Mohon tunggu...
Rudi Setiawan
Rudi Setiawan Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Hanya bila anda punya waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Bag. III] Dunia yang Terlanjur Begini (Orang yang Katanya Pintar Boleh Malas)

13 September 2019   21:56 Diperbarui: 13 September 2019   21:59 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sang sales berkata, "I sell the future, this is energy." Artinya dunia yang haus akan energy hari ini, ternyata cetak birunya sudah ada sejak dulu.

Rockefeller menambah parah ketergantungan peradaban terhadap energy dengan eksploitasi minyak besar-besaran. Jadilah dunia yang seperti sekarang. 

Dulu Belanda -- melaui VOC -- datang ke wilayah yang sekarang Indonesia bukan untuk mencari minyak, tapi rempah-rempah. Kalau dipikir-pikir, rempah-rempah ya sekarang bumbu dapur. Minyak bumi belum diekploitasi seperti sekarang, rempah-rempah masih menjadi primadona. 

Saat itu kabarnya hasil penjualan sekarung cengkeh bisa dibelikan sebuah rumah di London. Wow, andai, a, a, a, aku petani cengkeh -- zaman Hindia Belanda.

Rempah-rempah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia, dan sangat berguna sebagai pengawet. Penemuan listrik dan eksploitasi energi, perkembangan mesin, sampai di titik manusia menemukan referigerator atau kita kenal sebagai kulkas atau di Malaysia disebut peti sejuk, saya suka bahasa Malaysia untuk hal ini. 

Setelah ditemukan peti sejuk maka fungsi rempah-rempah sebagai pengawet makanan tergantikan oleh peti sejuk ini. Eksploitasi pindah ke energi, karena peti sejuk dan mesin-mesin lain haus akan energi bukan rempah-rempah. Jadi istilah raja minyak itu ya baru-baru saja lah di abad 20-an tepatnya tahun 1960-70an.

Jadilah dunia yang seperti sekarang. Supir taksi kerja 20 jam sehari, 4 hari seminggu, 80 jam seminggu. Pegawai kantoran dan PNS, 8 jam dan 5 hari, 40 jam seminggu. 

Dengan alasan pegawai-pegawai itu lebih pintar, maka walaupun malas, mereka dibayar lebih mahal dari supir taksi. Karena apa? Toh semua sudah dibantu mesin. Buruh menuntut UMR, dan kita semua ikut-ikutan ribut. 

Padahal buruh bekerja sangat efektif, masuk, langsung kerja, nggak ada ngobrol. PNS, masuk, ngopi dulu, baca koran, dan tetek bengek lainnya, harusnya malah dibayar di bawah buruh. Yang PNS jangan tersinggung ya, kalau tersinggung juga emang saya pikirin, bodo amat.

Dunia semakin tidak efektif ya, semua gara-gara Rockefeller. Siapa sih dia? Cari tau saja di Wikipedia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun