Mohon tunggu...
Udin Udin
Udin Udin Mohon Tunggu... -

Ya anak desa belajar menulis tanpa guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ke Mana Arah Pendidikan Indonesia Berjalan

30 September 2014   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Singapura, 85 persen siswa diajar oleh guru berijazah universitas atau yang lebih tinggi. Sedangkan hanya 53 persen siswa Malaysia yang diajar guru berijazah universitas.

Di Indonesia sendiri, 54 persen siswa diajar oleh guru matematika yang punya ijazah universitas. Ada perbedaan mendasar antara kebijakan pendidikan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam menetapkan persyaratan untuk menjadi guru matematika.

Syarat menjadi guru matematika di Indonesia mengharuskan calon guru harus lulus ujian, memiliki ijazah universitas, dan melakukan pra-praktikum dan praktikum yang disupervisi. Tapi di Indonesia, calon guru tak harus mengikuti masa percobaan mengajar.

Bedanya dengan kebijakan di Malaysia dan Singapura, calon guru tak harus memiliki ijazah universitas. Tapi, calon guru harus lulus ujian, melakukan pra-praktikum dan praktikum yang disupervisi, dan harus melalui masa percobaan mengajar. Masa percobaan mengajar menjadi fase paling kritis untuk melihat kesiapan calon guru dalam melewati fase transisi menuju profesi guru.

Bicara soal tingkat keikutsertaan guru matematika dalam pengembangan profesional, lagi-lagi guru matematika di Indonesia relatif kurang mendapatkan ruang untuk mengembangkan kapasitas diri. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, 64 persen guru belajar tentang pedagogi matematika, 57 persen belajar memperdalam pemahaman tentang konten matematika, 49 persen meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan hanya 21 persen saja guru yang memelajari cara mengintegrasikan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran matematika.

Di Malaysia dan Singapura secara berturut-turut, 64 persen dan 78 persen guru mendalami teori soal pedagogi matematika, 69 persen dan 76 persen mendalami konten matematika, 72 persen dan 70 persen meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, serta 48 dan 88 persen belajar cara mengintegrasikan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran matematika.

Secara umum, guru matematika di Malaysia dan Singapura relatif lebih berkembang karena mendapatkan ruang pengembangan profesional yang cukup baik. Hal yang memberikan dampak signifikan terhadap prestasi matematika siswa melalui kegiatan pembelajaran matematika yang berkualitas dan bermakna pula.

Ketiga, kurangnya dukungan sekolah dan rumah. Hal ini ditandai dengan kurangnya sumber daya di sekolah, kurang positifnya lingkungan sekolah sebagai tempat belajar siswa, dan kurangnya sumber daya pendidikan di rumah.

Jika dicermati perubahan yang terjadi dari tahun 1999 ke tahun 2003 ikhwal kekurangan sumber daya sekolah yang memengaruhi kapasitas pengajaran, posisi Indonesia mengalami kemerosotan. Di tahun 1999 hanya 23 persen siswa di sekolah yang tak mengalami masalah kekurangan sumber daya. Tapi di tahun 2003, jumlah siswa yang tak mengalami masalah sumber daya di sekolahnya malah turun menjadi 8 persen.

Malaysia mengalami kemunduran seperti Indonesia sebesar 2 persen. Singapura mengalami perubahan yang relatif baik dimana siswa yang tak mengalami masalah kekurangan sumber daya di sekolahnya naik dari 50 persen (1999) menjadi 88 persen (2003).

Semakin lengkap dan tersedianya sumber daya sekolah yang bisa diakses untuk belajar matematika siswa, maka kualitas pengajaran akan berjalan baik pula. Logika sederhana yang bisa dipahami andai hendak menjaga kualitas pengajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun