Mohon tunggu...
Udo Z Karzi
Udo Z Karzi Mohon Tunggu... -

Tukang tulis. Lebih suka disebut begitu. Meskipun, jarang-jarang dibaca kompasianer. Hehee... Yang penting nulis aza. Biar nggak kenat-kenut...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kreatif Menulis Esai

29 November 2015   23:57 Diperbarui: 30 November 2015   00:32 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit Catatan dari Natural Network

 

[caption caption="Pelatihan menulis esai LPM Natural FMIPA Universitas Lampung, Sabtu, 28 November 2015."][/caption]

JADI, untuk kesekian kalinya, sayah diminta kasih pelatihan menulis esai (essay). Tempo kemarin, Sabtu, 28 November 2015 "ngajar" dalam Natural Workshop di Gedung Ilmu Komputer FMIPA Univesitas Lampung (Unila). Karena dalam pelatihan ini, sayah ngomong dengan mahasiswa dan pelajar, maka diperlukan juga definisi -- seperti juga disebut dalam term of reference (TOR) yang disampaikan kepada sayah.

Saya ambil Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di situ ditulis: "Esai adalah karangan prosa yg membahas suatu masalah secara sepintas lalu dr sudut pandang pribadi penulisnya."

"Sebenarnya, banyak pengertian esai lainnya. Tapi, sayah merasa cukuplah satu definisi itu. Berdasarkan definisi itu dan beberapa pemahaman lain, sayah sebutkan ciri-ciri esai:
1. prosa
2. lebih subyektif
3. lebih personal
4. umumnya tak terlalu mendalam
5. lingkup lebih sempit"

Kalau begitu, apa bedanya dengan artikel?

"Soal definisi, buka aja kamus ya. Secara umum artikel itu adalah tulisan yang dimuat di koran, tabloid atau majalah, yang bukan berita. Ciri-cirinya: (1) karya tulis lengkap, (2) bahasa populer, (3) dilengkapi data, (4) subyektif dalam pendirian, dan (5) obyektif dalam pembahasan."

Saya teruskan lagi, "Jenis tulisan bernama esai memang istimewa. Bisa kita lihat:

Dalam khazanah (ragam) sastra, kita mengenal jenis-jenis tulisan: puisi, prosa, prosa liris, drama, serta ESAI dan kritik.

Lalu, dalam ragam bahasa ilmiah, selain artikel ilmiah, makalah, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah populer; ternyata ada juga apa yang disebut dengan ESAI akademik.

Jenis-jenis tulisan opini dalam jurnalistik: artikel/opini (article/opinion), ESAI (essay), kolom (column), tajuk rencana (editorial), surat pembaca, dan pojok."

Karena itu dikenal:
1. esai sastra
2. esai akademik
3. esai jurnalistik

Berdasarkan pengalaman membaca esai, sayah secara serampangan kepada peserta pelatihan esai (mudah-mudahan benar!) bahwa "menulis esai berarti menyatukan kemampuan akademik, sastra, dan jurnalistik dalam sebuah tulisan".

Bayang pun. Saya yakin hampir semua peserta keder mendengar ini. Hahaa...

"Makanya, yang kita kenal sebagai esais memang tak sembarang orang. Sebut saja: Goenawan Mohamad, Emha Ainun Nadjib, Nirwan Dewanto, Nirwan Ahmad Arsuka, Budi Darma, ... Di Lampung, ada Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Iswadi Pratama, Iwan Nurdaya-Djafar, Ahmad Yulden Erwin, dan beberapa lagi. Tak banyak... "

"Ada yang kenal Tandi Skober?" tanya saya menyebut sebuah nama esais yang sering bikin sayah ngakak waktu baca tulisannya.

Ternyata, tak ada yang tahu, apalagi pernah baca tulisannya. Apa boleh buat, penulis (esais) memang kalah jauh ngetopnya dibanding artis sinetron.

Tapi dengan penjelasan ini, sayah khawatir juga kalau para peserta serta merta menganggap menulis (esai) itu sulit.

Waduh, saya jadi tak enak hati. Sayah lantas bilangin, "Tak usah pusing-pusing, bukanlah sejak kecil, katakan sejak sekolah dasar kita sudah disuruh bikin esai setiap kali ulangan. Buktinya, selain soal pilihan ganda, ada juga soal esai. Soal esai itu misalnya, 'Coba jelaskan mengapa Anda kesulitan menulis!'Masa nggak bisa mengatakan letak kesulitan menulis jika kita memang merasakan betapa susahnya menulis.

Jadi, bisa menulis esai tentang apa saja mengenai apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasakan, apa yang diinginkan, apa yang dipikirkan, ... apa saja."

Selanjutnya, saya kutip Alif Danya Munsyi, yang mengatakan, akan halnya esai, awalnya orang di Indonesia menerima kata 'esai' sebagai bentuk tulisan kritikal terhadap karya-karya sastra, sehingga sering disatukan menjadi 'kritik dan esai'. Bisa dikatakan menulis kritik adalah menulis esai. Atau bisa juda dibilang, esai itu kritik. "Menulis kritik (esai) adalah memadukan ketangkasan nalar dan kepekaan sukma. Dengan ketangkasan nalar, tulisan kita menjadi logis dan dengan kepekaan sukma, tulisan kita menjadi estetis."

Itu saja. Selebihnya mengenai esai ini boleh baca artikel saya yang lain berjudul:
- Menulis Kritik, Menulis Esai
- Resensi, Esai, dan Kritik: Sekali Merengkuh Dayung!
- Kolom Demi Kolom
yang semuanya terhimpun dalam Udo Z. Karzi. 2014. Menulis Asyik: Ocehan Tukang Tulis Ihwal Literasi dan Proses Kreatif dengan Sedikit Tips. Metro: Sai Wawai Publishing.

Oke deh, begitu saja. Selamat menulis esai. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun