Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan terbagi menjadi tata laksana di tempat gigitan dan di rumah sakit. Tata laksana di tempat gigitan termasuk mengurangi atau mencegah penyebaran racun dengan cara menekan tempat gigitan dan imobilisasi ekstremitas.
Di rumah sakit diagnosis harus ditegakkan dan segera pasien dipasang dua jalur intravena untuk memasukkan cairan infus dan jalur yang lain disiapkan untuk keadaan darurat. Segera dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT, APTT, fibrinogen, elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah. Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan dipertimbangkan pemberian serum anti bisa ular. Pengukuran pada tempat gigitan perlu dinilai untuk mengetahui progresivitasnya
Fasciotomy dilakukan bila ada edem yang makin luas dan terjadi compartment syndrome (keadaan iskemik berat pada tungkai yang mengalami revaskularisasi dan menimbulkan edem, disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan keadaan hiperemia). Pada semua kasus gigitan ular, perlu diberikan antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid, meskipun pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan.
Di Amerika hanya terdapat 3 anti bisa yang diproduksi dan disetujui oleh FDA, yaitu antivenim polyvalen crotalidae, antivenon untuk coral snake (Elapidae) dan antivenon untuk black widow spider.
Pada tahun 2000 bulan Desember terdapat produk baru yaitu Crotalinae Polyvalent Immune Fab (ovine) antivenon yang berasal dari serum domba. Serum Fab ini ternyata lima kali lebih poten dan efektif sebagai anti bisa dan jarang terdapat komplikasi akibat pemberiannya
Berbagai gejala gigitan ular mulai dari gejala yang ringan sampai berat sering dialami oleh korban. Hal inilah yang akhirnya membuat ular-ular sering ditakuti, dianggap sebagai ancaman dan akhirnya dibunuh. Padahal di sisi bisa ular memiliki berbagai manfaat dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber senyawa bioaktif potensial untuk bahan baku obat. Berbagai studi menunjukkan bahwa senyawa bioaktif dan turunannya yang diisolasi dan disintesis dari bisa ular telah banyak dibuktikan memiliki aktivitas farmakologis yang luas dan efektif dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti tumor, kanker, hipertensi, diabetes, kelainan-kelainan hemostatis, HIV/AIDS dan lain-lain.Perkembangan penelitian dan teknologi yang semakin meningkat memungkinkan akan didapatkan senyawa-senyawa potensial yang dapat dijadikan bahan baku obat untuk pemenuhan kebutuhan obat bagi masyarakat.
Â
Daftar Pustaka
- Karalliedde L. 1995. British Journal of AnaesthesiaReview Article Animal Toxin.; 74: 319-327
- Ari, Anton. 2010. Mengenal satwa. Jakarta. Conservation International Indonesia
- Prihatini, dkk. 2007. Penyebaran Gumpalan Dalam Pembuluh Darah (Disseminated Intravascular Coagulation) Akibat Racun Gigitan Ular (Dic/Disseminated Intravascular Coagulation Caused By Venom Snake Bite). Surabaya : Universitas Airlangga
- Aedeagus drosophilid. 2013. Fauna Indonesia. Jakarta : Masyarakat zoologi Indonesia
- Latif, Abdul. Dkk. 2003. Gigitan Ular Berbisa Vol 5 No. 3. Jakarta : PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H