Saya Tyas Maghfirah Wahidatun Utama, mahasiswa jurusan pendidikan agama islam angkatan 2019 dari kelompok KKM 48 menjadi peserta KKM-DR UIN Mengabdi 2021-2022 yang berlokasi di Desa Sambigede Kabupaten Malang.
Desa yang dijuluki sebagai sentra rengginang ini terletak di Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Sumberpucung. Desa ini memiliki luas sekitar 2963 hektar. Sebagian besar mata pencaharian utama masyarakat di desa ini adalah petani dan peternak, hal ini didukung oleh saluran irigasi yang baik serta lahan yang besar.Â
Desa ini memiliki banyak ikon mulai dari bon watu sebagai wisata pemancingan, sentra papaya kalifornia, sentra rengginang, dan lain sebagainya. Namun ikon yang paling terkenal dari Desa Sambigede adalah rengginang khasnya. Rumah industri rengginang sangat menjamur di desa ini, bahkan Desa Sambigede dijuluki sebagai sentra industri rengginang Kabupaten Malang.
Rengginang merupakan makanan yang berjenis kerupuk terbuat dari beras ketan dan berbentuk bulat. Rengginang didesa ini diproduksi dalam bentuk kering atau masih perlu proses penggorengan dan ada juga yang sudah siap makan. Di desa ini terdapat kurang lebih 80 produsen rengginang, akan tetapi sejak 2019 produsen rengginang mulai menyusut hingga menjadi 30 produsen. Hal ini diakibatkan oleh dampak Covid-19.Â
Dengan diterapkannya PPKM membuat produsen kesulitan untuk mengirimkan produknya kebeberapa wilayah terlebih wilayah diluar Kabupaten Malang karena diperbatasan setiap daerah dijaga ketat oleh petugas.Â
Selain dampak Covid-19 produksi rengginang mengalami penurunan cukup drastis dikarenakan besarnya permintaan lebih kecil dari penawaran sehingga banyak rengginang yang gagal dalam pemasaran  dan membuat beberapa produsen berhenti melakukan produksi.Â
Dari pembahasan diatas mahasiswa KKM-DR kelompok kerja Danurdara berusaha mengembalikan pasar rengginang pasca Covid-19 yang dapat memungkinkan produsen mulai melakukan produksi kembali.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan bersama Bapak Suparliyanto selaku salah satu produsen rengginang di Desa Sambigede, produksi rengginang pada masa pandemi mengalami penurunan yang cukup drastis. Sebelum pandemi Pak Suparliyanto mampu memproduksi hingga 100 kwintal rengginang, akan tetapi saat ini hanya memproduksi sekitar 25-30 kg rengginang. Pak Suparliyanto mengirimkan produksi rengginangnya mulai dari Poncokusumo, Tumpang, Tajinan, Blitar, Kediri, bali bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.Â
Untuk satu kemasan rengginang dijual dengan kisaran harga 10 ribu rupiah. Rengginang ini dapat bertahan hingga 1 tahun lamanya tergantung proses penyimpanan, jika penyimpan ditempat yang kering dan tidak lembab maka rengginang akan tidak mudah berjamur dan sebaliknya jika disimpan ditempat yang lembab maka rengginang akan jauh lebih mudah berjamur sehingga tidak dapat dikonsumsi.
Proses pembuatan rengginang Bapak Suparliyanto dimulai pada pukul 3 dini hari, kegiatan diawali dengan menanak beras ketan. Rengginang yang enak berasal dari beras ketan yang asli atau tidak dicampur dengan beras biasa. Banyak produsen diluar sana yang mencapur beras ketan dengan beras biasa hal ini dapat menyebabkan rengginang menjadi keras.Â
Setelah selesai memasak beras ketan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu memberikan varian rasa, rengginang yang diproduksi oleh pak Suparliyanto memiliki berbagai rasa mulai dari original, udang, terasi, dan ketan hitam. Setelah memberikan variasi rasa, rengginang siap dicetak. Cetakannya sendiri terdapat cetakan besar dan kecil.Â
Dalam proses pencetakan dilakukan dengan cara melapisi cetakan dengan beras ketan secara tipis agar rengginang mudah mengembang saat proses penggorengan dan mencegah kerasnya rengginang. Setelah proses pencetakan selesai, rengginang akan dikeringkan.Â
Proses pengeringan masih dengan cara yang alami yaitu menggunakan cahaya matahari dan membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk menghasilkan rengginang kering. Hal ini juga tergantung cuaca, jika cuaca bagus maka cukup 3 hari saja dan jika cuaca kurang baik atau mendung, proses pengeringan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam satu kemasan terdapat 27 buah rengginang. Rengginang yang telah dikemas kemudian dilakukan pemotoan produk guna pemasaran secara online yang dilakukan oleh mahasiswa KKM-DR UIN MALANG. Selain foto, kami juga melakukan mengambilan video proses pembuatan rengginang yang telah dilakukan.Â
Video yang telah jadi akan disebar luaskan sehingga terdapat pemesanan dari berbagai konsumen. Mengingat saat ini teknologi semakin canggih dan banyak orang menggunakan sosial media.Â
Dengan dilakukannya penyebaran video tersebut dapat meningkatkan kembali home industri rengginang pasca dampak Covid-19. Untuk video bisa dilihat Disini.Â
Semoga pandemi lekas berakhir karena dengan berakhirnya pandemi tidak menutup kemungkinan  penjualan rengginang dapat dipasarkan kembali hingga keluar kota dan luar negeri seperti tahun-tahun sebelum pandemi. Dan penjualan kembali kepada angka produksi semula.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H