Kembali lagi dengan Saya Chaerudin Mahasiswa Perbankan Syariah STEI Sebi. Saya ingin melanjutkan artikel saya yang sebelumnya di series Dunia yang Terlanjur Begini.Â
Ini sudah bagian ke-3 ya teman-teman semua, saya merasa sedikit bingung sebenarnya untuk melanjutkan series ini, karena bingung menceritakan penyebab dunia yang Terlanjur Begini, karena sudah kepalang menuduh 3 tokoh pemeran utama penyebab dunia menjadi seperti ini maka saya akan bertanggung jawab melanjutkan nya, karena manusia itu memang butuh orang yang bisa disalahkan. Lanjut.Â
Di bagian ke-3 ini saya akan menulis tentang James Watt dan Rockefeller. Dua tokoh ini bertanggung jawab penuh terhadap pola hidup manusia modern. Manusia modern yang sebenarnya jauh lebih tidak praktis dari manusia yang dikategorikan modern.Â
Manusia modern yang tidak bisa jauh-jauh dari colokan listrik. Manusia modern yang akan pusing kalau HP atau charger ketinggalan di rumah. Manusia modern yang selalu siap sedia power bank.Â
Angkatan bapak saya, mau pergi tamasya, tinggal berangkat bawa pakaian secukupnya, paling bawa bekal makanan. Sekarang, makanan bisa beli memang di tempat tujuan, harga lebih mahal tentunya.Â
Tapi gadget dan peralatan pendukungnya tidak boleh tertinggal. Manusia modern yang tidak cap-cus, ribet, banyak jinjingan dan gak bisa jauh-jauh dari colokan. Kasihan ya kita (playing victim).
Lalu apa salah si James Watt dan Rockefeller. Nah, teman-teman , James Watt adalah penemu mesin uap. Beliau -- kalau bisa dibilang berjasa -- adalah orang yang berjasa menemukan alat yang bisa menkonversi gerak putar menjadi gerakan mekanik lain.Â
Putaran diubah menjadi hentakan misalnya, atau putaran lain seperti roda sehingga mesin James Watt bisa jadi mesin serba guna untuk berbagai industri dan moda transportasi.Â
Mesin yang sederhana, tapi inilah mesin primitif dari mesin-mesin lain. Dengan mesin ini manusia terbantu untuk berpindah tempat lebih cepat, bekerja lebih cepat. Mesin ini mendatangkan sebuah revolusi, perubahan cepat, mesin ini adalah tonggak revolusi industri. Manusia bisa menciptakan mesin-mesin lain yang jauh lebih canggih dari mesin ini, tapi mesin ini adalah primitifnya.Â
Dengan mesin ini, misalnya manusia menciptakan mesin/alat lain. Lalu mesin/alat lain itu dipakai lagi untuk menciptakan mesin lain yang jauh lebih high level. Begitulah teknologi, manusia sekarang bersentuhan dengan high level machine yang primitifnya adalah mesin uap Bapak James Watt.
Dulu manusia menilai batu/permata dari keindahan. Sampai saat ini masih dilakukan oleh para penggemar perhiasan. Saat batu bara dipasarkan, batu apa ini? Bentuknya hitam sama sekali tidak menarik.Â
Sang sales berkata, "I sell the future, this is energy." Artinya dunia yang haus akan energy hari ini, ternyata cetak birunya sudah ada sejak dulu.
Rockefeller menambah parah ketergantungan peradaban terhadap energy dengan eksploitasi minyak besar-besaran. Jadilah dunia yang seperti sekarang.Â
Dulu Belanda -- melaui VOC -- datang ke wilayah yang sekarang Indonesia bukan untuk mencari minyak, tapi rempah-rempah. Kalau dipikir-pikir, rempah-rempah ya sekarang bumbu dapur. Minyak bumi belum diekploitasi seperti sekarang, rempah-rempah masih menjadi primadona.Â
Saat itu kabarnya hasil penjualan sekarung cengkeh bisa dibelikan sebuah rumah di London. Wow, andai, a, a, a, aku petani cengkeh -- zaman Hindia Belanda.
Rempah-rempah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia, dan sangat berguna sebagai pengawet. Penemuan listrik dan eksploitasi energi, perkembangan mesin, sampai di titik manusia menemukan referigerator atau kita kenal sebagai kulkas atau di Malaysia disebut peti sejuk, saya suka bahasa Malaysia untuk hal ini.Â
Setelah ditemukan peti sejuk maka fungsi rempah-rempah sebagai pengawet makanan tergantikan oleh peti sejuk ini. Eksploitasi pindah ke energi, karena peti sejuk dan mesin-mesin lain haus akan energi bukan rempah-rempah. Jadi istilah raja minyak itu ya baru-baru saja lah di abad 20-an tepatnya tahun 1960-70an.
Jadilah dunia yang seperti sekarang. Supir taksi kerja 20 jam sehari, 4 hari seminggu, 80 jam seminggu. Pegawai kantoran dan PNS, 8 jam dan 5 hari, 40 jam seminggu.Â
Dengan alasan pegawai-pegawai itu lebih pintar, maka walaupun malas, mereka dibayar lebih mahal dari supir taksi. Karena apa? Toh semua sudah dibantu mesin. Buruh menuntut UMR, dan kita semua ikut-ikutan ribut.Â
Padahal buruh bekerja sangat efektif, masuk, langsung kerja, nggak ada ngobrol. PNS, masuk, ngopi dulu, baca koran, dan tetek bengek lainnya, harusnya malah dibayar di bawah buruh. Yang PNS jangan tersinggung ya, kalau tersinggung juga emang saya pikirin, bodo amat.
Dunia semakin tidak efektif ya, semua gara-gara Rockefeller. Siapa sih dia? Cari tau saja di Wikipedia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H