Mohon tunggu...
Udin 68
Udin 68 Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Menulis artikel dan cerita pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Third True Story

28 November 2023   14:30 Diperbarui: 28 November 2023   14:31 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak seorang pun berjalan di muka bumi ini yang tidak menemukan masalah. Masalah: kesehatan, rezeki sempit, keluarga berantakan, tak punya keturunan dan beragam masalah lainnya. Kita tidak dapat menghindar dari masalah. Yang perlu dilakukan adalah memohon kepada Allah agar kita kuat menghadapi berbagai masalah yang ada. 

Berikut ini adalah cerita dari kisah hidup Udin yang pernah  dialaminya. 

----------

Sudah 7 tahun lebih setelah menikah belum juga dapat momongan, perasaan tentu sangat kuatir. Bila nanti tidak punya keturunan, apa jadinya  kehidupan rumah tangga ke depannya?. 

Terkadang perasaan malas sering hadir ketika ingin pulang kampung, terutama pada waktu menjelang lebaran atau usai lebaran. Tradisi yang sudah turun temurun untuk bersilaturrahmi dengan sanak sudara dan bertemu dengan orang tua di kampung halaman tempat kami bersekolah di waktu kecil. 

Perasaan malas dan enggan bertemu orang lain di kampung asal kami. Karena seringnya ada bertanya mengenai jumlah anak. Kami sering juga menuai sapaan dengan kata MANANG ( mandul_ si Mandul) bila bertetemu pada saat pulang kampung. Seakan sapaan itu adalah sebuah gelar paten untuk kami berdua.

"Agatu kareba manang! " Sapaan orang, saat kami bertemu. Bahasa Bugis di atas bila diterjemahkan " Apa kabar mandul !". Dan sering ada bertanya" Sudah berapa anakmu?". Bagi orang yang menyapa dan orang lain yang mendengarnya, kata- kata itu biasa saja tidak ada maksud mengejek. namun itu adalah salah satu pembuka pembicaraan saat kami bertemu. 

Tapi entah mengapa saya sendiri merasa tidak enak setiap orang yang mengucapkan kalimat itu pada kami. "Apakah orang yang serupa dengan saya, yang sudah lama menikah belum dapat keturunan juga merasakan demikian bila mendapat sapaan yang sama?" Sebuah pertanyaan yang muncul dalam hatiku. 

Segala usaha dan cara sebagai ikhtiar telah dilalui. Meminum ramuan yang disarankan baik dari teman maupun orang lain, mendatangi orang pintar yang sering dikunjungi oleh orang yang sudah bertahun-tahun sudah menikah tapi belum dikaruniai keturunan, dan berkali- kali konsultasi ke dr. Kandungan. 

Dan atas saran dokter kami ke laboratorium  diambil sampel, selanjutnya diberi obat untuk dikonsumsi selama priode yang ditentukan. Tapi tanda-tanda yang diharapan dalam usaha tersebut belum juga tiba. 

Dua tahun berlalu setelah melakukan semua cara itu belum juga berhasil. Akhirnya kami berhenti ke dokter dan juga berhenti berobat lainnya. Kami pasrahkan semuanya kepadaTuhan. Kami berdua menganggap ini adalah takdir yang sudah digariskan Tuhan, apa boleh buat. Kami berusaha bersabar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun