Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Tuhan menanyai hati (dan bukan otak)

30 Januari 2015   22:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:05 4770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5.otak adalah tempat berlogika-berdialektika sedang hati tempat untuk mendalami dan merenungi hakikat dan makna terdalam dari segala suatu

6.hati itu bersifat personal,memiliki kehendak,sedang otak itu (disadari atau tidak) adalah pelaksana dari apa yang ada dalam hati

Walau dalam kenyataannya bagaimana hati dan otak bekerja tentu saja secara otomatis hal itu berjalan secara  saling sinkron,tetapi ada manusia yang karakter berfikir hati nya lebih kuat-dominan dan ada yang karakter berfikir otak nya yang lebih dominan

................

Jadi apabila manusia ditanyai hal hal yang bersifat mendasar-prinsipil,maka (cara berfikir) hati yang akan menjawabnya,sebab cara berfikir hati itu to the poin,langsung ke pokok permasalahan,tidak cenderung berbelit belit

Akhirat adalah tempat persidangan seluruh umat manusia dari berbagai agama-golongan-profesi-ras bangsa dan tentu disana yang akan dipermasalahkan adalah hal hal yang bersifat prinsipil-mendasar sebab pengadilan akhirat bukan lagi tempat berdiskusi-berdialog-berdialektika atau mempermasalahkan hal hal yang bersifat 'teknis atau apalagi tempat berdebat sebagaimana ketika manusia masih berada di alam dunia.disana permasalahan sekompleks apapun akan dimuarakan pada benar-salah,baik-buruk yang simpel (dapat dimengerti akal fikiran semua kalangan) tetapi bersifat essensial.tentu saja dengan memakai konsep Ilahi sebagai parameter nya bukan lagi menggunakan konsep buatan manusia sebagai parameternya.karena apabila pengadilan akhirat memakai parameter buatan manusia maka benar-salah,baik buruk akan menjadi relatif,benar menurut system pemikiran failosof A tetapi bisa salah menurut system pemikiran failosof B dan seterusnya,sedang system pemikiran yang dibuat manusia itu banyak jumlahnya

Sekarang bayangkan apabila diakhirat manusia ditanyai Tuhan perihal sesuatu yang bersifat mendasar, mengapa dirinya tak beriman misal,maka apabila otak yang diberi kekuasaan dan kewenangan secara penuh untuk menjawabnya maka boleh jadi ia akan menyodorkan setumpuk dalil dalil dari para failosof atheis-agnostik ternama sebagaimana yang tertulis dalam buku buku tebal itu,tetapi bukankah pengadilan Ilahi itu bukan lagi tempat berdialektika serta berdebat sebagaimana ketika manusia masih tinggal di alam dunia(?)

Di akhirat manusia akan ditanyai 'to the poin',langsung ke akar permasalahan, langsung ke hal hal yang bersifat mendasar sehingga manusia tak akan punya waktu untuk menyusun seabreg argumentasi yang berbelat belit sebagai upaya membela diri atau sekedar untuk mencoba mengajak 'berdialektika' misal.bayangkan di dunia ini manusia menyusun seabreg argumentasi yang rumit-pelik-berbelit belit bahkan dihadirkan sebagai sebuah buku yang tebal dan berseri lagi,tetapi semua itu ujungnya bermuara pada satu hal yang bersifat mendasar bahwa yang bersangkutan menolak beriman kepada Tuhan misal.nah apakah argumentasi yang seabreg abreg itu akan dapat dihadirkan pula diakhirat (?)

Itu sebab dipengadilan akhirat Tuhan menanyai hati bukan otak tiada lain agar 'to the poin'-langsung ke akar permasalahan sebab bila otak yang diberi kesempatan untuk memberi pembelaan maka dapat kita bayangkan tiap yang ingkar akan berlari kesana-kemari ... kemari-kesana memainkan jurus jurus yang terkadang spekulatif,sebagai upaya agar yang dianggap salah dapat tampak 'benar' dan yang 'benar' agar bisa nampak 'salah'

Tetapi memang ada orang yang karakter berfikir hati nya lebih kuat-dominan dan ada orang yang karakter berfikir otaknya yang lebih kuat-dominan,bahkan ada orang yang intelek-brilian-genius-cerdas otaknya tetapi tidak memiliki hati (!) ..seperti dalam film...(ah lupa lagi..pokoknya karakter sang antagonisnya cerdas tapi tak ber nurani) ...walau di sisi lain banyak orang yang hatinya cerdas-mudah menangkap pengertian, tetapi kemampuan intelektualnya kurang,yang ideal mungkin yang berimbang tetapi tetap dengan menjadikan hati sebagai 'raja dalam jiwa'

................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun