Mohon tunggu...
setiadi ihsan
setiadi ihsan Mohon Tunggu... Dosen - Social Worker, Lecturer.

Menulis itu tentang pemahaman. Apa yang kita tulis itulah kita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Say Good Bye untuk Kebodohan

14 Juni 2020   16:30 Diperbarui: 14 Juni 2020   16:46 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan penjelasan di atas, semoga kita mensyukuri bahwa keberadaan kita dalam Dinul Islam, sebagaimana Nabiyullah Ibrahim, dan orang-orang yang berilmu adalah yang telah beroleh nikmat-Nya, mendapatkan hidayah beragama serta berada dalam sistem ketundukan. Karena, Allah tegaskan bahwa keberadaan kita dalam ber-Islam adalah nikmat Allah sebagaimana para nabi, shiddiqiin, syahidin dan shalihin mendapatkannya. (QS 4: 69).

"Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS 49: 17)

Inilah pentingnya ilmu pengetahuan dalam menjaga sikap hanif dan menghadirkan ketundukan dan keimanan, termasuk menjaga keberagamaan dalam ber-Islam. Ketundukan, sebagai ciri dari dinul Islam, masih diperlukan ketika sudah memasuki Dinul Islam. Maka orang beriman, diminta untuk menjalankannya secara secara kaffah atau menyeluruh (QS 2: 208), istiqamah (teguh pendirian) sebagaimana Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita." (QS 46:13, lihat juga dalam QS 41: 30) dan 'istisham (berpegang kepada tali Allah - tauhid). Tidak cukup kaffah, istiqamah, dan 'istisham, seorang muslim yang telah berada dalam Dinul Islam, Allah memerintahkan untuk melakukan pengabdian (ibadah) yang bertauhid, terbebas dari unsur syirik. Inilah inti dari dinul khalish. Maka Allah menyerukan untuk memiliki sikap mukhlishina lahuddin, memurnikan ketauhidan, sebagaiman Firman-Nya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (Mukhlishina luhiddin hunafaa)..." (QS 98:5).

Ketika Al-Islam didisain khusus untuk manusia, maka Allah telah menentukan tujuan penciptaan manusia. Pertama, adalah untuk melakukan pengabdian (51: 56), kedua adalah mengemban fungsi khalifatul fil ardl (menjadi wakil-Nya untuk mengurus bumi). Tugas dan fungsi yang tidak mudah, namun bagi orang yang berilmu justru memunculkan ketundukan dan keimanan, maka tugas dan fungsi ini disambut dengan komitmen: Hanya kepada-Mu lah kami mengabdi dan (ketika terjadi kesulitan, gangguan, godaan apapun) hanya kepada-Mu aku meminta pertolongan (QS 1: 5). Inilah wujud dari ibadah bertauhid atau sikap mukhishina lahuddin. Dan sekali hal ini hanya dapat dilakukan ketika kita sudah kokoh dangan 2 prinsip dasar: ketunudukan dan keimanan. Prinsip dasar ini hanya dapat difahami, diyakini dan dilaksankan oleh mereka yang berilmu.

Akhirul kalam, penulis mengingatkan kembali, wa bil khusus terhadap diri sendiri, bahwa gerbang ketundukan dan keimanan adalah 'ilmu. Sebaliknya, dinul Islam tidak mentolerir adanya sifat bodoh atau lemah akal yang berujung dengan dusta, zhalim, fasiq, munafiq, sombong, dan pembangkang yang nyata sebagaimana telah ditunjukan oleh Iblis dan kroninya yang telah menjadi musuh abadi manusia.

"Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai," (QS 51: 10 -11)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun