Mohon tunggu...
Uci Milasari
Uci Milasari Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Tokoh Utama dalam Novel Cinta untuk Perempuan dengan Bulir-Bulir Cahaya Wudhu di Wajahnya Karya Sayfullan

21 November 2021   16:07 Diperbarui: 21 November 2021   17:43 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Superego dari Ali, yaitu kemampuannya dalam memfilter atau mengontrol kata-kata yang pantas diucapkan (baik)  dan yang tidak pantas diucapkan (buruk) yang dimilikinya cukup bagus. Kepribadiannya tersebut tampaknya ia dapatkan dari orang tua nya yang seorang penguasa kampung. Ali sendiri terdidik di lingkungan islami, sehingga ia banyak tau bahwa mengucapkan kata-kata yang buruk sangat tidak diperbolehkan dalam ajarannya.

Data 03 :

"Gelap. Ruangan sempit itu terasa pengap dan tanpa cahaya. Ia berusaha menggedor-gedor pintu ruang shalat, namun gagal. Pintu tinggi dari jati itu terkunci dari luar. Ali belum juga menyerah. Kepalang tangannya memerah. Ruam karena terlalu keras memukul-pukul pintu yang membuatnya terkuni. Ia marah. Melampiaskan emosiya dalam tiap pukulan-pukulan tangannya. Luka pun tak terhindar. Tetes-tetes darah segar menetes di lantai yang suci. Bercaknya lantas menghitam karena terbuai oleh udara bumi. Ali masih tetap tak peduli." (CUPDBBCWDW:89)

Kutipan di atas menunjukkan Superego dari Ali, ketidakpedulian Ali pada tubuhnya sendiri, tangannya luka-luka sebab terlalu keras memukul-mukul pintu ruang shalat rumahnya. Ali merasakan sakit akibatnya, namun ia tak peduli. Superego Ali di sini dilatarbelakangi oleh keinginannya menyelamatkan Avivah yang menurut perkiraannya sedang dalam bahaya, Ali ingin menyelamatkan Avivah, tapi ia sendiri dikurung oleh bapaknya dalam ruang shalat.

Data 04 :

"Langka mereka tidak cepat juga, tak lambat. Ali dan Baruji berperan seperti tamu agung, berpura-pura setenang mungkin. Meskipun, dada Ali begitu berbunyi keras bagai gendering yang bertalu. Namun dengan susah payah, ia berusaha menyembunyikan ketakutannya. Ya, iya ingin seperti lelaki di sampingnya. Entah Baruji juga seperti dirinyamenyembunyikan ketakutannya, berpura-pura berjalan tegak membusungkan dada, atau tidak." (CUPDBBCWDW:97)

Kutipan di atas menggambarkan Superego dari Ali, berjalan tegak membusungkan dada bagai tamu agung demi menutupi ketakutannya sendiri. Ia lakukan itu sebab temannya Baruji melangkah seperti tanpa takut. Ia ingin seperti temannya, meski Ali pun tak yakin temannya sungguh-sungguh berani atau hanya berpura-pura seperti dirinya. Ali paham dalam situasi seperti ini memang lebih baik bersikap berani daripada menyerah, yang berarti menyerahkan Avivah pada Jepang untuk dijadikan jugun ainfu- perempuan pemuas napsu.

Data 05 :

"Andai perempuan di depannya itu adalah muhrimnya, pasti tanpa ragu lagi ia akan memeluknya. Memberikan kehangatan dan juga rasa aman kepadanya. Namun, semua ia urungkan. Ya, ia harus bersabar lebih lama jika ingin menyentuhnya. (CUPDBBCWDW:112 )

Kutipan di atas menunjukkan Superego dari Ali, yaitu sikap menjaga dari Ali yang ia tunjukan dengan menahan diri untuk tidak memeluk Avivah. Di sini Ali memegang nilai-nilai teguh sebagai muslim, dengan ajarannya yang tidak memperbolehkan laki-laki dan perempuan bersentuhan bila bukan muhrim. Ali harus menunggu setelah pernikahan mereka nanti.

Data 06 :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun