Mohon tunggu...
AYU ISTIYAWAHYUNI
AYU ISTIYAWAHYUNI Mohon Tunggu... Novelis - PENULIS

seorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Kecil Penyejuk Hati

15 Juni 2023   21:52 Diperbarui: 15 Juni 2023   22:03 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kue! Gorengan!" teriak seorang gadis kecil dengan menjual kue dan gorengan di sore hari itu.

Sudah lama berkeliling desa, tapi tak ada seorang pun yang membeli dagangan gadis kecil itu. Meskipun begitu, semangatnya tak pernah sekali pun luntur.

"Gorengan dan kuenya Bu. Enak buat Camilan buka puasa. Harganya cuma 1000 rupiah saja Bu." tawar gadis itu ketika ia melihat sekumpulan ibu-ibu di warung. 

"Maaf dik, Ibu tidak suka makan gorengan atau kue. Kamu mungkin bisa jualan di dekat lapangan desa, di sana juga banyak yang jualan sepertimu. Biasanya juga banyak orang yang ngabuburit di sana. "

Mendengar ucapan dari ibu itu, ia pun langsung tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Bahkan di hatinya tak pernah sedikit pun ada rasa kesal atau kecewa.

Segera ia langsung pergi ke lapangan desa seperti yang dikatakan ibu tadi. Tapi sebelum ia sampai ke lapangan itu, ia melihat seorang anak perempuan sekitar umur 6 tahun yang sedang menangis. Akhirnya ia pun mendekati anak kecil tadi.

"Dik, kamu kenapa menangis?" Mendengar ucapan dari gadis itu, anak itu pun menoleh ke arahnya. lalu ia berkata,

"Maag kakakku kambuh kak, karena sudah 3 hari kita tidak makan. Aku dari tadi minta bantuan orang-orang, tapi tak ada seorang pun yang membantuku," jawabnya dengan menangis. Melihat anak kecil yang menangis itu. membuat hati gadis itu iba dan juga merasakan sakit seperti yang dirasakan anak kecil itu.

"Nama kamu siapa dik?" 

"Aku Rina," jawabnya sehabis menangis.

"Oh ya aku Yuni, umur kamu 6 tahun kan?" tebak Yuni.

"Kakak kok tahu?"

"Aku punya banyak adik di panti asuhan yang usianya sama denganmu." jelas Yuni dengan menarik sudut bibirnya ke atas.

"Memang kakak umur berapa?"

"Aku masih umur 8 tahun, tapi kayak sudah umur 10 tahunan ya?" Mendengar perkataan itu, Rina pun hanya mengangguk atas jawabannya.

"Kamu puasa kan Rina?" tanya Yuni dengan mengelus kepala Rina yang terbalut dengan jilbab ini.

"Iya kak, kakakku juga puasa. Kata kakakku lebih baik puasa dari pada tidak puasa, Tapi Kita selalu berbuka dan sahur hanya dengan segelas air putih." ucapnya dengan sendu.

"Aku tidak punya uang sekarang, tapi jika kamu membantuku jualan di lapangan desa. Maka nanti hasil daganganku akan aku berikan semuanya ke kamu? Bagaimana?"

"Benarkah ? Terima kasih banyak kak." Rina pun langsung memeluk Yuni, saat ia mendengar kalau ia akan di bantu oleh seorang gadis kecil yang berumur 2 tahun di atasnya. 

Akhirnya mereka pun langsung melanjutkan perjalanan ke lapangan desa itu.

*****

Setibanya mereka di lapangan, Banyak orang yang langsung menyerbu dagangan Yuni dan Rina. Mungkin karena kali ini Allah berpihak pada mereka, sehingga dalam hitungan 30 menit dagangan mereka habis dan hanya tinggal 5 gorengan dan 5 kue.

"Masih sisa 5 gorengan dan 5 kue kak. Tapi ini sudah hampir Maghrib. Kayaknya sudah tidak ada yang beli lagi deh," Mendengar ucapan Rina, membuat Yuni kembali tersenyum.

"Tidak apa, nanti sisa gorengan dan kuenya bisa kamu bawa pulang buat berbuka dengan kakakmu, dan seperti yang aku bilang tadi. Hasil dagangan ini juga buatmu. Meskipun cuma 100.000 tapi semoga berkah ya? Kamu bisa buat beli obat untuk kakakmu dan kebutuhan makanan jika cukup. Ambillah!" Tanpa sadar, ucapan dari Yuni itu membuat Rina kembali menangis. Bukan karena sedih tapi karena bahagia.

"Terima kasih kak, kamu adalah penyelamatku." Yuni yang mendengar itu pun langsung memeluk Rina.

"Tidak, ini bukan karena aku. Melainkan karena bantuan Allah. Dialah yang membawaku ke tempatmu. Sehingga aku bisa membantumu. Berterima kasihlah ke Allah, karena di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, ia membantumu melalui aku."

"Terima kasih ya Allah, karena engkau mengirimkan malaikat penyelamatku melaluinya.  Terima kasih ya Allah." Mendengar ucapan Rina, membuat Yuni tersenyum lagi dan mengelus kepala Rina.

"Ini sudah hampir Maghrib, jadi kakak pulang dulu ya? Kamu hati-hati pulangnya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

******

Setibanya Yuni di halaman panti asuhan, ia melihat Bu Siska yang sudah ia anggap sebagai ibu sendiri  menghampirinya.

"Bagaimana dagangannya Yun?" mendengar pertanyaan Bu Siska, membuat Yuni kembali menundukkan kepalanya.

"Maafkan Yuni Bu. Hasil dagangan tadi, Yuni berikan semuanya ke Rina, anak kecil yang sangat butuh pertolonganku. Kakaknya juga lagi sakit. Selama tiga hari pun, ia hanya berbuka dan sahur dengan segelas air putih. Jadi Yuni membantunya," Mendengar ucapan dari Yuni membuat Bu Siska menarik ujung bibirnya ke atas. Lalu ia mengelus kepala Yuni yang terbalut dengan jilbab putihnya.

"Ibu bangga padamu sayang, kamu memang malaikat kecilku," ucap Bu Siska dengan memeluk Yuni.

"Kamu sudah membantu ibu saja ibu sudah sangat senang. Kamu tenang saja dagangan ibu tadi habis semua." Yuni pun langsung senang mendengar semua itu. Memang sejak dua tahun yang lalu, tidak ada yang mau menyumbang di panti asuhan itu, jadi Bu Siska dan Yuni lah yang bekerja keras untuk merawat anak-anak panti yang lain. Mungkin karena di sini, Yuni lah yang lebih tua meskipun umurnya masih 8 tahun.

"Ibu punya kabar gembira buat kamu." Mendengar ucapan dari Bu Siska membuat Yuni melepaskan pelukannya dan bertanya,

"Kabar gembira apa Bu?" tanya Yuni dengan mengerutkan keningnya.

"Tadi ada seorang suami istri yang mengangkatmu jadi anak mereka. Tapi, yang lebih membuat ibu bahagia adalah mereka termasuk keluarga Pondok pesantren. Seperti yang kamu inginkan dulu sayang." Mendadak Yuni pun langsung menangis dan kembali memeluk Bu Siska.

"Benarkah Bu? Aku sangat senang mendengar itu. Tapi... Bagaimana dengan Ibu dan adik-adik? Selama ini kan tak ada yang mau menyumbang di panti asuhan kita." Bu Siska pun langsung tersenyum ketika mendengar perhatian Yuni itu.

"Kamu tahu sayang? Kamu adalah malaikat kami, penyejuk hati kami, Karena kamu juga, sekarang ada penyumbang untuk panti asuhan kita dan mereka adalah orang tua angkat kamu."

"Benarkah Bu?" 

"Iya, ya sudah sekarang kita Buka puasa dulu ya? Nanti setelah sholat tarawih, orang tua angkatmu akan menjemputmu." Ucap Bu Siska yang langsung di angguki oleh Yuni.

"Terima kasih ya Allah, di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan Rahmat ini, engkau membantu panti asuhan dan memberikan kebahagiaan yang tiada hentinya untukku. Aku sangat bersyukur ya Allah. Terima kasih atas segalanya." ucap Yuni dalam hatinya, lalu ia kembali melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam panti asuhan.

********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun