Tak seorang pun berjalan di muka bumi ini yang tidak menemukan masalah. Masalah: kesehatan, rezeki sempit, keluarga berantakan, tak punya keturunan dan beragam masalah lainnya. Kita tidak dapat menghindar dari masalah. Yang perlu dilakukan adalah memohon kepada Allah agar kita kuat menghadapi berbagai masalah yang ada.Â
Berikut ini adalah cerita dari kisah hidup Udin yang pernah  dialaminya.Â
----------
Sudah 7 tahun lebih setelah menikah belum juga dapat momongan, perasaan tentu sangat kuatir. Bila nanti tidak punya keturunan, apa jadinya  kehidupan rumah tangga ke depannya?.Â
Terkadang perasaan malas sering hadir ketika ingin pulang kampung, terutama pada waktu menjelang lebaran atau usai lebaran. Tradisi yang sudah turun temurun untuk bersilaturrahmi dengan sanak sudara dan bertemu dengan orang tua di kampung halaman tempat kami bersekolah di waktu kecil.Â
Perasaan malas dan enggan bertemu orang lain di kampung asal kami. Karena seringnya ada bertanya mengenai jumlah anak. Kami sering juga menuai sapaan dengan kata MANANG ( mandul_ si Mandul) bila bertetemu pada saat pulang kampung. Seakan sapaan itu adalah sebuah gelar paten untuk kami berdua.
"Agatu kareba manang! " Sapaan orang, saat kami bertemu. Bahasa Bugis di atas bila diterjemahkan " Apa kabar mandul !". Dan sering ada bertanya" Sudah berapa anakmu?". Bagi orang yang menyapa dan orang lain yang mendengarnya, kata- kata itu biasa saja tidak ada maksud mengejek. namun itu adalah salah satu pembuka pembicaraan saat kami bertemu.Â
Tapi entah mengapa saya sendiri merasa tidak enak setiap orang yang mengucapkan kalimat itu pada kami. "Apakah orang yang serupa dengan saya, yang sudah lama menikah belum dapat keturunan juga merasakan demikian bila mendapat sapaan yang sama?" Sebuah pertanyaan yang muncul dalam hatiku.Â
Segala usaha dan cara sebagai ikhtiar telah dilalui. Meminum ramuan yang disarankan baik dari teman maupun orang lain, mendatangi orang pintar yang sering dikunjungi oleh orang yang sudah bertahun-tahun sudah menikah tapi belum dikaruniai keturunan, dan berkali- kali konsultasi ke dr. Kandungan.Â
Dan atas saran dokter kami ke laboratorium  diambil sampel, selanjutnya diberi obat untuk dikonsumsi selama priode yang ditentukan. Tapi tanda-tanda yang diharapan dalam usaha tersebut belum juga tiba.Â
Dua tahun berlalu setelah melakukan semua cara itu belum juga berhasil. Akhirnya kami berhenti ke dokter dan juga berhenti berobat lainnya. Kami pasrahkan semuanya kepadaTuhan. Kami berdua menganggap ini adalah takdir yang sudah digariskan Tuhan, apa boleh buat. Kami berusaha bersabar.Â
Dalam lamunanku sering terlintas harapan, semoga Tuhan Yang Maha Berkehenak tidak membiarkan kami berdua dalam kesepian tanpa anak. Dua tahun tidak pernah lagi konsultasi ke dokter dan juga tidak berobat lainnya. Kami berpikir purcuma saja, karena semua telah dilakukan toh itu tidak menghasilkan apa-apa.Â
Saya teringat pesan seorang teman. " Bermohonlah kepada Allah dengan mengucapkan doa Nabi Ibrahim_ robbi habli minasholihiin". Terjemahan: Ya Tuhanku karuniakanlah aku anak yang shaleh. Dengan keyakinan kuat, doa ini berulang kali saya panjatkan kepada Allah ketika selesai shalat. Baik shalat fardu terlebih lagi shalat tahajjut di keheningan malam.Â
 Saya biasa mendengar penceramah bahwa semua doa permohonan yang tulus kepada Allah akan diterima. Tetapi ada 3 kategori yaitu, ada yang cepat dikabulkan, ada masih ditunda beberapa waktu lamanya di dunia ini, dan ada diterima, nanti di akhirat kelak dalam bentuk pahala.Â
Dengan bekal keyakinan sepenuhnya dan pengharapan yang amat dalam tiada putusnya tertanam pada lubuk hati ini. Meyakini bahwa Allah Maha mendengar dan mengabulkan semua doa yang dipanjatkan. Maka setiap habis shalat, saya berdoa dengan doa yang disarankan oleh seorang teman( Rahimahullahu, semoga Allah merahmatinya dan mengampuni segala dosanya).Â
Doa yang dimaksud adalah doanya Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Al Qur'an surah As Saffat ayat 100. Doa ini dibaca tentunya dibarengi dengan doa pendahuluan, doa mohon ampunan pada diri, kepada kedua orang tua, serta kalimat doa lainnya dan doa penutup yang lazim.Â
Menjelang tahun ke delapan pernikahan, pada bulan Romadhan tahun 2004 signal tanda kehamilan istri datang ditandai dengan tidak menstruasi pada fase tertentu. Segera membeli alat tes( test pack) di apotek untuk mengecek sendiri. Setelah diuji dengan alat tersebut, ternyata tanda menunjukkan positif. Betapa gembira dan bahaginya kami berdua memperhatikan hasil yang ditunjukkan alat itu. Istriku tak kuasa menahan perasaan haru sehingga meneteskan air mata bahagia dan memelukku terisak-isak.Â
 Syukur yg tak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah, karena sesuatu yang lama dinantikan telah datang. Kini perasaan terenyuh menyatu dalam bahagia. Badan terasa ringan, nyeri sendi tidak terasa lagi, serasa energi baru lahir seketika dalam tubuh, begitu rasa bahagianya kami setelah melihat hasil test alat tadi.Â
" Yaa Allah Tuhanku Engkau mengijabah doaku selama ini, Enkau Maha Rahman, Maha Pemberi". Seketika kalimat itu terbersit dalam hatiku, dengan mata berkedip-kedip menahan airnya.Â
Esok harinya kami pulang kampung jelang lebaran Idul Fitri. Mungkin karena getaran yang kuat saat kami berboncengan naik motor vespa, apalagi jalanan tidak begitu mulus, banyak berlobang, sehingga mengakibatkan istri mengalami sedikit pendarahan.Â
Besok sorenya segera memeriksakan ke dokter kandungan, dan hasil USG menunjukkan cabang bayi dalam kadungan masih utuh. Dokkter menunjukkan kepada kami pada rekaman USG, satu titik noktah warna hitam yang merupakan cabang sang bayi masih sempurna. Hatiku kembali tenang setelah kemarin berpikiran cemas. Ku usap dada ini, dengan menarik napas panjang seraya bersyukur agar aurah positif hadir kembali.Â
Dokter menyarankan kepada istri saya untuk tidak banyak beraktivitas. Obat penguat kandungan diberikan untuk dimakan beberapa hari ke depan dan bila habis segera kembali konsultasi. " Ingat kurangi bergerak, kerja ibu adalah berbaring saja dan berjalan ke WC!". Demikian kata dokter.Â
Â
"Tidak perlu ikutan membuat kue dan masakan pernak-pernik lebaran, cukup ibu banyak berbaring di tempat tidur agar tidak keguguran, ini adalah kesempatan untuk punya keturunan!" Kembali dokter mengingatkan pasennya.Â
Ultimatum sang dokter itu dipatuhi oleh pasien satu ini, yang sudah hampir 8 tahun lamanya mengharapkan momongan sang buah hati. Dan sang buah hati itu sudah ada di pintu gerbang keriduan untuk dipeluknya.Â
Penantian  selama 9 bulan merawat bayi dalam kandungan hingga Sabtu  sore 2 Juli 2005 lahirlah secara alamiah bayi mungil perempuan. Walaupun sebelumnya sudah dipersiapkan semua peralatan medis untuk rencana sesar, karena ditunggu mulai pagi hingga siang belum juga lahir.Â
Dokter memberikan tenggang waktu sampai sore pukul 16.00 jika belum lahir, maka  dilakukan operasi bedah sesar. Sempat aku berpikiran aneh terhadap keselamatan ibu dan bayinya. Tapi Allah berkehendak lain, sebelum deadline tersebut sang bayi telah lahir.Â
Tangisan bayi mungil anak pertamaku yang berjenis kelamin perempuan itu, membuatku terharu bercampur bahagia, sujud syukur kulakukan seketika itu sebagai wujud terima kasih setingi-tingginya kepada Sang Pencipta. Alhamdilillah ibu dan bayinya selamat, sanak keluarga yang ikut mendampingi semua menampakkan wajah berseri atas kelahiran si Putri mungil.Â
---------
Janganlah putus harapan atas Rahmat Allah. Lakukanlah usaha sebagai ikhtir terbaik dan perbanyaklah bermohon dengan penuh harap kepadaNya. Doa akan terkabul_ Insyaa Allah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H