Atau lalu,apa yang menjadi pertimbangan atau argumentasi sebagian pendukung gubernur Ahok (yang mengatasnamakan nurani itu) yang mereka anggap ‘bersesuaian dengan nurani’ itu .. saya juga tidak tahu, dan nampaknya tak perlu mencari cari tahu karena saya hanya seorang pengamat belaka bukan yang pro maupun kontra.hanya secara keilmuan argumentasi yang jelas-konseptual-ilmiah memang akan diperlukan baik untuk yang pro maupun yang kontra apabila ingin memposisikan diri atau diposisikan oleh publik sebagai fihak yang berada dijalan yang benar.tanpa argumentasi yang jelas-konseptual publik tetap akan dibuat bingung perihal mana yang sebenarnya dari kedua fihak yang nampaknya akan berseberangan di pilkada DKI itu yang ‘berdasar nurani’ ?
Contoh lain lagi,kaum non teis seringkali menolak apabila kaum teis berargumentasi dengan mengklaim berdasar nurani karena menurut mereka agama tidak bersesuaian dengan prinsip humanisme-dianggap ‘tidak humanis’ (humanism ala mereka tentu saja),dan humanism ala non teis itu mereka paralelkan sebagai ‘berdasar nurani’.sedang agama dianggapnya tak humanis karena dianggap telah menimbulkan permusuhan serta peperangan, demikian pula di sisi lain teis menggolongkan orang orang yang bersikeras untuk tidak mau tunduk kepada Tuhan itu sebagai makhluk yang tak bernurani karena mereka memandang bahwa sebagai manusia seharusnya mereka tahu diri dengan mau tunduk kepada yang menciptakan mereka dan yang menciptakan segala macam fasilitas untuk manusia
Tetapi mungkinkah nurani dapat membenarkan dua hal yang essensinya saling berlawanan dan saling melenyapkan (?).. tentu saja tidak mungkin,..sebab menurut hukum logika hanya akan ada satu yang benar.nah untuk menentukan mana yang benar-mana yang salah atau mana yang bersesuaian dengan nurani dan mana yang tidak itulah yang tidak mudah dan memerlukan alat lain yaitu akal sebagai alat bantu
Dengan kata lain diantara dua-dua pihak yang berlawanan itu mana yang sebenarnya berdasar nurani ? .. nampaknya tetap akan memerlukan argumentasi yang akan melibatkan fungsi akal serta perdebatan panjang yang membutuhkan kejelasan kejelasan konseptual perihal makna ‘berdasar nurani’ itu.dengan kata lain pernyataan ‘berdasar nurani’ tak bisa sekedar klaim tetapi tanpa konsepsi yang jelas benar-salah nya
Dan dengan kata lain sebab itu memerlukan bantuan akal untuk menyusun argumentasi ilmiah serta lalu dapat mengkonsepsikan mana diantara kedua pihak yang saling berlawanan pandangan itu yang lebih ideal mengatasnamakan nurani.dan itulah logika berfungsi membantu kita memilah mana yang mendekati kebenaran dan mana yang  layak dipandang sebagai fihak yang salah sehingga mana yang ideal mengatasnamakan nurani dan mana yang tidak ideal setidaknya akan dapat kita teropong secara lebih jelas - lebih konseptual-tidak sekedar mengikuti ‘kata hati’ atau ‘perasaan emosional’ semata
Sebab terkadang seseorang atau suatu kelompok bahkan secara berapi api mengatasnamakan nurani tetapi sebenarnya hanya mengikuti perasaan emosi semata,misal yang membela prostitusi dengan alas an ekonomi walau bagaimanapun sulit untuk dianggap bersesuaian dengan nurani karena prostitusi walau bagaimanapun tetap adalah pilihan yang salah,atau yang secara berapi api menuntut agar seseorang tidak dihukum berat padahal sang terdakwa melakukan perbuatan yang bisa dikategorikan beratÂ
Dan saat bulan puasa ini adalah saat yang tepat untuk mengasah kepekaan nurani kita agar lebih mudah memahami mana benar-mana salah,agar tidak mudah main klaim 'berdasar nurani atau agar mudah untuk menemukan mana fihak yang sesuangguhnya memperjuangkan sesuatu yang berdasar nurani dan mana fihak yang sekedar main klaim
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang akan melaksanakannyaÂ
……………………
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H