Misalkan seorang laki-laki yang lahir pada 20 April 1990 menikah dengan perempuan kelahiran 22 Oktober 1992, maka penghitungannya adalah sebagai sebagai berikut:
- Pengantin laki-laki 20 April 1990, wetonnya adalah Jum'at Pon, yang berarti Jum'at (6), dan Pon (7), sehingga total 6+7 = 13
- Pengantin perempuan 22 Oktober 1992, wetonnya adalah Kamis Wage, yang bearti Kamis (8), dan Wage (4), sehingga total 8 = 4 = 12
Penggabungannya adalah 13 = 12 = 25, maka jatuh pada Sujanan, sehingga pasangan tersebut dalam membina rumah tangga akan diwarnai perselingkuhan.
Kemudian cara penghitungan yang kedua adalah dengan cara menghitung sisa dari hasil bagi 10 atau 7, dengan penjelasan sebagai berikut:
- Sisa 1 = Wasesa Segara, yangb erarti rumah tangga pasangan ini dipercaya sebagai sosok yang baik perwatakannya, pemaaf dan mempunyai wibawa, selain itu juga akan rukun selalu.
- Sisa 2 = Tunggak Semi, memiliki arti bahwa pasangan ini mudah mencari rejeki, dan memiliki banyak anak, namun pasangan ini mudah jatuh sakit.
- Sisa 3 = Satriya Wibawa, memiliki arti bahwa pasangan suami istri ini akan hidup berlimpah.
- Sisa 4 = Sumur Sinaba, yang memiliki arti pasangan ini sering menjadi penolong orang lain, dengan sering dijadikan penasehat bagi keluarga lain.
- Sisa 5 = Satria Wirang. Memiliki arti bahwa pasangan ini akan mengalami kesusahan dengan  mengalami kekurangan secara finansial.
- Sisa 6 = Bumi Kepetak, memiliki arti sebagai pasangan yang tertutup tetapi rajin bekerja. Cukup dalam penhasilan, namun kurang dalam bersosialisasi
- Sisa 7 = Lebu Ketiup Angin, diartikan bahwa psangan ini sering mendapat kesusahan, semua cita-citanya sulit terkabul dan kehidupan tidak menentu.Â
Misalkan pasangan dalam contoh pertama diatas dihitung dengan algoritma kedua ini dapat diartikan sebagai berikut:
Jumlah weton adalah 25, dan 25/10 = sisa 5, maka memiliki arti Satria Wirang, sehingga pasangan yang lahir weton Jum'at Pon dengan Kamis Wage akan mengalami kesusahan dalam hal finansial.Â
Kemudian penghitungan berikutnya adalah 25/7 = sisa 4, maka akan ditemukan jawaban Sumur Sinaba, dimana akan sering dijadikan penolong bagi orang lain.Â
Dalam penghitungan metode ini pasangan tersebut memiliki dua hasil peramalan, yaitu Satria Wirang dan Sumur Sinaba, dan keduanya akan berjalan dengan bersamaan.
Demikian artikel dari saya tentang algoritma jodoh Suku Jawa, dimana ada beberap ametode lain, namun saya hanya membahas 2 diantaranya saja. Saya tidak bermaksud untuk mempengaruhi atau apapun, namun artikel saya ini hanyalah memberikan deskripsi tentang tata cara Orang jawa dalam menghitung peruntungan.Â
Untuk jodoh semua telah di tangan Tuhan, dan kehidupan manusia sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya, saya rasa tidak fair apabila ada dua orang yang saling mencintai gagal menikah hanya berdasarkan hitung-hitungan weton. Sekali lagi saya hanya memberikan penjelasan dan menjaga budaya saja, namun bagi yang percaya ya silahkan, dan yang tidak percaya juga silahkan.Â
Semoga bermanfaat bagi pembaca, dan jangan lupa jaga kesehatan, taati peraturan Pemerintah di mas kenormalan baru, dan salam hangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H