Pagi benar kita sudah berlabuh di Pulau Saketa, pulau keempat yang kita singgahi selama ekspedisi di Halmahera Selatan. Saya sudah cantik dan rapi karena jadwal hari ini kita liburan ke Pulau Sali.Â
Kebetulan tanggal merah dan semua libur termasuk bank terapung kami. Makanya kami sudah menyewa boat kayu untuk menuju ke sana. Tapi sebelum semuanya siap saya sengaja duduk di tepi dermaga menikmati pagi di Saketa.
Angin berembus pelan dan ikan-ikan sudah lincah berenang-renang di bibir dermaga. Saya menyesap kopi sachet sambil ternsenyum. Nyatanya suasana itu begitu saya rindukan setelah COVID-19 melanda.Â
Ketika semua kru sudah siap, termasuk kru kapal, maka kami pun meluncur ke Sali. Semua tampak begitu antusias menyongsong Sali yang katanya ga bisa dimasuki orang sembarangan. Jadi Pulau Sali, tepatnya Pulau Sali Kecil ini adalah pulau resort yang dikelola sama orang Itali. Tentu saja mereka sifatnya menyewa ya bukan pemilik.
Sampai di Sali, sepertinya bule ini langsung paham kalau kami bukan orang sembarangan, tapi gerombolan yang sudah akrab benar dengan dinas pariwisata sini. Jadi mau tak mau bule itu harus nerima kami. Meski dari raut mukanya menunjukkan ketidaksukaan karena kami rame dan berisik.Â
Meskipun pas sampai saya kesenengan banget karena tepian pulau ini begitu tenang dan jernih meski terumbunya tidak berwarna warni. Tetapi gegara si bule kutu kupret, dalam hati dia, saya percaya dia lagi ngerendahin kita.Â
Akhirnya entah kenapa saya maju paling depan dan berbicara bahasa Inggris ke dia. Sebenernya sih mau nekenin "Lu gak usah sok deh, gw juga bisa bahasa inggris," sembari mengenalkan profesi saya yang punya pride.
Akhirnya saya pun bicara potensi Indo yang buat banyak bule nyari makan di sini. Sembari berharap "lu tahu lu lagi manfaatin alam gue keles buat duit," Meskipun saya berterima kasih karena dia ikut memberdayakan masyarakat di sini.
Ok setelah berbacot ria, kami bergerak menuju Pulau Sali Besar. Saya heran pas sampai Sali Besar deretan tempat duduk sudah disediakan di depan-depan jalan desa seolah lagi ada hajatan.Â
Ternyata kami disambut benar, entah kerjaan siapa ini tapi saya terharu aja. Mereka sampe nyiapin pop mie banyak, mereka senang karena kedatangan tamu dari Jakarta. Dan sesi curhat pun dimulai, saya mengandalkan teman saya mengenai aktivitas bom ikan di sini.
Saat kami menyambangi pulaunya, kami mencari dimana pengelolanya? ternyata dia lagi nguli bareng para tukang bangunan. Bahkan dengan senyum tampilan yang lusuh dengan kotoran di badan dan bajunya dia menyambut kami. Wah sungguh beda sama si kutukupret Itali itu. Hahaha...Â
Perbincangan kamu pun begitu cair dia memang juga mengeluhkan beberapa hal. Seperti pungli saat mau sewa tanah dan kena tipu juga. Dia juga tadinya melakukan survei di banyak tempat termasuk Raja Ampat namun banyak mafianya.Â
Saya jadi merasa kesal sendiri dan menyesali hal itu tapi dia santai dan tidak terkesan memojokan kami seperti si Italia sebelumnya. Bahkan untuk masalah bom ikan, dia benar-benar turun langsung mengejar pelaku. Sungguh luar biasa bapak ini bukan bacod doang hahaha...
Saya gak tahu sih sekarang perkembangan resortnya cuma saya merasa dia lebih wise menghadapi kelebihan dan kekurangan kami. Dan harusnya begitu investor berdiri dan duduk sama tinggi.Â
Setelah pembicaraan yang begitu serius, akhirnya kami nyebur juga hahha... tapi saya memilih foto-foto karena saya bocor hari itu. Dan beruntung orang lokal membantu saya memberikan fasilitas ganti dengan sangat ramahnya.Â
Lucunya waktu temen saya pada menyelam kegirangan, mereka ketemu ular laut yang bikin snorkeling pada bubar hahaha.... saya cuma bisa ngakak doang. Pulang dari sana kami tertidur kelelahan di perahu dan pikiran saya menerawang, alangkah indahnya jika semua dikelola anak bangsa, dari kita untuk kita. Cerita lainnya di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H