Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terkenal
dengan keragaman agama, bahasa, suku bangsa dan kebudayaannya.
Kebudayaan adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging dan bersifat
turun temurun dalam suatu suku bangsa. Pada hakikatnya kehidupan manusia
merupakan bagian dari siklus kebudayaan, karena kebudayaan dalam arti luas
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia itu sendiri.
Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Kesenian mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
terhadap keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga (Sulasman
dan Gumilar, 2013:40). Kesenian mempunyai nilai-nilai universal, hal
tersebut dapat diartikan bahwa kesenian dapat diterima oleh semua lapisan
masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda.
Dalam konteks budaya, keragaman kesenian yang ada dalam
masyarakat lebih disebabkan oleh lapisan-lapisan budaya yang telah ada sejak
keberadaan manusia di muka bumi inPeristiwa terbentuknyaÂ
kesenian dalam kehidupan masyarakat sebagai proses kreatif dalamÂ
memenuhi kebutuhan rasa seni ini juga terjadi di Kabupaten Purbalingga.
Kabupaten Purbalingga memiliki beragam kesenian yang menjadiÂ
ciri khas daerah tersebut. Beberapa kesenian yang ada diantaranya adalahÂ
Begalan, Tari Dames, Tari Lenggasor, Ebeg, Calung, Lengger dan Thek-Thek
atau Kenthongan. Diantara berbagai kesenian tersebut, kenthongan
merupakan salah satu bentuk kesenian yang tetap eksis di KabupatenÂ
Purbalingga. Kesenian ini menggabungkan antara musik kenthong dan tari-
tarian.Â
Kenthongan berasal dari kata kenthong yang diberi imbuhan an, yangÂ
berarti memainkan kenthong. Pada zaman dahulu, kenthong adalah alatÂ
komunikasi tradisional yang terbuat dari batang bambu atau kayu. AlatÂ
komunikasi tempo dulu yang digunakan dengan cara dipukul ini, seringÂ
dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan danÂ
pegunungan sebagai tanda alarm (pengingat), alat komunikasi jarak jauh,Â
sandi morse, tanda adzan, maupun sebagai tanda bahaya.Â
Sebagai kesenian yang berkembang di Banyumas khususnyaÂ
Kabupaten Purbalingga, kesenian ini menggabungkan antara musik kenthongÂ
dan tari-tarian gaya banyumasan.
Seiring pesatnya arus globalisasi, kenthongan mulai mengalamiÂ
perkembangan dengan sentuhan cipta, rasa dan karsa para seniman.Â
Kenthongan yang awalnya terlihat sederhana dengan bunyi-bunyian yangÂ
monoton dan tidak memiliki nada dasar, sekarang terdengar lebih menarikÂ
karena dipadukan dengan alat musik lain dan juga tari-tarian tradisionalÂ
maupun modern. Secara umum, kesenian kenthongan di KabupatenÂ
Purbalingga dimainkan oleh sekelompok orang yang berperan sebagaiÂ
pemusik dan penari.
Kesenian kenthongan dari para remaja di bukateja yaitu di MTs Minhajut Tholabah Purbalingga yang cukup dikenal oleh masyarakat dan merupakan para remaja kenthongan yg dapat mempertahankan eksistensi nya di dunia kesenian.Anggota grup dari kenthongan ini merupakan para santri Mts Minhajut Tholabah.
Grup Kenthongan yg dipimpin oleh Bapak supri S.Pd ini sering ditampilkan di berbagai acara.Musik yg dimainkan sangat bervariasi,begitu pula dengan gerak tariannya yang didominasi oleh gerak tari gaya Banyumasan yang terkenal dengan gerak
lincah, tegas dan patah-patah.
Selain itu mereka bukan hanya menampilkan kenthongan dg lagu tradisional saja tetapi di akulturasi kan dengan lagu lagu modern sekarang,sehingga para remaja sekarang tertarik untuk menyaksikan kenthongan ini.
Keberadaan kesenian tradisional khususnya kenthongan di
Kabupaten Purbalingga tidak dapat seketika mendapat perhatian dari
masyarakat. Kesenian kenthongan telah dikemas dengan tampilan yang
menarik, tetapi masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ke arah
modern (modernisasi) berdampak pada perubahan budaya.
Selain itu,di Purbalingga juga mengadakan Festival Kenthongan setiap tahunnya yaitu setiap meperingati hari kemerdekaan indonesia.
"Keberadaan seni tradisional kentongan wajib kita rawat, kita jaga, dan kita lestarikan supaya tidak mengalami kepunahan, apalagi diakui oleh pihak asing," Â kata Sekda Herni membacakan sambutan Bupati Purbalingga saat hadir dalam Festival Kentongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H