mengapa tak juga redaÂ
amarahmu membuncahÂ
saat semua tak kurangkai indah kata-kataÂ
sementara aku kehabisan bait-bait sajak yang kubaca dari bukuÂ
dan parau suaraku karena kubacakan berulang tiada hentiÂ
apa yang membuatmu begitu murkaÂ
sementara sedetik lalu engkau masih tersenyum meneduhkankuÂ
lalu sedetik kemudian menjadi angkara dalam jiwakuÂ
meski seribu kalimat cinta kupancarkan memeluk tubuhmu yang mungilÂ
tidakkah mereka-mereka yang tak pandai merafal cinta dalam baitÂ
menjadi sangat syahdu menikmatinya bersama hingga terik mentari juga tak mereka hirauÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!