak-tidak bisa di doktrin-tidak bisa dipaksa-tidak bisa ditipu  juga tidak bisa direkayasa, suaranya mutlak berasal dari fikiran yang terdalam yang ada dalam diri sendiri dan tidak ada yang mutlak bisa mengatasnamakan suara hati nurani seseorang karena suara hati nurani seseorang itu tak dapat diwakilkan pada orang lain-mutlak milik dirinya sendiri. sebab itu siapapun yang melakukan suatu hal-perkara dengan cara menekan atau melawan suara hati nuraninya sendiri maka bisa disebut ia adalah seorang pecundang kebebasan-seorang yang tidak memiliki kebebasan (!)  

Sehingga apabila muara dari pembicaraan perihal parameter kebebasan adalah berujung pada ‘suara hati nurani’ ( sebab muara dari kebebasan tentu mustahil berujung pada indoktrinasi yang tak bersesuaian dengan hati nurani).dengan kata lain karena suara hati nurani adalah parameter kebebasan yang sejati maka artinya kita harus membiarkan manusia untuk mengikuti suara hati nuraninya sebagai bentuk penghormatan terhadap kebebasannya-termasuk penghormatan terhadap kebebasan berfikirnya. 

Sehingga jangan sampai memaksa seseorang untuk menelan bahan atau cara berfikir tertentu misal yang tidak bersesuaian dengan suara hati nurani nya betapapun bahan serta cara berfikir yang di sodorkan misal telah dilabeli ‘kebebasan’ termasuk arahan untuk menelannya atau tidak menelannya


Tetapi keharusan menggunakan bahan serta cara berfikir tertentu sebagai syarat mutlak untuk menggapai ‘kebebasan berfikir’ itu juga salah sebab menurut penjelasan diatas bukankah muara dari penjelasan perihal parameter kebebasan adalah ‘suara hati nurani’? sehingga apapun yang dipesankan Cak Nun diatas maka biarlah suara hati masing masing menelan dan lalu mengolahnya. lalu bagaimana dengan hasilnya,..  maka Cak Nun sendiri tak boleh meng indoktrinasikannya sebab itu akan menjadi suatu bentuk pemerkosaan terhadap kebebasan berfikir.biarlah masing masing menemukan apa yang di suarakan oleh hati nurani nya.

Dengan kata lain maka : Pertanyaan terkait pernyataan Cak nun diatas :

Apakah saya pasti akan menemukan  intisari-saripati-hakikat terdalam dari apa yang saya percayai secara otentik apabila saya menggunakan bahan serta cara berfikir yang di sodorkan oleh Cak Nun ? .. oh untuk memastikannya tentu saya tak bisa langsung mengatakan ya atau tidak,saya akan menanyakannya kepada hati nurani saya sendiri (!) .. itulah resiko dari memegang prinsip kebebasan adalah tak bisa menelan begitu saja bahan bahan yang disodorkan fihak lain kecuali mengolahnya-menimang nimang nya-memeriksa nya secara mendetail

Tetapi pada prinsipnya bagi saya pribadi bahan serta cara berfikir yang diantar oleh Cak Nun memang sering mempesonakan dan tentu bagi para pecinta kebebasan berfikir lain tentunya,apa yang dikatakannya seolah melepaskan manusia dari beban indoktrinasi yang seolah selalu mengharuskan untuk percaya-tanpa harus masuk ke wilayah kebebasan berfikir terlebih dahulu ,sebab itu saya mengolah bahan serta cara berfikir yang diantar cak Nun itu dengan penuh rasa suka, terlepas apapun hasilnya,termasuk apabila sebagian hasilnya ternyata berlawanan dengan fikiran fikiran Cak Nun sendiri

...........................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun