Pandemi Covid-19 di dunia membuat berbagai usaha dilakukan untuk memutus mata rantai penularan. Covid-19 memaksa berbagai aspek kehidupan berubah. Pemerintah memutuskan work from home.Â
Belajar pun diharuskan daring. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan yang meluas akibat interaksi yang masif. Physical distancing menjadi salah satu strategi harapan untuk memutus rantai penularan penyakit ini.Â
Perubahan yang dipaksa oleh Covid-19 ini begitu cepat. Menyebabkan persiapan untuk menghadapi berbagai perubahan menjadi tidak maksimal.Â
Dunia usaha misalnya banyak mengalami kemerosotan akibat terlambat menyesuaikan diri. Hal ini pun dirasa oleh dunia pendidikan. Kesiapan untuk belajar daring (online) yang ditetapkan oleh pemerintah nyaris tidak ada.Â
Sekolah dalam hal ini guru dituntut berusaha mengkreasikan belajar agar tetap berjalan meski tidak di sekolah. Dikenallah belajar daring. Ada banyak media yang digunakan untuk belajar daring. Berbagai platform sudah lama menyediakan jasa ini. Sebut saja misalnya Google Clasroom, Rumah Belajar, Edmodo, Ruang Guru, Zenius, Google Suite for Education, Microsoft Office 365 for Education, Sekolahmu, Kelas Pintar.
Inilah yang disebut sebagai platform microbloging (Basori, 2013). Namun perlu waktu untuk mempelajari sistem belajar melalui platform belajar daring tersebut.Â
Jika dipahami, ada kemungkinan memberikan dampak positif pada proses pembelajaran. Namun, guru atau dosen sekalipun belum tentu paham penggunaan media-media ini. Apalagi orang tua dengan berbagai latar belakangnya. Disinilah problem itu, tidak ada waktu lagi untuk mempelajari semuanya bersama-sama.Â
Covid-19 sudah tiba-tiba datang dan memaksa semuanya untuk tetap di rumah. Maka guru harus bisa menggunakan berbagai media yang familiar digunakan orang tua. Harapannya tidak mempersulit untuk orang tua dalam penggunaan media tersebut. Proses belajar tetap berjalan. Salah satunya media sosial WhatsApp.Â
Penggunaan WhatsApp Grup sebagai media belajar banyak terjadi di tingkat sekolah dasar. Tentu karena berbabagai pertimbangan. Pada level pendidikan tinggi WhatsApp hanya salah satu media. Berbeda dengan sekolah dasar, dari survei yang dilakukan peneliti 100% belajar daring hanya menggunakan media WhatsApp grup.
Pembelajaran daring pada sekolah dasar di Indonesia sesungguhnya keterpaksaan. Pandemi Covid-19 yang menyebar begitu cepat hingga hampir ke seluruh negara di dunia memaksa Pemerintah untuk menutup sekolah segera.Â
Mulai tanggal 16 Maret 2020 Pemerintah meminta sekolah-sekolah di tutup. Meskipun sesungguhnya kesiapan untuk belajar daring nyaris belum ada. Banyak hal yang menghambat pembelajaran daring ini misalnya jaringan internet yang tidak merata, akses internet yang mahal, bahkan ada yang belum memiliki akses internet sama sekali.Â