Apakah bisa menempatkan Security Deposit untuk sewa pesawat seperti yang disyaratkan dalam LOI akan tetapi pesawat yang akan disewakan tersebut belum dikuasai sepenuhnya oleh Lessor?
Tidak ada masalah, karena pemilik pesawat bisa berbeda dengan Lessor, sepanjang ada kesepakatan antara Lessor dan pemilik pesawat bahwa pesawat tersebut nantinya akan dikuasai oleh Lessor.
Apakah airlines yang Bapak pimpin menggunakan proses tender untuk mencari pesawat yang terbaik?
Dalam situasi permintaan yang jauh lebih banyak daripada penawaran untuk sewa pesawat tipe tertentu seperti B-733 Family, tidak mungkin airlines kami melakukan tender, karena kami yang harus mencari dan mengejar pihak pemilik pesawat dan Lessor. Jika kami mengundang tender, tidak ada Lessor yang akan menanggapi tender itu.
Apakah airlines yang Bapak pimpin pernah mengalami hal serupa, yakni Security Deposit dalam proses sewa tidak dapat dikembalikan?
Airline kami pernah mengalami kesulitan pengembalian Security Deposit dalam proses sewa pesawat. Waktu itu kami menempatkan deposit ke pihak pemilik pesawat untuk mengikat beberapa pesawat. Karena airlines saling berebutan untuk tipe yang sama, maka kami kehilangan kesempatan, dan deposit tidak bisa dikembalikan.
RHENALD KASALI
Guru Besar FEUI/ Founder Rumah Perubahan
“It’s not power that corrupts, but fear. Fear of loosing power that corrupts those who wield it and fear of the scourge of power corrupts those who are subject to it.”
Aung San Suu Kyi.
KUTIPAN di atas sering saya ucapkan kepada pejabat negara, bawahan, politisi senior yang memegang jabatan-jabatan strategis, para penegak hukum dan tentu saja kepada para pemimpin BUMN dan PNS. Banyak orang berpikir jabatan itu melenakan, membuat kita bisa mendapatkan apa saja. Dan bagi bawahan yang “bodoh” mereka akan melayani atasannya tanpa batasan. Bawahan-bawahan ini tak memiliki leadership yang kokoh, selain leading up, yaitu memimpin ke atas, melayani atasan. Ia tak melayani masyarakat sebagaimana sumpah jabatan yang pernah ia ucapkan di bawah kitab suci.
Dalam perjalanan saya menyebarluaskan prinsip-prinsip perubahan, saya pun bertemu dua tipe manusia. Pertama adalah mereka yang cinta perubahan. Mereka ini bekerja tiada henti, berpikir dan bertindak mengambil resiko. Karena perubahan beresiko, mereka tentu dapat menabrak atau “menyenggol” garis-garis pembatas, bahkan terlontar keluar atau terpelanting saat melewati tanjakan-tanjakan berbahaya. Apalagi namanya dunia bisnis, mana ada bisnis yang tak beresiko. Kalau anda ingin perusahaan maju, berikanlah kepada mereka yang memilki jiwa wirausaha, maka mereka akan mengambil resiko. Sebab high return itu pasti high risk.
Sedangkan yang kedua, maaf, saya sebut sebagai pencinta jabatan. Orang seperti ini hampir pasti hanya akan melayani atasan-atasannya saja. Mereka hanya melakukan sesuatu yang membuat jabatannya aman. Dan pastilah ia akan menghindari melakukan kesalahan. Tak pernah menyenggol garis batas, apalagi terlontar didorong keluar oleh orang lain. Saya pernah membaca kutipan dari orang bijak yang mengatakan, “those who risk nothing, do nothing, has nothing.....and is nothing!”