Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Setahun Tidak Makan

5 Februari 2019   17:33 Diperbarui: 5 Februari 2019   18:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Bagus. Itu yang aku suka dari kalian," Andre memuji anak buahnya.

Tujuan pelaksanaan pesta yang menghadirkan biduan itu tidak lain untuk mengundang banyak pemuda supaya ikut dalam perjudian yang dipimpin Andre. Jenis perjudian ini sangat beragam, mulai dari kasino, main dadu, sulap, dan biliar. Andre sengaja mengundang bandar yang berasal dari desa-desa tetangga. Imbalannya, dia mendapatkan keuntungan yang seimbang dengan bandar-bandar bodoh dan tidak bisa menghitung itu.

Ada yang menarik dari Andre ini. Ketika dia memimpin perjudian, banyak orang yang meramaikan. Kadang ketika dia mengembalikan uang orang, dia lebihkan. Bahkan angsurannya lebih besar dari uang yang diberikan oleh penjudi.

Sekali-kali bukan karena dia murah hati dan senang membantu orang lain, tapi karena dia gagal menjadi penghitung, tidak bisa membedakan mata uang. Maklum, dia tidak lulus SD karena frustasi dengan nilai matematikanya yang sering di bawah angka dua.

Dia pernah sekolah, tapi berkali-kali tidak naik kelas. Bahkan menurut cerita yang pernah aku dengar, Andre hanya sempat sekolah sampai kelas tiga SD. Itupun dia lewati selama lima tahun.

Dia duduk di kelas satu selama dua tahun, kelas dua selama dua tahun, dan kelas tiga selama satu tahun. Karena tidak naik lagi ke kelas empat, akhirnya dia memutuskan mengikuti orangtuanya untuk bertani.

Orang tuanya yang masih waras dan tidak lulus SD sangat menyayangkan keputusan anak semata wayangnya. Namun apalah daya, anaknya punya IQ (intelectual quotient) yang sangat lemah. Pak Samsul, Kepala Sekolahku, di awal-awal karirnya sebagai guru pernah frustasi mengajar Andre. Bahkan dia menyerah, bingung dan pusing tujuh keliling menentukan cara yang tepat mengajar Andre supaya bisa mengimbangi teman-temannya dalam penguasaan pelajaran. Di saat duduk di kelas tiga, Andre pernah ditanya Pak Samsul, penambahan satu ditambah satu. Dengan penuh antusias dia menjawab lantang.

"Satu ditambah satu sama dengan empat."

Segera setelah itu seluruh teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

"Siapa nama wali kelasmu?" Pak Samsul memandang tajam Andre.

Andre menggaruk kepala. Mungkin dia juga lupa nama wali kelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun