Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Nge-Jazz di Pinggir Jalan

12 Januari 2020   17:50 Diperbarui: 12 Januari 2020   21:42 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang pria menyeruak dari arah penonton. Yohanes Gondo, masih menggunakan celana pendek olahraga. Keringatnya masih belum kering. 

Murid master Jazz Bubi Chen ini, kemudian duduk meletakkan dompet dan telepon genggamnya di bawah piano, menggantikan permainan seorang temannya. 

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Dari jari-jari lembutnya, berpadu dengan permainan alat musik lain dari teman-temannya, mengalun harmonis "Yarbird Suite" karya Jhon Coltrane dan "Solar" milik Miles Davis.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Minggu Pagi tenang, 12 Januari 2020, trotoar depan Universitas Atmajaya, kawasan car free day (CFD) Jakarta,  area ini sontak menjadi area jazz. Beberapa penikmat begitu asyik meresapinya. Sebagian duduk di semen pembatas jalan, sebagian lagi berdiri.  

Dodi, karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergedung di seberang universitas, tampak asyik menggoyang-goyangkan air mineral di tangannya, mengikuti goyang badannya dalam ketukan jazz dalam irama instrumentalia. 

Dia membiarkan istrinya yang masih lari, menyusuri sepanjang jalan CFD . Istrinya tahu, Dodi pasti ada di depan pentas musik "Jazz on The Street ,"

Foto Pribadi
Foto Pribadi
"Memang dari rumah, setelah lari 5 km, saya niatkan nonton ini. Sengaja saya ambil jalur di seberang, menuju arah Bunderan HI, lalu puter balik ke Atmajaya,  biar berakhir disini. Pendinginan olahraga pakai musik Jazz, " katanya sambil tertawa.

Sebelumnya pria yang suka bernyanyi ini sempat kaget. "Saya tadi sempet kaget, ada banyak Satpol PP datang. Saya kira mau dibubarin (pertunjukan musik)," ujar Dodi.  

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Ia kemudian bernafas lega. Karena ternyata rombongan tersebut adalah rombongan Walikota Jakarta Selatan, Marullah Matali, Lc, M.Ag. Marullah yang bersepeda pagi itu sengaja berhenti di sisi trotoar, untuk menikmati jazz ini.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
Foto Pribadi
"Musik siapa sih yang tidak suka. Sifatnya egaliter. Adanya pertunjukan pertunjukan seperti ini, bagus untuk masyarkat sejenak refreshing. Di beberapa titik CFD ini,  selain grup musik ini, ada beberapa lagi" jelas Marulllah.

Para pemain jazz yang mengenali Marullah, mendaulatnya untuk bergabung sebagai penyanyi. Namun Marullah menolak. Dia lebih memilih menikmati alunan musik jazz sambil berdiri di sana. 

Marullah mengaku sebagai penikmat semua aliran musik. Secara pribadi, dia amat mendukung setiap pertunjukan musik. Bahkan di depan kantornya, setiap Jumat Sore, secara rutin diadakan pertunjukan musik berbagai aliran, menghibur warga yang lalu lalang di sana.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Sebuah kemewahan saat Jazz yang sering berkonotasi musik kaum elit, didendangkan di pinggir jalan. Tak bisa dipungkiri, musik yang banyak menggunakan gitar, trombone, piano, trompet dan saksofon ini biasanya dimainkan di kalangan-kalangan khusus. 

Bahkan banyak kalangan menilai jazz adalah musik yang rumit.  Namun ketika dialunkan di sisi jalan, terbukti bukan kaum elit semata penikmatnya. Beberapa penonton mengaku baru sekali ini mendengar musik Jazz. 

"Enak juga ya, biasanya sih denger musik K Pop," ujar seorang  anak muda, bersama teman putrinya,  yang sudah menantikan pertunjukan ini bahkan sejak grup '"Jazz On The Street," ini baru bersiap siap.

Para pemain ini, menurut Yohanes memang pemain cabutan dari berbagai grup musik jazz. Dia sendiri memiliki grup bernama "Yohanes Gondo Trio". Biasa bermain di berbagai event, seperti di Jazz  Gunung, Ngayogya Jazza, Java Jazz Festival, Motion Blue dan Jazz  Fairmont. Pertunjukan bukan dalam skala nasional saja, bahkan internasional.

Bukan saja instrumentalia, agar lebih dekat dengan audiens, penyanyi utama grup ini Leyla, mempersembahkan lagu yang akrab di telinga awam, yakni "Biru" nya Vina Panduwinata, selain "Fallen" milik Lauren Wood.

"Sudah dua bulan kita tampil di sini. Bukan sekedar menghibur, juga kemarin kami mengumpulkan charity (sumbangan) untuk korban terdampak banjir," ujar Leyla.

Penggagas "Jazz on The Street" ini adalah Devian Zikri, pemain Saksofon. Dari musisi ini, lahir ide untuk mendekatkan jazz ke kalangan yang lebih luas, bahkan pada mereka yang awam sekalipun. Didukung oleh teman-temannya, mereka bermain di berbagai tempat umum. 

Perempuan cantik ini mengaku bersemangat kendati tampil di sisi jalan. Begitu juga atensi tinggi dari teman temannya, yang terdiri dari Devian, Odi, Erik, Harry Toledo dan BJ untuk tampil di car free day setiap Minggu Pagi. 

"Kami berasal dari berbagai lokasi, seperti Cawang, Radio Dalam, bahkan ada yang dari Bogor," ujar Leyla.  Jadi, sayang kalau disia-siakan kesempatan ini. Carilah mereka Minggu depan di depan Universitas Atmajaya. Free. Jika menyumbang uang ke dalam kotak musik mereka, tentu bermanfaat pula. (Uci Anwar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun