Beberapa tahun terakhir ini, sering kali kita mendengar istilah toxic baik di media social maupun percakapan langsung dengan orang lain.
Topik tentang toxic ini sudah banyak yang membahas dengan masing-masing latar belakangnya.
Kali ini Kembali saya menulis dengan topik yang sama karena memang topik ini sangat menarik untuk diulas, ya tentu saja beralasan mengapa saya menuliskan topik ini. Kenapa Toxic?Â
Sebab Toxic ini sangat lekat dan berada di circle kita. Tentu menarik supaya setiap kita bisa introspeksi diri dan bisa terhindar dari sikap toxic atau terhindar dari lingkungan toxic.
Sebelum lanjut kita membahas tentang toxic, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu arti kata tersebut.
Apa sih sebenarnya Toxic itu? Toxic asal kata dari Bahasa inggris yang secara harfiah artinya racun atau sesuatu yang mengandung racun (beracun). Racun merupakan zat yang mematikan.Â
Namun seringkali kata tersebut di pakai untuk menggambarkan situasi tertentu misalnya ketika kita berada di lingkungan yang tidak menyenangkan, atau berada dalam lingkaran orang-orang beracun (ular kali beracun heheh..) atau yang memberi pengaruh buruk bagi orang lain.Â
Tentu saja gambaran situasi yang tidak menyenangkan tersebut merupakan racun atau lebih familiar dengan bahasa gaul yakni "Toxic" yang bisa berdampak buruk bagi Kesehatan fisik maupun kondisi mental juga bisa mematikan karakter seseorang.
Tentu saja berada di lingkaran orang-orang beracun sangat perlu untuk dihindari sebab sangat tidak membawa manfaat buat kita. Justru berada dalam pertemanan dengan orang-orang toxic bisa menularkan sikap negative atau bisa berdampak buruk pada Kesehatan kondisi mental kita.
Dalam berinteraksi dan menjalani hubungan social entah itu pertemanan, hubungan dengan rekan kerja, tentu kita bisa melihat dan rasakan sendiri masing-masing sikap, perilaku dan perubahan sikap yang terjadi dengan orang-orang yang berada di sekeliling kita. misal pada awal pertemanan mungkin tidak terasa, tetapi lama kelamaan kita mulai tidak nyaman.Â
Mulai dengan terlalu ikut campur tangan dengan semua urusan kita, cara berkomunikasi yang tidak sopan atau tidak mengerti batasannya, mengkritik/menegur dengan cara yang kasar, cemburu dengan siapa yang menjadi teman dekat kita. Dan masih banyak lagi sikap dan perilaku yang kita jumpai sehari-hari dari pertemanan yang membuat kita tidak nyaman berada dalam circle tersebut.
Mengapa toxic bisa terjadi? Berikut beberapa penyebab orang toxic:
Dikutip dari majalah Time, seorang pakar komunikasi dan Psikologi Lillian Glass menyebut, sifat toxic adalah hubungan apapun antara orang yang tidak saling mendukung. Di mana ada konflik dan satu berusaha untuk melemahkan yang lain, terdapat persaingan, rasa ingin menjatuhkan, dan kurangnya kekompakan.
Lebih lanjut Glass mengatakan bahwa setiap hubungan bisa saja mengalami pasang surut, namun Glass mengatakan bahwa hubungan toxic secara terus menerus tidak menyenangkan dan menguras tenaga orang-orang terlibat di dalamnya". (Lilliana Glass, dalam Virdita Ratriani, 2021. Kontan.co.id, 15 Oktober 2023).
Toxic merupakan sikap beracun yang dampaknya sangat merugikan. Dan apa yang dikatakan oleh Lilliana Glass dalam majalah Time yang ditulis oleh Virdita Ratriani, sangat jelas tergambar dalam kehidupan dunia kerja.Â
Tak sedikit orang-orang yang tidak saling mendukung, berusaha untuk melemahkan dengan melakukan berbagai macam cara untuk menjatuhkan rekan kerja. Yang jelas orang yang bersifat toxic, digambarkan dengan kata-kata seperti yang biasa kita dengar, senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang.Â
Cemburu dan dengki melihat kesuksesan orang lain dan enggan untuk memberi pengakuan terhadap keberhasilan/kemampuan orang lain.
Sifat toxic yang ada pada diri seseroang tentu tidak timbul begitu saja, melainkan ada yang melatar belakangi.
Para pakar psikologi mengatakan, bahwa mereka yang berperilaku toxic, karena punya trauma masa lalu yang belum pulih, peristiwa-peristiwa yang dialami terekam bertahun-tahun dalam memory. Diantaranya adalah:
- Perceraian orangtua yang mengakibatkan ada trauma dalam diri anak
- Melihat pertengkaran orang tua terus-menerus
- Kurang kasih sayang dari orang sekitar entah dari keluarga ataupun teman
- Pola asuh atau didikan yang terlalu keras dan cenderung otoriter
- Tumbuh di lingkungan yang kurang sehat atau lingkungan yang tidak kondusif, misal dengan tetangga yang kurang bersahabat atau sering ada pertengkaran
Bisa juga karena terus-menerus tinggal dirumah kontrakkan yang mengakibatkan anak tumbuh dengan perasaan minder.
Latar belakang ini yang menyebabkan luka batin terpelihara sampai dewasa, dan ketika berada dalam lingkaran pertemanan, atau masuk dunia kerja, perilaku yang sudah terpola atau terbentuk selama ini bisa menularkan sifat-sifat tersebut bagi orang-orang sekitarnya.
Ciri-ciri Orang Toxic atau Beracun yang Perlu Dihindari
Ini hal-hal yang umum dan tentu saja ada di sekitar kita. Secara khusus dalam hubungan dan interaksi dengan teman maupun partner kerja.
1. Cemburu dan Iri melihat keberhasilan teman atau orang lain
Orang-orang yang mempunyai sifat toxic, terkadang merasa resah melihat keberhasilan orang lain. Iri merupakan penyakit hati yang muncul akibat kegagalan dalam mencapai sesuatu.Â
Oleh karena itu pusatkan perhatianmu pada pencapaian diri sendiri karena masing-masing oranga punya kelebihan untuk terus dikembangkan.
2. Merasa hebat dan meremehkan orang lain
Seseorang yang mempunyai sifat beracun menganggap dirinya lebih hebat dan cenderung meremehkan yang lainnya. Ia merasa bahwa orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya, orang yang mempunyai sifat seperti ini selalu focus terhadap kekurangan orang lain dan mulai dengan banyak mengkritik.Â
Biasanya orang seperti ini akan bergaul dengan yang satu frekwensi dengannya sehingga ia mudah menggunjing orang lain.
Marc Reklau (2023: 86-87) dalam bukunya mengatakan bahwa, "Tinggalkan orang-orang yang selalu menghakimi dan mengkritik anda".
Tentu apa yang dikatakan oleh Marc Reklau merupakan ajakan untuk keluar dari lingkaran yang tidak sehat. Sebab terus-menerus dalam circle tersebut membuat kita tidak maju.Â
Tidak perlu menghiraukan apa yang orang katakan, bukan berarti kita menutup telinga untuk menerima kritikan yang sifatnya membangun, tetapi bila kritikan sudah berlebihan dan melukai ini yang perlu kita hindari supaya tidak menimbulkan konfilk atau pertengkaran. Lebih baik kita fokus mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, ketimbang terus mengkritik orang lain.
3. Tidak peduli dan mengutamakan diri sendiri
Teman yang toxic tidak terlalu peduli dengan keadaan yang terjadi dalam lingkaran pertemanan. dia hanya memberi perhatian dan peduli dengan dirinya.Â
Orang yang toxic tidak peduli perasaan orang lain yang kadang memberi nasehat atau juga mengkritik dengan kata-kata yang kasar tanpa ia sadari bisa melukai hati orang lain.Â
Kita bisa merasakan ada teman yang benar-benar tulus mengkritik demi kemajuan bersama, tetapi ada juga yang cara mengkritik dengan menjatuhkan harga diri seseorang.
"Mereka juga tidak akan berpikir Panjang untuk melakukan sesuatu demi keuntungannya sendiri tanpa memikirkan efeknya pada orang lain. Misalnya, para toxic friend ini akan mengambil keuntungan denga cara apapun supaya kariernya baik. Bahkan dalam dunia teman yang memiliki toxic tidak akan segan-segan 'menyikut' kamu demi mendapatkan posisi yang dia inginkan. Tidak peduli seperti apa imbasnya untukmu." (R Adinda) Gramedia.com, 17 Okt 2023).
Simpulan
Dalam menjalani hidup, tentu setiap orang berkeinginan untuk bahagia punya kondisi mental yang baik, karena kesehatan mental lebih penting dari apapun. Sebab itu sangat penting bagi kita untuk memilah-milah orang-orang yang berada dalam circle kita. Sayangi diri Anda, jadilah diri sendiri tanpa harus membebani pikiran dengan merubah diri untuk menjadi seperti apa yang orang kehendaki.
Setiap kita yang membaca tulisan ini, jangan lupa introspeksi diri, apakah kita yang punya sifat toxic? Yang memberi pengaruh dan dampak buruk bagi Kesehatan mental orang lain? Jangan lupa bahwa, setiap kita bisa saja punya potensi dalam diri untuk bersifat toxic yang bisa merugikan orang yang ada di sekitar kita.
Ataukah kita yang berada di lingkungan orang-orang yang toxic yang bisa mempengaruhi Kesehatan mental dan mematikan karakter kita? Perlu mawas, ini sangat penting. kita punya hak untuk hidup bahagia, menjalani hari-hari kita dengan damai tanpa merasa terusik dengan kehadiran orang yang membawa pengaruh buruk yang akan menghambat kita dalam meraih kesuksesan atau dalam mencapai tujuan kita.Â
Bagi saya kesehatan mental sangat penting, maka perlu untuk mengurangi interaksi atau kalau memungkinkan menjauhi orang-orang yang mempunyai sifat toxic. Perlu kita menciptakan lingkungan yang nyaman, damai dan positif.
Demikian terima kasih.
By: Lusiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya