Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Arus-arus Bersahabat di Malang Bawa Kenangan

8 November 2020   12:53 Diperbarui: 8 November 2020   13:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi benar kita harus melepaskan segala kenyamanan hotel. Keluar dari zona nyaman untuk siap-siap menghirup desahan gunung berdebu di Bromo. 

Saya dan rombongan opentrip janjian di Stasiun Malang Baru, sebelum itu saya mencari sarapan dengan teman di daerah stasiun. Sedari pagi mungkin sampai malam kalian bisa menikmati ragam kuliner di sini misalnya ayam penyet, usus goreng, ceker pedas macem-macem ya, itu bagi saya sih terlalu berat di pagi hari hahaha...

Jadilah saya makan sekedarnya saja, sembari nunggu full team untuk berangkat ke Kabupaten Malang di tempat kulineran sambil lesehan. Pas personel sudah lengkap kami langsung meluncur dengan jarak tempuh sekitar 2 jam untuk bermalam terlebih dahulu di homestay milik penduduk.

Di sana saya berkenalan dengan segerombolan laki-laki muda-muda hahaha yang masih newbie berpetualang. Mereka para analis kimia yang punya kerjaan oke punya. Kami mengobrol ngalor ngidul di home stay yang dimiliki keluarga asli Malang. Pemilik homestay sangat ramah suka menyediakan ragam cemilan dan kamar2nya bersih bikin betah. 

Tengah hari bolong, kita disuruh bersiap untuk river tubing di daerah Banyumaro yang letaknya ga jauh dari homestay kami. Untuk kesana juga masuk gang dan jalan kecil dan daerahnya tidak terlalu ramai. Sampai di sana sudah disuruh berganti pakaian dan mendapatkan briefing. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Belasan petugas udah siap sedia mendampingi kami meluncur di derasnya sungai Banyumaro. Saya dan teman-teman sempat ngakak rame-rame saat berkenalan dengan para petugas itu, selain mereka garing banget klo kasih joke, mereka juga asal kostum gitu masa pakaian super ketat dipake dipaduin sama kaos kaki, yahhh jadilah kostumnya mirip-mirip kostum agnes maunikah lah hahahah tinggal joget-joget *cinta ini.... jeng jeng... kadang-kadang tak ada logika hahahha

Baiklah, treknya dibagi tiga dan kita dijanjikan mendapat trek terjauh sekitar 1 km. Jadi untuk memulainya musti naik pikap dulu beramai-ramai sambil bawa ban-ban gede. Dan.... dimulailah river tubing ini.

Saya yang gak pernah, tadinya mengira kalau ini bakal serem dan ekstrem. Eh ternyata asyik banget dan santai banget, hanya beberapa titik yang sempat bikin deg-degan. Hal ini juga berkat para petugas yang sigap dan bahu membahu pas kita nyangkut atau mengejar kita yang terlampau jauh terbawa arus. Good job. 

Bisa dikatakan saya termasuk yang sangat lancar meluncur  tanpa terbalik dan terjatuh hehehe... syeneng, walau ada beberapa petugas yang mau nyeplungin tapi gagal tuh sori. hahaha... sementara di sisi para lelaki ada satu orang yang ikutan sibuk mengatur peluncuran kita sampai dia sendiri kedinginan dan mengigil, yah lu sih hahaha.. dan parahnya kita-kita malah ngetawain... hahaha

Tapi saya salut dedek dedek gemes ini laki banget karena memang kita meluncur dengan saling menjaga satu sama lain. Jadi kalau menjauh atau terbawa arus sedikit ban saya langsung dipegangin atau ditarik mendekat.hehehe... makasih lho 

dok. pribadi
dok. pribadi
Di tengah-tengah kita disuruh juga istirahat di pingir sungai. Sudah disediakan gorengan dan teh hangat. Lumayan buat tambah tenaga. River tubing dilanjutkan dengan berbagai formasi vertikal meski terkadang terpencar. Suasana juga makin asyik saat hujan mulai turun dan saya semakin santai menikmati gerimis yang dipadukan arus-arus bersahabat ini.

Hingga kita tiba di titik akhir tak terasa juga arus-arus juga membuat kita semakin dekat dan bisa tertawa lepas tanpa jaim-jaim lagi padahal baru beberapa jam lalu kenal. Menertawakan kelakuan satu sama lain sambil bermain cipratan air. Seru!

Tapi semua tetap terasa kurang! hahahaha.... karena benar-benar terasa kurang, maka kami putuskan melanjutkan kebersamaan di warung baso dekat homestay. Cukup 10 ribu mengenyangkan tapi tidak terlalu memanjakan rasa. 

Menjelang malam, kami pun mendadak ingin keluar lagi menikmati malam minggu di Kab Malang. Maka kami meluncur ke kota yang sedang ramai-ramainya menyemarakkan hari pesantren nasional dengan panggung dan musik. Tapi kami cuma mampir mengambil ATM dan pergi ke Alfa.

Sang driver merekomendasikan tempat yang tenang dan sepi yang tak jauh dari sini. Benar saja masuk ke sini bagai masuk ke ruangan lagi mati lampu hingga hiduplah satu dua cahaya. Ya, rupanya ini kafe kekinian yang instagrmable. Restoran rumah kayu namanya tapi belum ada di map. Katanya sih baru dan memang sukses menciptakan suasana sendu. 

Dengan lampu-lampu menggantung dan suara musik yang tak mendentum-dentum. Cocok buat mojok banget nih bagi yang pacaran. ehem... kok kesel ya hahaha. 

Saya kembali lagi 'mewawancarai' tiga serangkai ini, ternyata umur mereka berbeda-beda tapi suka traveling bareng. Tak ada yang spesial dari mereka, cuma yang saya suka, satu dari mereka penggemar Fiersa Besari juga dan penolong. Biasa lelaki tebar pesona sok-sok perhatian basi lah tapi makasih lah dibantuin manjat-manjat pas di bromo (nanti ceritanya).

Oke, karena hari semakin larut, kita harus segera pulang sebab tengah malam lewat sedikit kami harus mulai mendaki melihat sunrise yang fenomenal di Bromo. Cek cerita selanjutnya....  lihat juga videonya di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun