3/
dari timur ke barat
perjalananku senantiasa tersesat
ke sawah-sawah yang sekarat
ke sungai-sungai yang hitam pekat
o, waktu bergulir serupa dadu
sia-sia kuburu rindu
di jalan-jalan tanpa rambu,
gersang, dan penuh debu
selamat datang
wahai, anak malang
.
2/
dari utara ke selatan
kenanganku senantiasa berguguran
di tembok-tembok elit perumahan
di etalase-etalase seksi pertokoan
o, masa berlari dalam gesa
hingga tiada lagi kutemukan asa
di balik reruntuk kejayaan bangsa
yang gigih menolak binasa
selamat datang
wahai, anak pecundang
.
1/
dari jengkal ke jengkal
cintaku senantiasa terjungkal
dibelit syahwat penguasa sundal
ditampar pendekar abal-abal
o, banten yang udzur
kian cepat kuhitung mundur
untuk segera tersungkur
di lubang kubur
selamat datang
wahai, anak jalang
Â
Depok, 2021
*) Puisi ini termasuk dalam buku antologi puisi bertajuk "Banten dalam Puisi" yang diterbitkan oleh Lumbung Banten (Rumah Dunia, Serang, Banten) pada Januari, 2022.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H