Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Aku Pancasila

1 Juni 2021   22:25 Diperbarui: 1 Juni 2021   22:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi para politisi yang hendak berbakti kepada bangsa, apakah perbuatannya benar-benar telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila? Entah itu dalam tugas kampanye, sebagai legislator, bahkan ketika syaithan membisikkan untuk berubah haluan menjadi koruptor. Apakah ketika bertugas tugas  sebagai anggota dewan yang terhormat, selama ini, benar-benar telah mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan partai dan kebutuhan pribadi serta istri?

Demikian juga saya berharap bagi para pejabat dan birokrat yang sedang melaksanakan tugas Abdi Negara bertanya kembali apakah pelayanan yang dilakukan sekarang ini bagi rakyat telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila? Apakah benar, ketika Anda menjadi panitya di sebuah proyek pembangunan, setiap alokasi dana yang bersumber dari APBD dan APBN adalah ditujukan untuk kesejateraan rakyat, atau justru mendahulukan kesejateraan diri, keluarga dan sahabat?

Pun demikian bagi para elit di yudikatif dalam mengusung supremasi hukum di negeri ini, apakah benar-benar telah menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum? Atau justru mendadak lupa dengan mendahulukan "sumber hukum" lain yang datang belakangan dan dikemas dalam wujud suap dan sejensinya?

Tak lupa saya pun memanjatkan do'a dan harapan akan indahnya negeri ini, sembari membayangkan ketika kekuatan legislatif, eksekutif dan yudikatif semua benar-benar menjadikan Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber dari segala sumber hukum. Mereka benar-benar menjadi panutan dan teladan bagi rakyatnya, termasuk warga net. Dan... akhirnya, mereka hidup bahagia selama-lamanya.

Seketika saya terkejut, ketika Pancasila mengahmpiri seraya memberikan clue. Menolak saya untuk mewakili harapannya. Terdengar teriakan, "Apakah dengan twibbon (gratis) Anda yang terpasang, saat ini, lantas Anda otomatis menjadi seorang pancasilais! Kau tak faham dengan apa yang kau panjatkan!"  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun