Setelah puas memotret, saya mendengar rombongan saya rusuh. Pasalnya mereka mau mencoba cliff jump dengan ketinggian sekitar 10 m. Bersusah payah mereka naik ke atas kars pas sampai di puncak semua menempel serupa tokek dan tak mau terjun.Â
Hahaha... sampai beragam rayuan diteriakan supaya usaha mereka ke atas tak sia-sia. akhirnya dari sekitar 5 atau 4 orang hanya dua orang yang berani loncat sisanya kembali pulang lewat darat hahaha...
Saya pun tak ketinggalan mencoba berbagai pose di dalam air yang dingin ini. Menyelupkan kaki saya hingga ke paha dan bermain air dengan mode slow mo hasilnya... tidak begitu memuaskan wkwkkw. Mungkin saya saja yang tidak terlalu profesional. Setelah dirasa puas, kami harus segera kembali sebelum hari benar-benar gelap.Â
Benar saja separuh jalan matarahari semakin turun dan di perjalanan kami menyaksikan senja yang begitu menyihir saking indahnya. Deru perahu motor yang berisik hingga angin yang mengibas-ngibas jilbab dengan keras tak mengganggu karena senja kali ini begitu romantis.
Setelah beberapa hari setelah perjalanan ini, kami baru benar-benar mendapat informasi soal Pulau Baer dari Kepala Dinas Pariwisata Tual. Katanya asal muasal Pulau ini dari peperangan antara Pulau Laut dan masyarakat Papua. Masyarakat laut menang yang kalahnya adalah Baer, makanya dikasih nama Pulau Baer.
Makanya tak heran pulau ini disebut sebagai adiknya Raja Ampat karena latar belakang sejarah tersebut. Nah bagi kamu yang penasaran dengan cantiknya pulau ini, langsung cus aja. Cerita lainnya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H