Di manapun sebuah masyarakat yang keberadaaanya memberikan perhatian bagi hak-hak kepada  setiap orang, sehingga tidak ada lagi yang khawatir tentang kebutuhan seseorang, dan di mana seseorang mendapatkan kebutuhan sebelum dia harus meminta karenanya, maka pastikanlan bahwa mereka, kaum mushalliin-lah yang mengusahakan masyarakat seperti itu.
Sebaliknya, mereka yang tidak mengikuti parameter sholat, maka bagi waktu mereka adalah hal yang sia-sia dalam sejumlah retorika yang tidak berguna. Perbuatan mereka tidak bermanfaat bagi masyarakat. Faktanya, mereka inilah yang telah menyangkal dan mendustakan "yaum ad-din", hari pembalasan. Mereka sudah memalsukan perintah-perintah ilahi. Dan mereka telah melakukannya dan terus melakukannya sampai hari kiamat mereka, yaitu, ketika pembalasan dihadapkan kepada mereka.
Berikjutnya, dalam Surat "al-Ma'un", Â memahamkan kita mengenai keadaan kaum Mushalliin dimana mereka berniat untuk bertindak memenuhi perintah ilahi (shalat), tetapi tanpa sepenuh hati, dan hanya untuk menunjukkan atau memamerkan kepada orang-orang bahwa mereka adalah kaum mushalliin.
Dalam Surat Al-ma'un ini, setiap dari kita ditanyai, apakah kita berkesempatan merenungkan keadaan orang yang memalsukan Ad-diin (aturan Ilahi). Dan Allah memberikan kejelasan siapa mereka, para pendusta ad-diin. Merekalah yang menghardik dan mengusir kaum yatim -deskripsi yang sama seperti diungkapkan dalam Surah "al-Mudatsir"-, dan mereka yang tidak memberikan hak-hak kaum miskin.
Dan seperti yang telah disampaikan di atas, miskin adalah termasuk setiap orang yang telah dirampas haknya dan tidak bisa mendapatkan rezeki. Dari Surat Al-maun ini, hanya ada satu poin yang menjeadi penekanan; yaitu, mereka yang mengusir kaum yatim (orang-orang yang tidak berdaya), dan menolak untuk menyediakan sebagian rezeki bagi kaum miskin sama saja dengan para penyangkal dan pembohong Ad-diin. Dengan demikian, kita bisa memahami bahwa esensi ad-diin adalah pemulihan hak yatim dan miskin.
Di sinilah hubungan erat antara ad-diin dengan shalat. Shalat, bukan sekedar ritual bacaan dan gerakan. Demikian akhirnya, sebagaimana ad-diin, shalat adalah Code of life -- bukan ritual semata. Hal ini relevan, dengan keterangan (al-hadits) bahwa barang siapa yang menegakkan shalat, mereka adalah telah menegakkan ad-diin.Â
Di bawah panji ad-diin, orang tidak bekerja untuk penegasan diri, tetapi, di atas fondasi ketuhanan, perintah ilahi yang konkret, berusahalah untuk membangun peradaban di mana tidak ada yang dirampas hak-hak dasarnya; dan di mana tidak ada orang merasa terhina dengan tunduk pada rezeki orang lain; dan tentunya tidak ada yang perlu menjadi pengemis. Semua orang memberikan perhatian dan mengurus yang lainnya.Â
Tidak ada yang bekerja untuk pernyataan diri dan tidak ada yang mencoba membatasi nikmat Tuhan untuk dirinya sendiri, tetapi mereka bergegas dan terbuka bagi semua untuk mendapatkan kemakmuran. Orang yang benar-benar menegakkan shalat adalah mereka yang mempunyai tanggung jawab sosial, mereformasi sosial menuju masyarakat yang dipenuhi keberkahan-Nya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H