Mohon tunggu...
Uci Anwar
Uci Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Karena Hidup Harus Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Makam Dua Gadis Cilik yang Termuliakan

21 Desember 2019   23:11 Diperbarui: 25 Desember 2019   16:13 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang petugas kebersihan asyik mengepel area sekitar makam. Dia ramah. Tidak keberatan aktivitasnya terganggu sejenak oleh serombongan penziarah.

Ia sangat maklum, masih banyak orang yang belum melupakan tragedi yang menimpa gadis cilik, yang jasadnya terbaring di sana. Masih banyak orang memuliakannya. 

Masyarakat masih mengenang Irma Surjani Nasution, atau dikenang sebagai Adik Irma Suryani, seorang gadis cilik korban peristiwa kelam Gerakan 30 S PKI , tahun 1965.

dokpri
dokpri
Tiga butir peluru menerjang tubuhnya, pada dini hari 6 Oktober 1965, saat sekelompok orang akan menculik ayahnya, Jendral Besar A.H.Nasution. Ayahnya selamat.

Namun gadis cilik yang saat itu berusia 5 menjelang 6 tahun terkulai, bersimbah darah. Dia tabah dan baik hati. Justru sempat menghibur kakaknya yang menangisinya, dan menyatakan bahwa dia baik baik saja. "Adik sehat," katanya lirih, sebelum akhirnya pergi ke pangkuan NYA.

dokpri
dokpri
Di seberang makamnya, berdiri sebuah monumen. Dilengkapi dengan foto foto dokumentasi dirinya. Foto manisnya yang berpita, foto saat digendong bunda ke pemakaman, di antara ribuan pelayat yang berduka. 

Dulu balaikota ini adalah kawasan makam, namun tahun 1979 semua dipindahkan ke tanah kusir. Dengan berbagai pertimbangan, makam Adik Irma tetap dipertahankan di sana.

dokpri
dokpri
Agak sulit mencari makam ini, bagi orang selewat. Terletak di belakang gedung atau balaikota Walikota Jakarta Selatan, daerah Kebayoran Baru.

Tak ada tanda-tanda terbaring anak kesayangan bangsa ini di sana.

Dari trotoar, yang sering digunakan orang sebagai jalan pagi, yang terlihat hanya bongkahan bongkaran bangunan dan besi-besi. Sehingga tampak tempat itu tengah dalam pembangunan. 

Di sekitar area tersebut, memang tengah dibangun sebuah masjid. Pagar yang membatasi trotoar dan makam yang rapat, membuat orang mengira pintu gerbang terkunci.

Rombongan yang ziarah pagi itu adalah rombongan Komunitas Pemangku (Pemakai Angkutan Umum). Komunitas penggemar treking, dan pengguna moda transportasi umum.

Mereka tidak kesulitan menemukan tempat ini, karena ketua komunitas, Iwan BSN adalah penduduk daerah tersebut. Dia juga yang mengetahui, bahwa pagar tersebut bisa dibuka dengan menjulurkan tangan ke balik pagar, dan membuka kunci rantai gerbang.

dokpri
dokpri
Jalan sedikit lagi, sekitar 200 meter dari makam Adik Irma, terdapat sebuah makam gadis cilik lainnya. Bernama Wan Syarifah Fatma. Makam ini pada hari hari tertentu ramai dikunjungi penziarah. 

Makam gadis cilik berusia 9 tahun ini dimuliakan tersebab oleh sejarah pula. Menurut riwayat, kakek gadis cilik tersebut adalah seorang tuan tanah kaya raya di daerah ini.

Pada tahun 1700 Masehi, Saimun, demikian nama laki-laki kaya tersebut, sakit parah.

Dia mengadakan sayembara dan bernazar. Siapa pun yang bisa menyembuhkan sakitnya, akan dinikahkan dengan putrinya, yang bernama Sakinah.

Seorang pemuda tampan dari negeri Yaman, Habib Abdullah bin Muhammad Aidid, berhasil menyembuhkan Saimun, dan menjadi pemenang sayembara. 

Dari hasil pernikahan tersebut, lahirlah seorang putri bernama Fatmah. Gadis cilik ini penghapal Al-Quran alias Hafidzah. Dia menuruni talenta ayahnya, mampu menyembuhkan orang sakit.

Banyak masyarakat sudah disembuhkannya. Pada usia 9 tahun, dia mendapat haid pertama, sekaligus haid terakhirnya. Karena setelah haid bersih, dia dipanggil Sang Maka Pengasih.

Habib Abdullah memakamkan putri kesayanganya di daerah Petogogan, Kebayoran Baru ini. Dan memerintahkan para pembantunya untuk merawat makam tersebut.

img-20191220-wa0052-5dfe4179d541df08f3463413.jpg
img-20191220-wa0052-5dfe4179d541df08f3463413.jpg
"Konon kawasan ini amat keramat, Pada waktu itu, jika burung melintas di atas nya, burung akan mati," jelas Iwan, yang juga penduduk daerah tersebut.

Dijelaskan Iwan, treking yang dilakukan komunitas Pemangku memang tidak melulu berupa jalan jalan atau berburu kuliner. Pada banyak trek, diselipkan wisata sejarah, heritage, dan kuliner jadul. Treking yang dilakukan jumat 20 Desember 2019 lalu, diberi nama " Trek Dua Putri Suci".

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Titik kumpul anggota, pada sebuah kursi di trotoar, berlanjut dengan jalan kaki berkeliling trotroar gedung walikota yang asri, berziarah di dua makam gadis cilik yang termuliakan tersebut.

Perjalanan diselingi juga dengan sarapan ringan di kantin kecil balaikota, yang terletak dekat area parkir. Amat kecil kantinnya, namun untuk kulinernya, berani direkomendasikan dalam skala bintang lima.

Berbagai rebusan seperti Jagung, Ubi, Gorengan Pisang Tanduk, Bakwan, Buah Sukun, Cocok dipadupadankan dengan minuman panas Air jahe geprek gula aren.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Jika jeli, pemandu wisata bisa menggunakan rute ini. Ada pula danau kecil, masih di wilayah yang sama, yang biasa disebut penduduk sebagai Situ Burung.

Jika pandai mengambil angle foto, hasil foto foto di sini sungguh layak tayang atau dikenal oleh kaum milenial dengan istilah instagramable, alis layak ditayangkan di media sosial.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Lapar setelah berziarah? Jangan khawatir. Ada mie ayam rumahan, beberapa puluh meter begitu keluar dari komplek pemakaman Wan Syarifah. Harga 21 ribu, sebanding dengan bakmi harga 52 ribu. Cobalah (Uci Anwar) 
dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun