Seorang pria menyeruak dari arah penonton. Yohanes Gondo, masih menggunakan celana pendek olahraga. Keringatnya masih belum kering.Â
Murid master Jazz Bubi Chen ini, kemudian duduk meletakkan dompet dan telepon genggamnya di bawah piano, menggantikan permainan seorang temannya.Â
Dodi, karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergedung di seberang universitas, tampak asyik menggoyang-goyangkan air mineral di tangannya, mengikuti goyang badannya dalam ketukan jazz dalam irama instrumentalia.Â
Dia membiarkan istrinya yang masih lari, menyusuri sepanjang jalan CFD . Istrinya tahu, Dodi pasti ada di depan pentas musik "Jazz on The Street ,"
Sebelumnya pria yang suka bernyanyi ini sempat kaget. "Saya tadi sempet kaget, ada banyak Satpol PP datang. Saya kira mau dibubarin (pertunjukan musik)," ujar Dodi. Â
Para pemain jazz yang mengenali Marullah, mendaulatnya untuk bergabung sebagai penyanyi. Namun Marullah menolak. Dia lebih memilih menikmati alunan musik jazz sambil berdiri di sana.Â
Marullah mengaku sebagai penikmat semua aliran musik. Secara pribadi, dia amat mendukung setiap pertunjukan musik. Bahkan di depan kantornya, setiap Jumat Sore, secara rutin diadakan pertunjukan musik berbagai aliran, menghibur warga yang lalu lalang di sana.
Bahkan banyak kalangan menilai jazz adalah musik yang rumit. Â Namun ketika dialunkan di sisi jalan, terbukti bukan kaum elit semata penikmatnya. Beberapa penonton mengaku baru sekali ini mendengar musik Jazz.Â
"Enak juga ya, biasanya sih denger musik K Pop," ujar seorang  anak muda, bersama teman putrinya,  yang sudah menantikan pertunjukan ini bahkan sejak grup '"Jazz On The Street," ini baru bersiap siap.
Para pemain ini, menurut Yohanes memang pemain cabutan dari berbagai grup musik jazz. Dia sendiri memiliki grup bernama "Yohanes Gondo Trio". Biasa bermain di berbagai event, seperti di Jazz  Gunung, Ngayogya Jazza, Java Jazz Festival, Motion Blue dan Jazz  Fairmont. Pertunjukan bukan dalam skala nasional saja, bahkan internasional.
Bukan saja instrumentalia, agar lebih dekat dengan audiens, penyanyi utama grup ini Leyla, mempersembahkan lagu yang akrab di telinga awam, yakni "Biru" nya Vina Panduwinata, selain "Fallen" milik Lauren Wood.
"Sudah dua bulan kita tampil di sini. Bukan sekedar menghibur, juga kemarin kami mengumpulkan charity (sumbangan) untuk korban terdampak banjir," ujar Leyla.
Penggagas "Jazz on The Street" ini adalah Devian Zikri, pemain Saksofon. Dari musisi ini, lahir ide untuk mendekatkan jazz ke kalangan yang lebih luas, bahkan pada mereka yang awam sekalipun. Didukung oleh teman-temannya, mereka bermain di berbagai tempat umum.Â
Perempuan cantik ini mengaku bersemangat kendati tampil di sisi jalan. Begitu juga atensi tinggi dari teman temannya, yang terdiri dari Devian, Odi, Erik, Harry Toledo dan BJ untuk tampil di car free day setiap Minggu Pagi.Â
"Kami berasal dari berbagai lokasi, seperti Cawang, Radio Dalam, bahkan ada yang dari Bogor," ujar Leyla. Â Jadi, sayang kalau disia-siakan kesempatan ini. Carilah mereka Minggu depan di depan Universitas Atmajaya. Free. Jika menyumbang uang ke dalam kotak musik mereka, tentu bermanfaat pula. (Uci Anwar)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H