Mohon tunggu...
Udo Z Karzi
Udo Z Karzi Mohon Tunggu... -

Tukang tulis. Lebih suka disebut begitu. Meskipun, jarang-jarang dibaca kompasianer. Hehee... Yang penting nulis aza. Biar nggak kenat-kenut...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kreatif Menulis Esai

29 November 2015   23:57 Diperbarui: 30 November 2015   00:32 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jenis-jenis tulisan opini dalam jurnalistik: artikel/opini (article/opinion), ESAI (essay), kolom (column), tajuk rencana (editorial), surat pembaca, dan pojok."

Karena itu dikenal:
1. esai sastra
2. esai akademik
3. esai jurnalistik

Berdasarkan pengalaman membaca esai, sayah secara serampangan kepada peserta pelatihan esai (mudah-mudahan benar!) bahwa "menulis esai berarti menyatukan kemampuan akademik, sastra, dan jurnalistik dalam sebuah tulisan".

Bayang pun. Saya yakin hampir semua peserta keder mendengar ini. Hahaa...

"Makanya, yang kita kenal sebagai esais memang tak sembarang orang. Sebut saja: Goenawan Mohamad, Emha Ainun Nadjib, Nirwan Dewanto, Nirwan Ahmad Arsuka, Budi Darma, ... Di Lampung, ada Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Iswadi Pratama, Iwan Nurdaya-Djafar, Ahmad Yulden Erwin, dan beberapa lagi. Tak banyak... "

"Ada yang kenal Tandi Skober?" tanya saya menyebut sebuah nama esais yang sering bikin sayah ngakak waktu baca tulisannya.

Ternyata, tak ada yang tahu, apalagi pernah baca tulisannya. Apa boleh buat, penulis (esais) memang kalah jauh ngetopnya dibanding artis sinetron.

Tapi dengan penjelasan ini, sayah khawatir juga kalau para peserta serta merta menganggap menulis (esai) itu sulit.

Waduh, saya jadi tak enak hati. Sayah lantas bilangin, "Tak usah pusing-pusing, bukanlah sejak kecil, katakan sejak sekolah dasar kita sudah disuruh bikin esai setiap kali ulangan. Buktinya, selain soal pilihan ganda, ada juga soal esai. Soal esai itu misalnya, 'Coba jelaskan mengapa Anda kesulitan menulis!'Masa nggak bisa mengatakan letak kesulitan menulis jika kita memang merasakan betapa susahnya menulis.

Jadi, bisa menulis esai tentang apa saja mengenai apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasakan, apa yang diinginkan, apa yang dipikirkan, ... apa saja."

Selanjutnya, saya kutip Alif Danya Munsyi, yang mengatakan, akan halnya esai, awalnya orang di Indonesia menerima kata 'esai' sebagai bentuk tulisan kritikal terhadap karya-karya sastra, sehingga sering disatukan menjadi 'kritik dan esai'. Bisa dikatakan menulis kritik adalah menulis esai. Atau bisa juda dibilang, esai itu kritik. "Menulis kritik (esai) adalah memadukan ketangkasan nalar dan kepekaan sukma. Dengan ketangkasan nalar, tulisan kita menjadi logis dan dengan kepekaan sukma, tulisan kita menjadi estetis."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun