Kota Toraja yang kaya akan budaya ini emang udah bertahun-tahun jadi tujuan wisata, dan mereka sadar banget sama potensi wisata mereka. Mulai dari sini semuanya terasa rata dengan rumah Tongkonan yang biasanya di dalamnya ada mayat-mayat disimpan untuk kemudian diupacarain kalau duit mereka udah terkumpul. Dalam upacara itu mereka harus menyembelih puluhan babi, makan bersama, menari dan menyanyi baru deh ditaro di bukit-bukit di sekitaran mereka.
Selama belum diupacarin, mayat mereka ditempatin juga di tongkonan  yang di luar tongkonan itu dipasang banyak tanduk kerbau, semakin tanduk kerbaunya banyak maka semakin dapat prestise mereka.
Pas banget waktu ke Toraja, ada upacara seorang jenazah polisi yang mau dikubur di tebing-tebing. Babi-babi hitam diarak untuk disembelih, di sisi lain para orang-orang menari-nari, selama itu dibacakan doa-doa oleh ketua adat. Entah kenapa gue berasa mistisnya dapet banget.
Habis selesai upacara mereka babi yang udah mati tadi dimasak trus dimakan rame-rame sama warga setempat. Sebenernya gue ketinggalan banget momen upacara ini, jadi gue sempetin tanya-tanya orang lokal sekalian buat berita.
Bener saja orang lokal Toraja sendiri sebenernya keberatan dengan upacara macam begini, kenapa? karena biayanya sungguh besar, mereka harus beli kerbau, beli babi dan macam-macam yang harganya bisa satu mercy.
Tak ayal akhirnya mereka menabung hanya untuk upacara, sementara untuk kebutuhan hidup, sekolah mereka harus pas-pasan kan kasian ya. Ya dilematis sih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H