Malah ambisi yang terlalu besar yang tidak dibingkai oleh sikap mental yang baik bisa menjadi ibarat api yang karena tak bisa dikendalikan malah membakar semuanya.
Tidak sedikit orang yang tadinya memiliki semangat yang menggebu malah berujung frustasi--kehilangan semangat.
Itu karena api semangatnya tidak terkendali secara baik. Bayangkan seseorang yang pikirannya dibebani target-target tertentu yang terlalu besar, maka beban itu bisa berbalik menjadi boomerang yang melemahkan semangatnya sendiri.
Salah satu cara untuk membingkai semangat yang menggebu adalah bersikap pasrah atau dalam bahasa agama melakukan semuanya "karena Allah" dan itu bukan sikap yang negatif.
Bingkai "pasrah" itu akan mengendalikan api semangat yang menggelora yang oleh kekuatan manusia terkadang sulit dikendalikan. Banyak orang yang secara materi-duniawi merasa berhasil, tetapi jiwanya kosong dari rasa bahagia misalnya.
Padahal, perjuangannya meraih kesuksesan duniawi itu secara mental sangat melelahkannya. Bahkan, tidak sedikit orang sukses yang mati muda akibat penyakit jantung karena ia tak kuasa menahan gejolak ambisinya--menjadi seorang yang gila kerja tetapi efeknya itu memakan jantungnya sendiri.
Sedang orang kecil yang biasa bersikap "nothing to lose"--apa adanya malah nampak hidup bahagia dan panjang umur.
Sebenarnya kalau didalami merupakan kerugian besar apabila seseorang harus kehilangan kebahagiaan akibat terlalu mengikuti hasrat nafsu yang menggebu--terhadap apa pun.
Sedang kebahagiaan (sejati) itu hanya bisa hadir apabila kita bisa menghadirkan nuansa batiniah dalam perikehidupan keseharian kita. Nah, sikap berserah diri karena Allah berfungsi menyeimbangkan struktur jiwa, di mana dengan sikap seperti itu, nuansa batin dengan nuansa rasa perasaan nafsu akan saling berkelindan menciptakan keseimbangan.
Artinya, rasa perasaan nafsu yang sering menggebu--bergelora sehingga sering keluar kontrol terimbangi dengan hadirnya nuansa batin dalam jiwa. Artinya dalam hidup, rasa senang (nafsu) dan rasa bahagia (batin) itu mesti hadir secara berimbang.
Seorang yang terlalu memporsir kehadiran rasa perasaan nafsu-terlalu mengejar kenikmatan yang bersifat fisik--materi akan menghadirkan rasa hampa di sisi lain, dan hampa berarti hilangnya rasa bahagia secara batiniah.