Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSIS 1999, Juara di Tengah Efisiensi

7 Juni 2020   00:05 Diperbarui: 7 Juni 2020   00:08 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Semifinal PSIS bertemu dengan Juara Grup B, yaitu Persija Jakarta di stadion Utama Senayan, dan menang tipis 1-0 lewat gol tunggal pemain asal Kamerun, Ebanda Timothy. 

Dan dengan kemenangan tipis tersebut, PSIS berhak lolos ke final Divisi Utama Liga Indonesia, dan untuk keempat kalinya dalam satu musim bertemu lagi dengan Persebaya Surabaya yang mengalahkan PSMS Medan lewat adu penalti. Sungguh PSIS dan Persebaya seperti "jodoh" pada musim tersebut.

Menjelang laga final, yang digelar di Stadion Klabat, Manado,  Persebaya diunggulkan akan menang "mudah" melawan PSIS Semarang, mengingat dalam 3 pertemuan sebelumnya Persebaya menang 2 kali dan seri satu kali.

Bahkan PSIS belum pernah sekalipun membobol gawang Hendro Kartiko, dimana hasil seri didapatkan pada saat bertandang ke Semarang pada babak Grup Pertama dengan skor 0-0, dan menang masing-masing 2-0 pada saat di babak pertama , dan 3-0 di babak 10 besar. 

Namun laga final terasa seperti pertarungan antara David melawan Goliath, dimana Persebaya tampil sebagai Goliath dengan menggempur pertahanan PSIS Semarang belum juga membuahkan hasil.

Jjustru PSIS yang sama sekali belum mendapatkan peluang mampu memanfaatkan satu-satunya peluang yaitu melalui "Maradona Purwodadi", Tugiyo yang membobol gawang Hendro Kartiko pada menit ke-89, setelah menerima umpan pemain hasil "PHK" Arseto Solo, Agung Setyabudi. 

Stadion Klabat Manado pun bergemuruh, dan hasilnya hingga peluit panjang ditiupoleh wasit Jajat Sudrajat, skor tidak berubah, dan PSIS menjadi kampiun baru pada musim itu. 

Dan banyak pemain dari PSIS Semarang mulai berbondong-bondong dipanggil masuk ke Tim nasional PSSI, diantaranya adalah Tugiyo, sang pahlawan kemenangan. Selain itu kapten tim, Ali Sunan juga terpilih sebagai pemain terbaik pada musim tersebut, dan dipanggil masuk ke Tim nasional PSSI.

PSIS menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia musim 1998-1999 di tengah efisiensi setelah krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia, dan dapat dikatakan juga sebagai bukti bahwa memang bola itu bundar, hasil bisa diwarnai dengan kejutan. Bagaimana tim dengan skuad "sederhana" dapat menjadi juara dengan mengalahkan tim bertabur bintang macam Persebaya Surabaya. 

Demikian artikel dari saya, semoga bermanfaat, dan semoga pandemi Covid-19 segera berakhir. Jangan lupa untuk hidup sehat, serta taati peraturan Pemerintah selama masa kenormalan baru, dan salam olahraga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun