Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurita Penyakit Jiwa

5 Februari 2019   11:34 Diperbarui: 5 Februari 2019   12:17 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nasional.tempo.co

Dia kembali mengangsurkan senyum.

Aku tersenyum mendengar pertanyaan dan sikap rendah hati Pak Amiruddin.

"Tidak apa-apa, Pak. Tadi saya menanyakan kapan istri Bapak mulai dipasung?"

"Baru lima tahun terakhir," kata Pak Amiruddin seraya memandangku dengan lamat-lamat, "semenjak dipasung, tubuhnya kurus kering. Saya tidak sepenuhnya mampu membiayai kehidupan anak-anak dan istri saya, karena setiap bulan saya menerima gaji yang hanya cukup untuk makan dan minum. Untuk biaya berobat istri saya, rasa-rasanya saya tidak mampu memenuhinya."

"Apakah istri Bapak pernah dibawa ke rumah sakit?"

"Iya, pernah," dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, "tapi itu hanya berlangsung selama dua tahun di awal-awal ketika istri saya sakit jiwa. Biaya berobatnya sangat mahal. Tanah, sawah, dan seluruh harta yang kami kumpulkan selama bertahun-tahun habis terpakai untuk biaya berobat istri saya. Semenjak itu, saya memutuskan untuk mengobatinya di kampung, tapi sayang hasilnya nihil. Saya pasrah dengan keadaan ini, biarlah Tuhan yang akan menjadi penolong kami."

Sorot matanya melemah.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

Aku merasakan di rumah ini ada sebuah beban berat. Hidup di bawah tekanan kemiskinan dan menanggung malu karena salah satu penopang keluarga ini terjangkit penyakit jiwa. Ah, ingin rasanya memberikan bantuan kepada mereka, setidaknya jika bukan bantuan materi, aku bisa menekan pemerintah untuk memperhatikan keluarga ini. Aku punya kekuatan untuk itu, yakni senjata andalan penulis: kritikan dan sosialisasi dalam bentuk artikel.

Setelah aku selidiki, ternyata di Indonesia ada 18 ribu orang yang sakit jiwa dipasung. Nasib mereka sama, tidak terurus dengan baik, kurus, dan hidup di ruangan kecil yang menambah tekanan batinnya. Menurut beberapa ahli, pemasungan bukannya menyembuhkan, tapi pelan-pelan akan merenggut nyawa pengidap sakit jiwa.

Aku membuka internet melalui telpon genggamku untuk mencari secara detail data tentang penyakit jiwa di Indonesia. Ternyata fakta lebih mengerikan aku temukan. Ada 400 ribu penduduk Indonesia yang sakit jiwa berat. Jika dikalkulasi secara keseluruhan dengan pengidap stres terdapat 14 juta penduduk. Sebagian di antara mereka dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dipasung, dan ada pula yang dilepas begitu saja. Kondisi ini diperparah dengan minimnya psikolog yang bekerja untuk mendampingi dan meringankan beban pengidap penyakit yang menurunkan produktivitas anak bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun