Sayangnya, realitas macam inilah yang menjadi kebanyakan. Padahal tugas guru bukan hanya mengajar atau sekadar mentransfer ilmu, melainkan pula dituntut setiap hari untuk mendidik para muridnya agar tidak hanya cerdas secara akademik.
Miris, memang. Karena profesi guru berbeda dengan profesi lain. Profesi guru terikat erat dengan tugas penting sebagai pendidik. Sedangkan profesi lain tidak terikat dengan tugas mendidik.Â
Namun demikian, beban yang amat berat sebagai pendidik yang diemban oleh para guru kerap tidak berbanding lurus dengan tingginya gaji atau honor yang harus diterima.
Bunyi pernyataan tersebut, barangkali, oleh sebagian masyarakat dianggap wajar atau biasa-biasa saja karena mereka menganggap bahwa guru kurang elok atau tidak layak berbicara gaji atau honor.Â
Ihwal ini, kiranya, tidak terlalu mengagetkan kita karena, sadar atau tidak, kita pasti pernah mendengar narasi senada meski pun bunyi kalimatnya berbeda-beda.Â
Ada yang mengatakan bahwa tugas guru sama dengan tugas para relawan, profesi guru adalah profesi yang identik dengan keikhlasan, kemuliaan guru itu tidak ternilai harganya, dan lain sebagainya.
Persoalannya, betulkah guru tidak layak mengharap imbalan? Jika demikian mestinya, saya kira, ini sebuah kekeliruan yang harus dihentikan dan diluruskan.Â
Karena, jika tidak, akan banyak konsekuensi atau ekses negatif terkait profesi guru dan tujuan mulia dari pendidikan. Pembahasan ihwal kekeliruan ini bisa panjang dan lebar.Â
Namun, saya tidak perlu mendetilkannya karena saya yakin setiap orang sejatinya akan bersepakat bahwa para guru harusnya bisa sejahtera berkat profesinya.
Di luar pro dan kontra tersebut, saya lebih tertarik untuk membahas siasat agar guru bisa memperbaiki persepsi yang keliru tersebut dan bisa lebih berkembang dengan karirnya.
Kita pasti berharap setiap guru harus memiliki kualitas yang baik. Sebab itu, selain perlunya kemerdekaan, semangat berinovasi, dan berkolaborasi untuk mendapat banyak pengalaman, guru juga perlu didukung dan didorong untuk mengembangkan karirnya.Â