Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Aku Pancasila

1 Juni 2021   22:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   22:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peringatan hari lahir (ulang tahun) tidak ada kaitannya dengan peristiwa apapun. Hari lahir saya di hari H, bulan B tahun T adalah kejadian yang tak ada kaitannya dengan apapun. Kalaupun, dikaitkan bahwa tanggal kelahiran saya berbarengan dengan lahir Pancasila, misal, maka ini adalah kejadian saling bebas. Artinya kedua kejadian di atas tidak saling mempengaruhi. Kalaupun dicari-cari adalah bisa jadi berupa kejadian tidak saling lepas dengan peristiwa kelahiran Ibu saya. Itu sajah. 

Sering kali kejadian hari lahir dihubungkan dengan sejumlah harapan. Maka dari itu, peringatan ulang tahun diisi dengan tiup lilin dan kita meminta sesuatu. Lantas, kalau permintaan itu adalah harapan atau do'a yang penting bagi kehidupan kita, apakah kita mesti menunggu datangnya momentum ulang tahun?

Nah, terkait hari lahir Pancasila, mengapa harus diperingati? Hal ini sama saja dengan pertanyaan untuk peringatan sejumlah ulang tahun atau peringatan hari lahir lainnya. Manusia, bisa jadi saya sendiri --lah yang mengada-adakan peringatan termasuk maksud dan tujuan bahkan makna peringatannya.

Sejumlah makna, misalnya, untuk peringatan hari Lahir Pancasila ini sudah disuarakan, ditulis serta didengar dan dibaca di setiap tahun, tentunya. Namun, jujur saja, apakah tanggal 2 Juni besok, secara serta merta sejumlah makna ideal, menyejukkan, elok dan dahsyat itu mampu mengilhami kita menjadi seorang pancasilais?

Rakyat, jangan diberikan bentuk test kognitif atau recall seputar hari lahir Pancasila, seperti:  kapan lahir pancasila, siapa perumus pancasila, apa dasar hukum yang melandasi pancasila sebagai dasar Negara, sumber dari segal sumber hukum? Apa maksud dari dasar Negara, dan apa pula makna dari pancasila sebagai sumber dari segal sumber hukum?        

Mohon maaf, di kalangan elit, selebritis, dan... jangan tanya rakyat biasa, bunyi ke-lima sila saja kadang salah urut dan ucap.

Jadi, apakah peringatan seperti ini mesti berlanjut?

Puteri saya, baru duduk di kelas 1 SMP, memberikan jawaban. Katanya, diperingati saja kondisinya seperti ini, apalagi kalau dilupakan.

Ya, sudah... Kalau begitu saya boleh dong, ikut berharap, memanjatkan permohonan mewakili PANCASILA yang sedang berulang tahun.

Tidak sambil tiup lilin, pastinya... saya berharap, seluruh komponen bangsa yang menaruh perhatian kepada tanggal 1 Juni ini, semoga membaca ulang teks Pancasila, kemudian merenungi dan memaknai bagaimana implementasinya dalam kehidupan pribadi, keluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kalau perlu, silakan baca ulang "Pe empat" yang telah kalian hapus, termasuk 36 butir pengamalan nilai-nilai pancasila yang sudah tak lagi ditanamkan bagi siswa yang baru masuk sekolah di jenjang SMP, SD, dan Kampus. Semoga kita faham, salah satunya, bahwa Negara menjamin kebebasan warganya untuk memeluk agama masing-masing. So, ketika menemukan fakta perbedaan agama di lingkungan kita, cukuplah rasa toleransi dan kerukunan antar ummat beragama yang didahulukan. 

Saya berharap, bagi para netizen, bertanya kembali sembari mengambil referensi nilai pancasila ketika melakukan posting, like, komen dan share. Apakah warga net telah memahami adanya perbedaan sebagai konsekuensi dari hak berpendapat dari setiap orang, hak menjalankan agama dan kepercayaan, kebebasan dalam memilih, saling menghormati antar sesama, sehingga setiap perbedaan tak lantas disikapi dengan cibiran, cemoohan, hinaan dan amarah-amarah lainnya.

Bagi para politisi yang hendak berbakti kepada bangsa, apakah perbuatannya benar-benar telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila? Entah itu dalam tugas kampanye, sebagai legislator, bahkan ketika syaithan membisikkan untuk berubah haluan menjadi koruptor. Apakah ketika bertugas tugas  sebagai anggota dewan yang terhormat, selama ini, benar-benar telah mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan partai dan kebutuhan pribadi serta istri?

Demikian juga saya berharap bagi para pejabat dan birokrat yang sedang melaksanakan tugas Abdi Negara bertanya kembali apakah pelayanan yang dilakukan sekarang ini bagi rakyat telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila? Apakah benar, ketika Anda menjadi panitya di sebuah proyek pembangunan, setiap alokasi dana yang bersumber dari APBD dan APBN adalah ditujukan untuk kesejateraan rakyat, atau justru mendahulukan kesejateraan diri, keluarga dan sahabat?

Pun demikian bagi para elit di yudikatif dalam mengusung supremasi hukum di negeri ini, apakah benar-benar telah menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum? Atau justru mendadak lupa dengan mendahulukan "sumber hukum" lain yang datang belakangan dan dikemas dalam wujud suap dan sejensinya?

Tak lupa saya pun memanjatkan do'a dan harapan akan indahnya negeri ini, sembari membayangkan ketika kekuatan legislatif, eksekutif dan yudikatif semua benar-benar menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber dari segala sumber hukum. Mereka benar-benar menjadi panutan dan teladan bagi rakyatnya, termasuk warga net. Dan... akhirnya, mereka hidup bahagia selama-lamanya.

Seketika saya terkejut, ketika Pancasila mengahmpiri seraya memberikan clue. Menolak saya untuk mewakili harapannya. Terdengar teriakan, "Apakah dengan twibbon (gratis) Anda yang terpasang, saat ini, lantas Anda otomatis menjadi seorang pancasilais! Kau tak faham dengan apa yang kau panjatkan!"  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun